Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Kamis, 29 November 2012

BBM Subsidi Dihapus, Masyarakat Pesisir Menjerit

BBM Langka, Warga Desa Menjerit
CEKAU.COM-Masyarakat pesisir menjerit karena langkanya Bahan Bakar Minyak (BBM). Ini terjadi di sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Riau. Apalagi kelangkaan BBM bersubsidi. di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), kini tidak melayani konsumen karena kehabisan stok BBM bersubsidi. Rupanya, hingga tahun ini, Riau bakal melampau kuota ditetapkan pemerintah dan DPR. Realisasi kuota premium mencapai 78 persen dan solar 99 persen.
 
Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir tak bisa berbuat banyak, atas kelangkaan BBM ini. Mereka harus mencari kemana, jika BBM untuk mengisi lampu colok sebagai penerang rumah di malam hari tidak bisa dibeli. Begitu pula ketika hendak melaut. Kapal pompong kecil, yang harus disewa dengan toke (pengusaha kapal untuk nelayan), tidak bisa dipakai. Jika dipakai pun mereka pun tak sanggup menyewa. Karena, uang sewa kapal  terlalu tinggi, jika dibanding dengan pendapatan dari hasil melaut saat ini. Apalagi  minyak subsidu sulit didapat.

Hal ini diakui Ujang Sayang, warga Desa Anak Setatah, Rangsang Barat kepada redaksi cekau.com, bahwa  dirinya bingung kemana lagi mencari minyak sollar. Sementara sejumlah agen minyak di kampungnya sudah menuliskan bahwa BBM habis. "Kemana lagi kami mencari minyak ini,  kalau tidak melaut, makan apa kami pak," risau lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan tangkap di laut Selat Malaka.

Ini juga dialami Saheran, warga Pulau Rupat, Desa Titik Akar, menyebut bahwa hidupjika ini terjadi terus menerus, maka alamat kapal akan tenggelam. Kiasan ini disampaikannya ketika harus merogeh kocek sedalam-dalamnya, ketika ia harus pergi ke Kota Dumai untuk mendapatkan minyak, selama enam jam perjalanan dengan pompong.

"Aduh, biaya yang saya keluarkan tak tanggung-tanggung. Jika nasib nelayan seperti ini, maka alamat kapal akan tenggelam. Kemana lagi kami meminta pendapat, jika harga BBM terus mengalami kenaikan. Apa saja kerja pemerintah itu," kesalnya.

Sementara, Assitant Customer Relation Assistant Customer Relation Fuel Retail Marketing Region I Pertamina, Sonny Mirath kepada sejumlah wartawan di Pekanbaru, Selasa (27/11/2012) mengatakan, sepanjang 2012, Pertamina telah menyalurkan 749 ribu kilo liter (KL) premium dan 702 ribu KL solar di Riau.

"Kuota BBM bersubsidi jenis premium dan solar di Riau akan melampaui. Premium over sekitar satu sampai dua persen, solar sembilan sampai sepuluh persen. Jumlah ini diperkirakan hingga akhir 2012 nanti," terangnya.

Terkait ancaman jebolnya kuota BBM bersubsidi ini, lanjut Sonny, Pertamina telah menerima instruksi dari pemerintah melalui Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas, pada 7 November 2012 mengenai pengendalian distribusi sisa kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi 2012.

"Dalam surat itu, BPH Migas meminta Pertamina menyalurkan kuota BBM Bersubsidi sampai 31 Desember 2012, dengan melakukan pengendalian harian atau kitir harian," ucapnya.

Pengendalian tersebut, kata dia, ditujukan menjaga kuota yang telah ditetapkan pemerintah dan DPR dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan tahun 2012 sebesar 44,04 juta kiloliter, tidak terlampaui.

Namun, besarnya ancaman sosial atas pembatasan penyaluran BBM bersubsidi, serta mempertimbangkan kepentingan nasional lebih besar, Pertamina memutuskan menghentikan kebijakan pengendalian pasokan BBM.  "Kemudian Pertamina menunggu arahan selanjutnya dari pemerintah," katanya.

Sementara, pemerintah pusat tidak akan merealisasikan wacana satu hari tanpa menggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi untuk penghematan. Pasalnya, besaran angka penghematan tak signifikan. Apalagi dikhawatirkan akan ada gejolak di tengah masyarakat akibat tak adanya BBM bersubsidi.

"Dihitung-hitung, enggak banyak juga. Tapi ribut-ribut nanti," kata Menteri Energi Sumber Daya Mineral, Jero Wacik, sebelum rapat di Istana Negara, Jakarta, Selasa (27/11).

Jero mengatakan, wacana sehari tanpa BBM bersubsidi muncul setelah kuota BBM bersubsidi tahun 2012 sebesar 44 juta kiloliter hampir habis. "Jika tidak ada penghematan atau pemakaian tetap normal, kuota itu tidak akan cukup sampai akhir tahun 2012," jelasnya.*


0 komentar:

Posting Komentar

Prev Post Next Post Home