Lukman Edy |
CEKAU.COM-Lukman Edy, calon Gubernur Riau ini sudah berani mengajukan diri. Langkahnya gesit ketika menapakkan kakinya di ranah politik. Namun, tak sebanding dengan geraknya yang terbilang lamban, lantaran tubuhnya terbilang tambun bagi lelaki bernama lengkap Ir H Muhammad Lukman Edy MSi. Mengapa Lukman Edy begitu bersemangat mengikuti pencalonan Gubernur Riau yang kini banyak diminati itu. Apakah Edy mampu turun ke bawah?
Lukman Edy lahir di Teluk Pinang, Riau pada 26 November 1970 lalu itu memiliki strategi politik yang tidak diragukan lagi. Apalagi diusia mudanya ke 41 tahun ini pernah menjabat sebagai Menteri Percepatan Daerah Tertinggal pada Kabinet Indonesia Bersatu zaman Presiden Susilo Bambang Y, saat berusia 37 tahun. Lukman Edy menggantikan Syaifullah Yusuf saat Reshuffle ke-2 pada 9 Mei 2007 lalu. Nah, bagaimana lelaki Indragiri Hilir (Inhil) ini bisa mengambil simpati masyarakat Riau di luar Inhil?
Bagi sebagian kalangan, turunnya Lukman Edy (LE) dipertanyakan banyak pihak. Dari seorang mantan menteri hingga turun menjadi gubernur (mesti baru sebatas pencalonan). Ada yang menilai, pencalonan itu membuat harga diri seorang mantan Menteri menjadi jatuh. Apakah karena harta atau jabatan yang ingin diraih seorang Lukman Edy? Entahlah, pengakuan salah seorang sahabat lamanya, saat kuliah di Kota Malang, Jawa Timur dan sama-sama menjadi pengurus Ikatan Keluarga Mahasiswa dan Pelajar Riau (IKPMR) Malang, menilai, sosok karir mantan ketua IKPMR Malang itu terlalu cepat.
"Lukman Edy, memang memiliki ambisi jika sesuatu yang diraihnya belum tercapai. Nah, ambisius inilah membuat dia terlalu cepat menajak karier. Ditakutkan, hal ini justru membuat ia berhasil," katanya yang tidak mau disebut namanya kepada cekau.com.
Alasannya tidak mau disebutkan namanya itu, lantaran dirinya dan anggota lain kecewa, karena sempat ditinggalkan oleh Lukman Edy, ketika menjadi Menteri IDT. Apalagi menghubungi dia ketika itu sangat susah. Bahkan lima nomor telepon seluler tidak pernah digubris saat ditelepon apalagi diangkat.
Apalagi, langkah strategi Lukman Edy, selama ini melejit ketika menjadi menteri ketika usianya belum genap 37 tahun. Nah, lagkah ambisi inilah seperti sedang dipacu olehnya, karena sudah terbiasa menjadi yang termuda dalam banyak jenjang karier politik di Riau.
Bahkan, ketika kuliah dulu, predikat 'yang termuda' selalu disandang adik kandung Bupati Inhil Indra Muchlis Adnan ini, meniti karier organisasi dimulai sejak di bangku kuliah di Universitas Brawijaya, Malang dulu. Bahkan, Edy masuk senat mahasiswa ketika baru menapaki semester I. Sementara mahasiswa lain baru terlibat saat duduk di semester IV, V, atau VI.
"Jadi jika Lukman Edy ini turun ke bawah menjadi Gubernur Riau, otomatis beban yang dipikulnya sangat berat. Apalagi nama yang dibawanya dari Indragiri Hilir, memicu kontra bagi kalangan masyarakat. Pasalnya, Gubernur Riau saat ini, Rusli Zainal juga berasal dari daerah yang sama," nilainya.
Teman lama Lukman Edy ini pun menganalisis, masyarakat Riau sudah jenuh dengan kepemimpinan Rusli Zainal selama dua periode. Mesti bersifat personal bukan mewakili daerah Inhil, tapi masyarakat Riau, ingin mencari sosok pemimpin yang berasal dari daerah lain, selain Inhil atau Indragiri Hulu (Inhu). Jadi pilihan tentu jatuh pada daerah pesisir, seperti Siak, Bagansiapiapi, Bengkalis, dan Dumai atau memilih calon asal Kampar, Kuansing, Rokan Hulu dan Pelalawan.
Nah, benarkah analisis ini? Entahlah, yang jelas para calon Gubernur Riau atau Kandidat Gubernur Riau saat ini banyak peminat. Baca: Calon Gubernur Riau Perang Strategi. Bahkan, mereka sibuk melakukan pendekatan kepada media lokal atau Jakarta. Berbagai aksi simpati dilakukan dengan unik dan lucu.
Bagaimana peluang Lukman Edy? Turun ke bawah dengan konsep sosialisasi 4 pilar UUD sudah dilakukan jauh-jauh hari di daerah dan kabupaten di Riau. Bahkan sejumlah organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan sudah dibentuk Lukman Edy. Sekedar mencari simpati untuk turun ke bawah atau memang turun menjadi gubernur? Entahlah? (bersambung)*
Lukman Edy lahir di Teluk Pinang, Riau pada 26 November 1970 lalu itu memiliki strategi politik yang tidak diragukan lagi. Apalagi diusia mudanya ke 41 tahun ini pernah menjabat sebagai Menteri Percepatan Daerah Tertinggal pada Kabinet Indonesia Bersatu zaman Presiden Susilo Bambang Y, saat berusia 37 tahun. Lukman Edy menggantikan Syaifullah Yusuf saat Reshuffle ke-2 pada 9 Mei 2007 lalu. Nah, bagaimana lelaki Indragiri Hilir (Inhil) ini bisa mengambil simpati masyarakat Riau di luar Inhil?
Bagi sebagian kalangan, turunnya Lukman Edy (LE) dipertanyakan banyak pihak. Dari seorang mantan menteri hingga turun menjadi gubernur (mesti baru sebatas pencalonan). Ada yang menilai, pencalonan itu membuat harga diri seorang mantan Menteri menjadi jatuh. Apakah karena harta atau jabatan yang ingin diraih seorang Lukman Edy? Entahlah, pengakuan salah seorang sahabat lamanya, saat kuliah di Kota Malang, Jawa Timur dan sama-sama menjadi pengurus Ikatan Keluarga Mahasiswa dan Pelajar Riau (IKPMR) Malang, menilai, sosok karir mantan ketua IKPMR Malang itu terlalu cepat.
"Lukman Edy, memang memiliki ambisi jika sesuatu yang diraihnya belum tercapai. Nah, ambisius inilah membuat dia terlalu cepat menajak karier. Ditakutkan, hal ini justru membuat ia berhasil," katanya yang tidak mau disebut namanya kepada cekau.com.
Alasannya tidak mau disebutkan namanya itu, lantaran dirinya dan anggota lain kecewa, karena sempat ditinggalkan oleh Lukman Edy, ketika menjadi Menteri IDT. Apalagi menghubungi dia ketika itu sangat susah. Bahkan lima nomor telepon seluler tidak pernah digubris saat ditelepon apalagi diangkat.
Apalagi, langkah strategi Lukman Edy, selama ini melejit ketika menjadi menteri ketika usianya belum genap 37 tahun. Nah, lagkah ambisi inilah seperti sedang dipacu olehnya, karena sudah terbiasa menjadi yang termuda dalam banyak jenjang karier politik di Riau.
Bahkan, ketika kuliah dulu, predikat 'yang termuda' selalu disandang adik kandung Bupati Inhil Indra Muchlis Adnan ini, meniti karier organisasi dimulai sejak di bangku kuliah di Universitas Brawijaya, Malang dulu. Bahkan, Edy masuk senat mahasiswa ketika baru menapaki semester I. Sementara mahasiswa lain baru terlibat saat duduk di semester IV, V, atau VI.
"Jadi jika Lukman Edy ini turun ke bawah menjadi Gubernur Riau, otomatis beban yang dipikulnya sangat berat. Apalagi nama yang dibawanya dari Indragiri Hilir, memicu kontra bagi kalangan masyarakat. Pasalnya, Gubernur Riau saat ini, Rusli Zainal juga berasal dari daerah yang sama," nilainya.
Teman lama Lukman Edy ini pun menganalisis, masyarakat Riau sudah jenuh dengan kepemimpinan Rusli Zainal selama dua periode. Mesti bersifat personal bukan mewakili daerah Inhil, tapi masyarakat Riau, ingin mencari sosok pemimpin yang berasal dari daerah lain, selain Inhil atau Indragiri Hulu (Inhu). Jadi pilihan tentu jatuh pada daerah pesisir, seperti Siak, Bagansiapiapi, Bengkalis, dan Dumai atau memilih calon asal Kampar, Kuansing, Rokan Hulu dan Pelalawan.
Nah, benarkah analisis ini? Entahlah, yang jelas para calon Gubernur Riau atau Kandidat Gubernur Riau saat ini banyak peminat. Baca: Calon Gubernur Riau Perang Strategi. Bahkan, mereka sibuk melakukan pendekatan kepada media lokal atau Jakarta. Berbagai aksi simpati dilakukan dengan unik dan lucu.
Bagaimana peluang Lukman Edy? Turun ke bawah dengan konsep sosialisasi 4 pilar UUD sudah dilakukan jauh-jauh hari di daerah dan kabupaten di Riau. Bahkan sejumlah organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan sudah dibentuk Lukman Edy. Sekedar mencari simpati untuk turun ke bawah atau memang turun menjadi gubernur? Entahlah? (bersambung)*
0 komentar:
Posting Komentar