Abrasi di Pesisir |
CEKAU.COM-Wilayah pesisir di sejumlah kabupaten pesisir di Provinsi Riau mengalami tekanan yang cukup berat. Secara signifikan hal ini telah terjadi eskalasi degradasi kawasan pesisir dan pantai yang cukup memprihatinkan. FPT PRB meminta stakeholder diminta lebih peduli terhadap pembangunan lingkungan secara berkelanjutan.
Ini ditegaskan Pareng Rengi MSi, Koordinator Sumatera Forum Perguruan Tinggi untuk Pengurangan Risiko Bencana (FPT PRB) di Pekanbaru, Rabu (31/10/2012), usai mengikuti pertemuan yang sama di Yogyakarta, beberapa hari lalu.
"Satu dekade terakhir, kerusakan fisik pantai akibat dari abrasi dan erosi pantai telah meningkat secara nyata, rata-rata laju abrasi pantai di Provinsi Riau wilayah pesisir mencapai 3,16 m pertahun," terangnya.
Pareng mengatakan, hal tersebut dapat dilihat, baik dari segi cakupan wilayah maupun intensitas abrasi serta dampak yang ditimbulkan, eskalasi dan intensitas abrasi dan erosi tersebut antara lain dipicu oleh adanya kegiatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu, kecendrungan meningkatnya degradasi lingkungan pesisir/pantai di Provinsi Riau ini, tambah Pareng, ditandai dengan meningkatnya kerusakan habitat (mangrove dan estuaria), dan perubahan garis pantai yang diakibatkan oleh abrasi maupun erosi.
Jika dilihat dari resiko di Indonesia, kata Pereng, adalah negara yang rawan dengan ancaman bencana, baik dari aspek geografis, geologis, hydrologis maupun demografis. Meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam membangun kerangka kelembagaan untuk pengurangan risiko bencana tersebut.
Maka melalui FPT PRB ini, jelas Pareng, ada ekspektasi terhadap pendidikan tinggi untuk memberikan kontribusi dalam pengurangan risiko bencana secara lebih profesional yang didasarkan pengetahuan ilmiah.
"Organisasi FPT PRB ini berdiri pada 19 November 2008 dan berkedudukan di Indonesia dan bersifat independen, dengan susunan serta peran masing-masing pengurus dan anggota diatur dalam peraturan organisasi," jelasnya.
Ini ditegaskan Pareng Rengi MSi, Koordinator Sumatera Forum Perguruan Tinggi untuk Pengurangan Risiko Bencana (FPT PRB) di Pekanbaru, Rabu (31/10/2012), usai mengikuti pertemuan yang sama di Yogyakarta, beberapa hari lalu.
"Satu dekade terakhir, kerusakan fisik pantai akibat dari abrasi dan erosi pantai telah meningkat secara nyata, rata-rata laju abrasi pantai di Provinsi Riau wilayah pesisir mencapai 3,16 m pertahun," terangnya.
Pareng mengatakan, hal tersebut dapat dilihat, baik dari segi cakupan wilayah maupun intensitas abrasi serta dampak yang ditimbulkan, eskalasi dan intensitas abrasi dan erosi tersebut antara lain dipicu oleh adanya kegiatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu, kecendrungan meningkatnya degradasi lingkungan pesisir/pantai di Provinsi Riau ini, tambah Pareng, ditandai dengan meningkatnya kerusakan habitat (mangrove dan estuaria), dan perubahan garis pantai yang diakibatkan oleh abrasi maupun erosi.
Jika dilihat dari resiko di Indonesia, kata Pereng, adalah negara yang rawan dengan ancaman bencana, baik dari aspek geografis, geologis, hydrologis maupun demografis. Meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam membangun kerangka kelembagaan untuk pengurangan risiko bencana tersebut.
Maka melalui FPT PRB ini, jelas Pareng, ada ekspektasi terhadap pendidikan tinggi untuk memberikan kontribusi dalam pengurangan risiko bencana secara lebih profesional yang didasarkan pengetahuan ilmiah.
"Organisasi FPT PRB ini berdiri pada 19 November 2008 dan berkedudukan di Indonesia dan bersifat independen, dengan susunan serta peran masing-masing pengurus dan anggota diatur dalam peraturan organisasi," jelasnya.
Abrasi Pantai di Kabupaten Bengkalis (rt) |
Sementara kegiatan dilakukan adalah pengkajian secara teoritik dan empirik tentang pengurangan risiko bencana secara multidisiplin. Mengembangkan sumberdaya manusia dalam pengurangan risiko bencana atau penanggulangan melalui pendidikan dan pelatihan. Melakukan advokasi dan memberikan bantuan teknis kepada masyarakat yang terancam bencana.
"Jika terjadi gangguan terhadap kondisi lingkungan maupun kondisi fisik wilayah pesisir maka secara langsung akan mempengaruhi semua sektor yang berada di wilayah pesisir tersebut ataupun mempunyai keterkaitan dengan pemanfaatan atau keberadaan wilayah pesisir," ingatnya.*
"Jika terjadi gangguan terhadap kondisi lingkungan maupun kondisi fisik wilayah pesisir maka secara langsung akan mempengaruhi semua sektor yang berada di wilayah pesisir tersebut ataupun mempunyai keterkaitan dengan pemanfaatan atau keberadaan wilayah pesisir," ingatnya.*
0 komentar:
Posting Komentar