Pertemuan 'Aksi Penganiayaan' |
CEKAU.COM-Ada kejanggalan atas penganiayaan yang dialami wartawan Riau, saat meliput jatuhnya pesawat Hawk 200 di Perumahan Pandau Jaya, Siak Hulu, Kampar, Selasa 16 Oktober 2012. Ini diakui sejumlah anggota DPR RI, saat pertemuan dengan jajaran pers di Riau di ruang redaksi Riau Pos, Kamis (18/10/2012) sore.
"Saat itu, Danrem turun dari mobilnya. Namun, kejadian ini didiamkan dan tidak direspon, sehingga wartawan tidak mendapat perlindungan. Bahkan oknum TNI-AU sampai merampas kamera. Ini kok dibiarkan begitu saja oleh Danrem," tegas Ketua Komisi I DPR RI, Tri Tamtomo.
Kejanggalan lain, tambahnya, tindak kekerasan dilakukan aparat TNI-AU terhadap wartawan, dinilai sudah melanggar kode etik. Hasil fakta ini, pihaknya akan mengadakan pertemuan pada rapat kerja dengan Panglima TNI. Pasalnya, sejumlah aksi di kalangan wartawan di seluruh Indonesia, semakin bertambah, kian hari. Baca: Wartawan Dipukul, Ratsan Demo.
"Saat itu, Danrem turun dari mobilnya. Namun, kejadian ini didiamkan dan tidak direspon, sehingga wartawan tidak mendapat perlindungan. Bahkan oknum TNI-AU sampai merampas kamera. Ini kok dibiarkan begitu saja oleh Danrem," tegas Ketua Komisi I DPR RI, Tri Tamtomo.
Kejanggalan lain, tambahnya, tindak kekerasan dilakukan aparat TNI-AU terhadap wartawan, dinilai sudah melanggar kode etik. Hasil fakta ini, pihaknya akan mengadakan pertemuan pada rapat kerja dengan Panglima TNI. Pasalnya, sejumlah aksi di kalangan wartawan di seluruh Indonesia, semakin bertambah, kian hari. Baca: Wartawan Dipukul, Ratsan Demo.
"Apa-apa yang diinginkan wartawan ini akan sampaikan langsung ke Panglima TNI dalam rapat kerja nanti," sebut Tri Tamtomo, mantan Pangdam I/Bukit Barisan yang datang bersama rombongan Komisi I DPR RI lainnya, seperti Effendi Choirie dan Roy Suryo.
Selain menyampaikan keluhan wartawan ini ke Panglima TNI, Tri juga mengingatkan agar hukum ditegakkan sebagai bentuk pendisiplinan prajurit TNI.
"Oknun TNI AU yang menganiaya Didik Herwanto yakni Letkol PNB Robert Simanjuntak harus dihukum sesuai aturan. Termasuk oknum TNI AU lainnya yang menganiaya wartawan dan warga sipil," ungkapnya.
Aksi penganiayaan wartawan ini juga disesalkan anggota Komisi I DPR, Effendi Choiri. Selagi Undang-undang Rahasia Negara belum disahkan, maka penganiayaan dilakukan oknum TNI terhadap wartawan akan terus terjadi.
"Sekarang ini Indonesia belum punya Undang-undang Rahasia Negara, karena itu harus ada kesepahaman bersama antara TNI dan pers bila peristiwa serupa (jatuhnya pesawat militer, red) tidak terulang lagi," ujar mantan wartawan ini.
Minta Maaf
Atas aksi dari berbagai kalangan, itu Letkol PNB Robert Simanjuntak, oknum penganiayaan, mengaku siap menanggung seluruh konsekuensi atas perbuatan yang dilakukannya. "Kalau itu memang harus dilaksanakan, saya siap melaksanakannya," tegasnya.
Namun, Robert mengaku bahwa peristiwa tersebut sempat menarik perhatian keluarga dan rekannya di TNI AU di Pekanbaru. Sementara rekan satu angkatan juga banyak berharap agar hal tersebut dapat dituntaskan. Pasalnya, masih banyak tugas di depan yang menanti.
"Mungkin segitu yang dapat saya sampaikan. Lebih kurangnya saya mohon maaf," tutup Robert.
Dihadiri Berbagai Kalangan
Atas aksi dari berbagai kalangan, itu Letkol PNB Robert Simanjuntak, oknum penganiayaan, mengaku siap menanggung seluruh konsekuensi atas perbuatan yang dilakukannya. "Kalau itu memang harus dilaksanakan, saya siap melaksanakannya," tegasnya.
Namun, Robert mengaku bahwa peristiwa tersebut sempat menarik perhatian keluarga dan rekannya di TNI AU di Pekanbaru. Sementara rekan satu angkatan juga banyak berharap agar hal tersebut dapat dituntaskan. Pasalnya, masih banyak tugas di depan yang menanti.
"Mungkin segitu yang dapat saya sampaikan. Lebih kurangnya saya mohon maaf," tutup Robert.
Dihadiri Berbagai Kalangan
Pertemuan tersebut dihadiri Danlanud Pekanbaru Kolonel PNB Bowo, Danrem 031/Wirabima Brigjen TNI Teguh Raharjo, Letkol PNB Robert Simanjuntak oknum menganiaya fotografer Riau Pos, Didik Herwanto.
Sementara kalangan pers dihadiri Pemred Riau Pos Raja Isyam Azwar, perwakilan pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Riau Satria Utama Batubara, Ketua Sowat Riau Syahnan Rangkuti, Ketua IJTI Pekanbaru Bambang Suwarno, wartawan senior H Mulyadi dan pasukan jurnalis lainnya.
Tampak juga hadir wartawan korban penganiayaan, yakni Didik Herwanto (Riau Pos), Fachri Rubianto (RTv), Rian (LKBN Antara), Dewo (TV Melayu), dan Syahnan Rangkuti (Kompas), dan lain-lainnya.*
0 komentar:
Posting Komentar