Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Minggu, 18 November 2012

Arsitektur Melayu Tua dan Jenis Rumah Adat Kurang Diminati

Gaya Arsitektur Melayu Tua
CEKAU.COM-Arsitektur tua melayu pada bangunan rumah milik penduduk asli melayu, kini masih terlihat satu-satu. Namun rumah yang terbuat dari kayu itu kondisinya sangat menyedihkan. Gaya arsitektur melayu tua itu tak banyak diminati, lantaran biaya yang dirogoh pun tak sedikit. Inilah pemicu arsitektur melayu tua kian terkikis, sehingga lebih banyak memilih arsitektur melayu modern dengan bahan baku beton bertulang dan ditambah lagi perkembangan arsitektur modern.

Hasil observasi cekau.com, ternyata rumah dengan gaya arsitektur rumah adat sudah mulai pupus. Namun pemerintah mencoba membangun bentuk rumah adat tersebut yang dibuat secara modern. Ya, tentunya bangunan tersebut dari bahan konstruksi beton bertulang dan minimalis berbahan kayu. Ini juga terlihat pada bangunan perkantoran, aula sebagai tempat pertemuan, masjid dan rumah dinas bupati dan  wakil bupati serta sarana sebagai tempat -tempat umum lainnnya.

Bangunan perkantoran pemerintah yang ada di setiap kabupaten di Provinsi Riau, mulai terlihat pada bentuk ukiran di jendela, pintu, tiang, tangga, partisi (pembatas dinding), tata ruang, dan model teras atau beranda depan dan atap bangunan yang unik dan memiliki list plang yang disebut orang melayu 'Lebah Bergayut' (Lebah bergantung) serta di ujung atap paling tinggi yang disebut selembayung.

Mengapa minim peminat terhadap gaya arsitektur melayu tua itu? Indikator lain, selain biaya besar, juga dikalahkan dengan gaya arsitektur luar, yang kini lagi marak dengan gaya arsitektur minimalis. Bahkan sebelumnya dikenal dengan sebutan gaya arsitektur minimalis atau kontemporer. Malah, selama ini banyak gaya bangunan di Indonesia lebih mengarah pada arsitektur Eropa yang dikenal art deco, arsitektur romanesque atau di Inggris yang berkembang menjadi gaya arsitektur Goth, ditandai dengan  bentuk pelengkung hingga dikenal dengan gaya arsitektur Norman.

Sementara jenis arsitektur modern terus mengalami perubahan, seperti dikenal Arsitektur Gotik, sebagai jenis arsitektur romantik yang dimulai dikemas dengan mengedepankan kolom-kolom besar sehingga memberikan kesan megah dan agung. Arsitektur lain disebut Barok muncul pada tahun 1600-1700-an dengan gaya bangunan berukuran besar, seperti Istana, di Siak Sri Indrapura, Provinsi Riau. Arsitektur jenis ini diperindah dengan tampilan lukisan dinding dengan ukuran besar. Era arsitektur Barok diikuti Francesco Borromini, Carlo Maderno, Pietro da Cortona, Baldassare Longhena, Nicholas Hawksmoor dan Gian Lorenzo Bernini.

Kemudian muncul gaya arsitektur neo-klasik pada abad 18 hingga 19 lalu. Arsitektur neo-klasik ini mulai mengarah pada pengembangan desain secara modern yang diawali dengan gaya eropa seperti di Inggris

Sementara gaya arsitektur melayu tua di Riau kini terlihat berbagai jenis. Jenis tersebut dikemas dalam desain rumah adat tradisional melayu Riau dikenal dengan istilah beragam. Istilah nama jenis Rumah Adat Melayu Riau itu diambil berdasarkan bentuk atap bangunan yang unik. Sementara bentuk rumah adat melayu Riau , seperti Rumah adat melayu Riau asli, dapat ditelusuri di perkampungan yang dulu merupakan zaman kerajaan. Nah, simak tulisannya:  Bentuk Rumah Adat Melayu Riau Asli yang Mulai Terkikis.

Arsitektur Melayu Istana Gunung Sahilan & Rumah Adat Sentajo
 Jenis atau Gaya Arsitektur Rumah Adat Melayu Riau itu adalah sebagai berikut:
  1. Rumah Adat Melayu Riau Balai Salaso Jatuh
  2. Rumah Adat Melayu Riau Salaso Jatuh Kembar
  3. Rumah Adat Melayu Riau Atap Limas
  4. Rumah Adat Melayu Riau Lipat Kajang
  5. Rumah Adat Melayu Riau Atap Lontik
Nah, mengapa disebut rumah adat tradisional melayu Riau Balai Salaso Jatuh? Di zaman kerajaan dulu, bangunan balai salaso jatuh ini dipakai bukan untuk rumah tinggal tetapi lebih diutamakan untuk rumah adat sebagai tempat musyawarah atau rapat adat. Bentuk bangunan ini juga sama dengan Salaso Jatuh Kembar, yang digandengan dua bangunan. Namun, bangunan jenis ini pun sudah mulai hilang di Riau, apalagi melihat bangunan yang dibuat oleh masyarakat melayu Riau.

Rumah adat tradisional melayu Riau Limas, juga didukung dengan bentuk atap umumnya yang disebut Rumah adat tradisional melayu Riau Atap Limas. Dengan bentuk bangunan dengan dinding atau badan bangunan lebih tinggi dari pada ukuran tinggi atap. Nah, bangunan ini banyak dipakai dan dibuat oleh masyarakat melayu sebagai tempat tinggal.

Begitu pula bangunan rumah melayu Lipat Kajang, yang diambil sesuai dengan bentuk atap bangunan. Bangunan ini juga sulit ditemui di perkampungan sebagai tempat tinggal warga. Hanya terlihat pada bangunan perkantoran yang baru dibangun oleh pemerintah dengan konsep bangunan arsitektur modern. Jensi bangunan rumah adat melayu ini dpat dilihat pda rumah godang suku di Kenegerian Sentajo, di Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi, yang hingga kini masih terpelihara. Padahal usia bangunan ini sudah mencapai 2,5 abad.
Arsitektur Melayu Tua Riau dikemas secara Modern
Sampai saat ini, suku di Kenegerian Sentajo tetap memegang teguh dan melestarikan adat budaya dan tradisi setempat. Salah satu buktinya, keberadaan rumah godang (rumah adat) masing-masing suku masih terlihat di kenegerian tersebut sebnyak 2 unit, namun yang terlihat kini hanya beberapa buah saja. Nah, simak tulisan lengkapnya terkait informasi rumah adat Rumah Godang Sentajo Kuansing.

Rumah adat tradisional melayu Riau dengan nama rumah lontik diambil berdasarkan jenis atapnya berbentuk lentik (lontik), seperti jemari tangan gadis-gadis melayu yang lentik. Namun ada juga menyebutnya Rumah Lancang, karena bentuk atap melengkung ke atas dan meruncing. Sementara sisinya dinding segiempat juga melentik (miring ke atas) yang disisipi tepi hias berbentuk kaki dinding seperti perahu atau istilahnya disebut lancang.

Nah, inilah jenis dan bentuk rumah adat melayu Riau, yang kini mulai punah dan sudah ditinggalkan oleh masyarakat melayu. Namun, jika melihat bentuk aslinya, Anda bisa mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta Timur, Indonesia, tepatnya di Anjungan Riau, yang bentuknya sangat besar, dan ruang di dalam bangunan sangat luas.

Bisa juga Anda bertandang ke Provinsi Riau, di setiap kabupaten. Namun yang terdekat Anda bisa berkunjung di Lokasi Bandar Serai Raja Ali Haji atau bekas lokasi MTQ Pekabaru, Jalan Sudirman Pekanbaru. Semoga informasi dapat memberikan pengetahuan dan menambah referensi arsitektur Anda. Salam 'cekau'. 

Arsitektur Rumah Melayu Tradisional di Sumatera

Umumnya, bentuk rumah adat melayu tradisional ini, juga sama jenis dan ragamnya. Baik itu berbentuk panggung, memiliki jendela besar, berbahan kayu dan papan dengan bentuk ukiran melayu yang khas dan unik serta bentuk atap yang spesial dan beragam. Namun seluruh bentuk rumah adat melayu ini merupakan satu-kesatuan yang tidak terpisahkan satu sama lain.

Ini juga terlihat bentuk rumah adat melayu yang ada di Sumatera dan termasuk di Jakarta, khususnya melayu Betawi. Namun memiliki nama rumah adat melayu yang berbeda-beda pula. Seperti, rumah adat melayu yang ada di Sumatera, seperti:
  1. Rumah adat melayu Palembang (Sumatera Selatan)
  2. Rumah adat melayu Deli di Sumatera Utara
  3. Rumah adat melayu Bengkulu
  4. Rumah adat melayu Jambi
  5. Rumah adat melayu Lampung
  6. Rumah adat melayu Aceh
  7. Rumah adat melayu Riau Kepulauan (Pemekaran dari Riau)
  8. Rumah adat melayu Bangka Belitung (pemekaran dari Sumatera Selatan)
  9. Rumah adat melayu di Padang, berbeda jenis atapnya
  10. Rumah adat melayu Betawi di Jakarta, memiliki bentuk yang sama
  11. Rumah adat melayu di Kalimantan, memiliki bentuk yang sama.
Nah, rumah adat melayu di Sumatera ini, umumnya berbentuk rumah panggung atau tiang dan terbuat dari bahan kayu pilihan. Bangunan rumah adat melayu ini juga terdiri dari pondasi tiang ( sekarang beralas pondasi cor beton), badan rumah dengan atap lebar, dan jenis atap yang berbeda-beda dan bangunan berbentuk persegi panjang dan memiliki beranda atau teras.

Konsep rumah adat melayu ini sepertinya dibangun oleh orangtua-tua dahulu tanpa kesepakatan, namun memiliki bentuk dan corak yang sama. Termasuk jenis ukiran dan motif yang dibuat pada ukiran pada rumah adat melayu tersebut. Hal ini terlihat pada bentuk ukiran di jendela, pintu, tangga, partisi (pembatas dinding), tata ruang, dan model teras atau beranda depan.

Bagaimana bentuk rumah adat melayu tradisional ini? Nah, inilah jenis dan bentuk rumah adat melayu Riau, yang kini mulai punah dan sudah ditinggalkan oleh masyarakat melayu. Namun, jika melihat bentuk aslinya, Anda bisa mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta, di Anjungan Riau, yang bentuknya sangat besar, dan ruang di dalam bangunan sangat luas.*


~ 2 komentar ~

  1. Popularitas rumah adat memang kalah dengan rumah minimalis yang lagi tren sekarang ini sob. Bahkan orang berlomba-lomba untuk merenovasi rumahnya agar up to date

    BalasHapus
  2. Pada dasarnya "Budaya adalah sesuatu yg bergerak dan dinamis namun esensinya harus tetap terpelihara."
    Tak terkecuali utk rumah adat, bila bermain ke kecamatan tjg pura kabupaten langkat provinsi sumatera utara, sampai +/- 10thnan silam, utk rumah adat melayu terkhusus "langkat" yg tdk bgtu terekspose masih banyak ditemui, rumah nenek saya sendiri masih sgt kental dgn langgam masyarakat melayunya, namun begitu besar juga biaya perawatan rumah yg terbuat dari bahan kayu tsb, sehingga tak byk yg mampu membiayainya. Tak hy itu saja, arus perubahan sosial juga ikut mempengaruhi disamping faktor arus perubahan tren kekinian yg mendominasi dan (+) efisien dan praktis diberlakukan scara sengaja ataupun tidak sengaja.

    BalasHapus

Prev Post Next Post Home