CEKAU.COM-Cerita dibalik keberadaan manusia pendek alias kecil ini, sudah terdengar sejak lama. Bahkan, para ilmuan pun sudah melakukan penelitian dengan teknologi terkini. Termasuk Richard Freeman, Direktur Zoologi dari Centre for Fortean Zoology, asal Inggris. Namun, tetap saja penelitian itu tidak memberikan kesimpulan.
Ekspedisi tim inovasi SMA 2 Bangkinang ke Hutan Lindung Batang Kapas, Kecamatan Lipat Kain, Kabupaten Kampar, sebenarnya lebih mengedepankan rasa kebersamaan untuk menjaga hutan dan keindahan alam. Ide untuk berpetualang di hutan larangan tersebut, ternyata serempak disambut sejumlah guru dan murid, saat itu. Nah, terbentuklah 10 angggota.
Banyak cerita mistik dibalik hutan larangan itu. Bahkan sudah menghantui sejumlah guru dan murid, namun mereka tetap sepakat menempuh petualangan yang dinilai ekstrim oleh banyak kalangan.
"Sebenarnya kami tahu, hutan larangan itu menyimpan banyak misteri. Cerita ini sudah lama digaungkan oleh nenek moyang kami. Namun, bila niat baik dimulai, dan atas lindunganNya, semoga niat baik itu akan terang jalannya," sebut Abdul Allatif, Kepala Sekolah SMA 2 Bangkinang.
Termasuk, ketika tim melihat makhluk seperti manusia bertubuh kecil. Bahkan, tingginya sekitar satu meter, yang datang satu-satu, lalu berkelompok. Mereka menatap dari balik dedaunan di tepi air terjun. "Makhluk itu tidak menganggu kami, namun sempat membuat bulu tengkuk (bulu kuduk) merinding," aku Abdul Allatif disapa Allatif.
Allatif, yang juga dikenal sebagai pemerhati seni dan budaya Kampar ini, juga pernah menjadi narasumber sejumlah media cetak dan elektronik di Provinsi Riau, terkait permasalahan dan pengembangan situs dan cagar budaya Candi Muara Takus, 2010 lalu.
Karena, tunak pada alam sekitarnya, membuat Allatif selalu melakukan ekspedisi dan berhasil menemukan sejumlah barang langka dan unik. Temuan ini dibuktikan Allatif, pada artefak, tembikar, kendi tempat air suci orang Hindu, piring dan keramik Cina, arca, (ada berbentuk orang, gajah dan harimau) di sekitar Desa Muara Takus.
Alasan itu pula, mengapa ekspedisi selanjutnya selalu ditambalkan lelaki berusia 52 tahun ini, menjadi sebuah petualangan yang acap menemukan sesuatu yang membikin decak kagum. Termasuk ketika tim melihat manusia kecil yang ditumbuhi bulu lebat.
"Orang itu seperti manusia berjalan dengan kedua kaki, dan mampu memanjat pohon dengan cepat," sebut pria kelahiran Kuok 4 Juli 1958 ini.
Sementara beberapa sumber lain yang pernah melihat manusia bertubuh kecil ini, mengakui bagian depan tubuh lebih terang ketimbang bagian belakang. Ini juga diperkuat sejumlah catatan para penjelajah dan peneliti dari zaman modern.
Termasuk ilmuwan Inggris yang penasaran dengan keberadaan makhluk ini. Sejumlah penelitian pun dilakukan dengan teknologi terkini. Malah, salah satu yang paling terkenal adalah penelitian yang dilakukan ahli primata, Deborah Martyr, pada 1990-an, seperti diuraikan kompas.com.
Martyr mengklaim pernah bertemu makhluk ini selain mengumpulkan keterangan dari beberapa saksi mata yang juga pernah melihat manusia liliput ini. Meski demikian, perjumpaan dan penelitian Martyr tidak cukup untuk mengonfirmasi keberadaan atau jenis makhluk ini, sehingga tetap menjadi misteri sampai saat ini. Pasalnya, pemasangan jebakan kamera oleh Jeremy Holden, tetap tidak membuahkan hasil.
Penelitian lain juga dilakukan Richard Freeman, Direktur Zoologi dari Centre for Fortean Zoology, Inggris. Seperti dilaporkan The Guardian pada 9 September 2011, ia bersama tim melacak keberadaan orang pendek di hutan Kerinci Seblat.
Freeman menyebut, kajian keempat kalinya itu sudah berlangsung sejak 2003 lalu. Ini dilakukan terkait adanya laporan warga bahwa makhluk ini beberapa kali terlihat merusak tanaman tebu. Laporan Freeman ini juga dimuat di The Guardian, 7 Oktober 2011. Namun, tetap tidak ada kesimpulan jelas tentang keberadaan 'orang pendek' ini.
Ini pun diamini Allatif, bahwa selama 10 hari di tengah hutan larangan itu, pihaknya juga tidak berhasil mendokumentasikan makhluk tersebut. "Memang misteri, mereka datang tiba-tiba, dan pergi dengan berkelebat cepat di balik pepohonan," sebutnya.*
Ekspedisi tim inovasi SMA 2 Bangkinang ke Hutan Lindung Batang Kapas, Kecamatan Lipat Kain, Kabupaten Kampar, sebenarnya lebih mengedepankan rasa kebersamaan untuk menjaga hutan dan keindahan alam. Ide untuk berpetualang di hutan larangan tersebut, ternyata serempak disambut sejumlah guru dan murid, saat itu. Nah, terbentuklah 10 angggota.
Banyak cerita mistik dibalik hutan larangan itu. Bahkan sudah menghantui sejumlah guru dan murid, namun mereka tetap sepakat menempuh petualangan yang dinilai ekstrim oleh banyak kalangan.
"Sebenarnya kami tahu, hutan larangan itu menyimpan banyak misteri. Cerita ini sudah lama digaungkan oleh nenek moyang kami. Namun, bila niat baik dimulai, dan atas lindunganNya, semoga niat baik itu akan terang jalannya," sebut Abdul Allatif, Kepala Sekolah SMA 2 Bangkinang.
Termasuk, ketika tim melihat makhluk seperti manusia bertubuh kecil. Bahkan, tingginya sekitar satu meter, yang datang satu-satu, lalu berkelompok. Mereka menatap dari balik dedaunan di tepi air terjun. "Makhluk itu tidak menganggu kami, namun sempat membuat bulu tengkuk (bulu kuduk) merinding," aku Abdul Allatif disapa Allatif.
Allatif, yang juga dikenal sebagai pemerhati seni dan budaya Kampar ini, juga pernah menjadi narasumber sejumlah media cetak dan elektronik di Provinsi Riau, terkait permasalahan dan pengembangan situs dan cagar budaya Candi Muara Takus, 2010 lalu.
Karena, tunak pada alam sekitarnya, membuat Allatif selalu melakukan ekspedisi dan berhasil menemukan sejumlah barang langka dan unik. Temuan ini dibuktikan Allatif, pada artefak, tembikar, kendi tempat air suci orang Hindu, piring dan keramik Cina, arca, (ada berbentuk orang, gajah dan harimau) di sekitar Desa Muara Takus.
Alasan itu pula, mengapa ekspedisi selanjutnya selalu ditambalkan lelaki berusia 52 tahun ini, menjadi sebuah petualangan yang acap menemukan sesuatu yang membikin decak kagum. Termasuk ketika tim melihat manusia kecil yang ditumbuhi bulu lebat.
"Orang itu seperti manusia berjalan dengan kedua kaki, dan mampu memanjat pohon dengan cepat," sebut pria kelahiran Kuok 4 Juli 1958 ini.
Sementara beberapa sumber lain yang pernah melihat manusia bertubuh kecil ini, mengakui bagian depan tubuh lebih terang ketimbang bagian belakang. Ini juga diperkuat sejumlah catatan para penjelajah dan peneliti dari zaman modern.
Termasuk ilmuwan Inggris yang penasaran dengan keberadaan makhluk ini. Sejumlah penelitian pun dilakukan dengan teknologi terkini. Malah, salah satu yang paling terkenal adalah penelitian yang dilakukan ahli primata, Deborah Martyr, pada 1990-an, seperti diuraikan kompas.com.
Martyr mengklaim pernah bertemu makhluk ini selain mengumpulkan keterangan dari beberapa saksi mata yang juga pernah melihat manusia liliput ini. Meski demikian, perjumpaan dan penelitian Martyr tidak cukup untuk mengonfirmasi keberadaan atau jenis makhluk ini, sehingga tetap menjadi misteri sampai saat ini. Pasalnya, pemasangan jebakan kamera oleh Jeremy Holden, tetap tidak membuahkan hasil.
Penelitian lain juga dilakukan Richard Freeman, Direktur Zoologi dari Centre for Fortean Zoology, Inggris. Seperti dilaporkan The Guardian pada 9 September 2011, ia bersama tim melacak keberadaan orang pendek di hutan Kerinci Seblat.
Freeman menyebut, kajian keempat kalinya itu sudah berlangsung sejak 2003 lalu. Ini dilakukan terkait adanya laporan warga bahwa makhluk ini beberapa kali terlihat merusak tanaman tebu. Laporan Freeman ini juga dimuat di The Guardian, 7 Oktober 2011. Namun, tetap tidak ada kesimpulan jelas tentang keberadaan 'orang pendek' ini.
Ini pun diamini Allatif, bahwa selama 10 hari di tengah hutan larangan itu, pihaknya juga tidak berhasil mendokumentasikan makhluk tersebut. "Memang misteri, mereka datang tiba-tiba, dan pergi dengan berkelebat cepat di balik pepohonan," sebutnya.*
0 komentar:
Posting Komentar