Batik Tabir Riau |
CEKAU.COM-Batik Riau hadir sejak 1985 melalui pelestarian desain dan budaya Melayu, sehingga dikenal dengan sebutan Batik Tabir. Bahkan, perkembangan Batik Riau kini telah menyebar ke seluruh Provinsi Riau dan luar. Secara resmi, Batik Tabir Riau diluncurkan pada kegiatan "Cenderahati Riau 2005" di Pekanbaru, pada 14-16 Maret 2005 lalu.
Batik Tabir dikenal sebagai motif batik yang populer di Riau saat ini. Batik Tabir ini adalah hasil revolusi Batik Tradisional Riau, sehingga menjadi Batik Modern.
Saat ini Batik Riau yang lebih dikenal dengan Batik Tabir sudah dipakai oleh masyarakat yang ada di Provinsi Riau. Selain di Kota Pekanbaru, Batik Riau juga telah dikembangkan di Kabupaten Siak dengan nama Batik Tabir, sedangkan di Kabupaten Kampar dan juga di Kabupaten Rokan Hulu dengan memakai motif khas daerah yang bersangkutan.
Seni Batik sudah sejak lama ada di Indonsia, termasuk Riau. Batik Riau dimulai pada zaman kerajaan Daik Lingga dan Kerajaan Siak, pada saat itu dikenallah suatu kerajinan tangan yang terkenal di lingkungan kerajaan para bangsawan istana, yaitu dalam bentuk kerajinan Batik Cap.
Pada masa itu, Batik Cap menggunakan bahan cap yanhg terbuat dari perunggu yang berisikan motif-motif khas. Masing-masing cap memiliki motif yang unik. Jelasnya, masing-masing cap mempunyai motif yang berbeda-beda pula. Pola dan cara membatik dengan batik cap ini sangat berbeda dengan batik tulis dan batik lainnya.
Oleh sebab itu untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dari batik cap ini terlebih dahulu bahan cap dicacahkan kepada bahan pewarna, lalu dicapkan pada bahan yang telah disediakan, sehingga motif yang ada pada cap akan pindah kepada bahan dasar kain yang kita sediakan.
Biasanya warna yang digunakan adalah warna kuning dan perak, kain dasar yang dugunakan adalah bahan dasar sutera atau bisa pula bahan halus lainnya yang biasanya bewarna hitam gelap. Motifnya tidak jauh berbeda dengan Kerajinan Tekad.
Seiring waktu berlalu, Batik Cap ini berubah menjadi "Telepuk," setelah itu bahan untuk cap berubah pula tidak berupa perunggu lagi, yaitu dari bahan kayu lembut yang diukir sesuai motif yang di inginkan. Ketika ada keperluan tertentu bahan cap bisa dibuat dari bahan buah-buahan yang keras, contohnya Kentang. Bahan cap dari buah ini biasanya hanya untuk sekali pakai saja atau tidak permanen sifatnya, motifnya sebatas ukuran bahan yang digunakan. Ketika masa pemerintahan raja-raja mulai berakhir, maka berakhir pulalah keberadaan Batik Cap ataupun Telepuk sampai beberapa waktu kemudian.
Semangat untuk tetap melestarikan dan menghidupkan kembali nuansa batik tersebut, maka Pemerintah Provinsi Riau pada tahun 1985 mengambil inisiatif untuk menumbuh kembangkan batik ini dengan cara memberikan pelatihan membatik kepada masyarakat Riau. Namun bukan batik cap, melainkan membatik yang mempunyai kesamaan dengan batik Jawa yang menggunakan canting, tetapi motif yang di pergunakan adalah murni motif Melayu Riau.
Waktu berjalan, pada 2004, Ketua Dekranasda Provinsi Riau, Dra Hj Septina Primawati Rusli MM, kembali membangkitkan kerajinan batik ini dengan menggunakan pola baru pada disain. Dengan cara ini sehingga kelihatan khas batik Riau dibandingkan dengan batik daerah lainnya melalui tangan terampil seorang seniman yang juga pengurus Dekranasda Provinsi Riau, yaitu H Encik Amrun Salmon.
Lalu dibuatlah percobaan demi percobaan yang akhirnya dapat menghasilkan suatu pola baru dengan membuat batik tulis/colet berpola dengan mengambil ilham dari tabir belang budaya Melayu Riau yang bergaris memanjang dari atas ke bawah dengan motif-motif Melayu yang ada, ini terutama terdapat pada tabir pelaminan Melayu Riau.
Maka dari motif-motif yang ada ini pula dikembangkan menjadi sebuah motif baru yang diberi nama sesuai aslinya. Dari pengembangan motif tradisional yang ada diciptakan motif baru yang tak lari dari akarnya yaitu antara lain: Bungo Kesumbo, Bunga Tanjung, Bunga Cempaka, Bunga Matahari Kaluk Berlapis, dan lainnya. Batik Riau ini tumbuh berkembang dan diberi nama "Batik Tabir".
Batik Tabir dikenal sebagai motif batik yang populer di Riau saat ini. Batik Tabir ini adalah hasil revolusi Batik Tradisional Riau, sehingga menjadi Batik Modern.
Saat ini Batik Riau yang lebih dikenal dengan Batik Tabir sudah dipakai oleh masyarakat yang ada di Provinsi Riau. Selain di Kota Pekanbaru, Batik Riau juga telah dikembangkan di Kabupaten Siak dengan nama Batik Tabir, sedangkan di Kabupaten Kampar dan juga di Kabupaten Rokan Hulu dengan memakai motif khas daerah yang bersangkutan.
Seni Batik sudah sejak lama ada di Indonsia, termasuk Riau. Batik Riau dimulai pada zaman kerajaan Daik Lingga dan Kerajaan Siak, pada saat itu dikenallah suatu kerajinan tangan yang terkenal di lingkungan kerajaan para bangsawan istana, yaitu dalam bentuk kerajinan Batik Cap.
Pada masa itu, Batik Cap menggunakan bahan cap yanhg terbuat dari perunggu yang berisikan motif-motif khas. Masing-masing cap memiliki motif yang unik. Jelasnya, masing-masing cap mempunyai motif yang berbeda-beda pula. Pola dan cara membatik dengan batik cap ini sangat berbeda dengan batik tulis dan batik lainnya.
Oleh sebab itu untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dari batik cap ini terlebih dahulu bahan cap dicacahkan kepada bahan pewarna, lalu dicapkan pada bahan yang telah disediakan, sehingga motif yang ada pada cap akan pindah kepada bahan dasar kain yang kita sediakan.
Biasanya warna yang digunakan adalah warna kuning dan perak, kain dasar yang dugunakan adalah bahan dasar sutera atau bisa pula bahan halus lainnya yang biasanya bewarna hitam gelap. Motifnya tidak jauh berbeda dengan Kerajinan Tekad.
Seiring waktu berlalu, Batik Cap ini berubah menjadi "Telepuk," setelah itu bahan untuk cap berubah pula tidak berupa perunggu lagi, yaitu dari bahan kayu lembut yang diukir sesuai motif yang di inginkan. Ketika ada keperluan tertentu bahan cap bisa dibuat dari bahan buah-buahan yang keras, contohnya Kentang. Bahan cap dari buah ini biasanya hanya untuk sekali pakai saja atau tidak permanen sifatnya, motifnya sebatas ukuran bahan yang digunakan. Ketika masa pemerintahan raja-raja mulai berakhir, maka berakhir pulalah keberadaan Batik Cap ataupun Telepuk sampai beberapa waktu kemudian.
Semangat untuk tetap melestarikan dan menghidupkan kembali nuansa batik tersebut, maka Pemerintah Provinsi Riau pada tahun 1985 mengambil inisiatif untuk menumbuh kembangkan batik ini dengan cara memberikan pelatihan membatik kepada masyarakat Riau. Namun bukan batik cap, melainkan membatik yang mempunyai kesamaan dengan batik Jawa yang menggunakan canting, tetapi motif yang di pergunakan adalah murni motif Melayu Riau.
Waktu berjalan, pada 2004, Ketua Dekranasda Provinsi Riau, Dra Hj Septina Primawati Rusli MM, kembali membangkitkan kerajinan batik ini dengan menggunakan pola baru pada disain. Dengan cara ini sehingga kelihatan khas batik Riau dibandingkan dengan batik daerah lainnya melalui tangan terampil seorang seniman yang juga pengurus Dekranasda Provinsi Riau, yaitu H Encik Amrun Salmon.
Lalu dibuatlah percobaan demi percobaan yang akhirnya dapat menghasilkan suatu pola baru dengan membuat batik tulis/colet berpola dengan mengambil ilham dari tabir belang budaya Melayu Riau yang bergaris memanjang dari atas ke bawah dengan motif-motif Melayu yang ada, ini terutama terdapat pada tabir pelaminan Melayu Riau.
Maka dari motif-motif yang ada ini pula dikembangkan menjadi sebuah motif baru yang diberi nama sesuai aslinya. Dari pengembangan motif tradisional yang ada diciptakan motif baru yang tak lari dari akarnya yaitu antara lain: Bungo Kesumbo, Bunga Tanjung, Bunga Cempaka, Bunga Matahari Kaluk Berlapis, dan lainnya. Batik Riau ini tumbuh berkembang dan diberi nama "Batik Tabir".
Jenis-jenis Batik Tabir Riau:
- Kain batik bahan sutera
- Kain batik bahan katun
- Kain batik bahan dobi
- Kain batik bahan tenun ATBM
- Kain batik bahan tenun ATM
- dan lain-lain
Motif Batik Tabir Riau |
200 Jenis Motif Batik Tabir Riau:
Batik Tabir Riau telah mempunyai 200 motif. Namun diantara sekian banyak motif tersebut, yang telah dipatenkan haknya adalah sebanyak 39 motif. Meliputi;
- Kembang Berisi Keluk Anak
- Kembang Penuh Putri Berhias
- Daun Paku Buluh Bertunas
- Kembang Berhias Tumpang Tindih
- Bunga Matahari Mutiara Bersusun
- Bunga Mekar Kuntum Bersanding
- Bunga Kapas Putri Berhias
- Bunga Matahari Bertabur Kuntum
- Bunga Cengkeh Mekar Penuh
- Bunga Bintang Hias Bersiku
- Kembang Penuh Wajik Bersambung
- Kembang Terkulai Bintang Bertabur
- Kuntum Mekar Wajik Bersusun
- Kuntum Penuh Tajuk Melambai
- Kuntum Berangkai Mekar Penuh
- Kuntum Mekar Bertangkup
- Kuntum Mekar Jalur Berhias
- Kuntum Bunga Mekar Melambai
- Sari Bertabur Kuntum Penuh
- Wajik Susun Bertabur Anak
- Kembang Berisi Tampuk Lima
- Kembang Penuh Siku Beradu
- Dayang Daun Kembang
- Kembang Berhias Kuntum Muda
- Bunga Mekar Pelangi Bersusun
- Bunga Penuh Awan Jingga
- Bunga Kundu Putri Bangsawan
- Bunga Matahari Keluk Berlapis
- Bunga Bertabur Tangkai Penuh
- Bintang-bintang Mekar Berseling
- Kembang Semangat Tajuk Bidadari
- Kembang Tersusun Kuntum Terkulai
- Kuntum Muda Kelopak Daun
- Mekar Kusuma Daun Bertindih
- Kuntum Bercabang Bintang-bintang
- Kuntum Bersusun Penuh
- Kuntum Mekar Kembang Bertabur
- Kuntum Mekar Tanjung Bersusun
- Siku-siku Kelopak Bersusun
Wooowww.. keren dan lengkap infonya..!! berbagai macam corak batik sudah bisa kita ciptakan, tinggal kita sebagai penerus bangsa indonesia harus bisa menjaganya agar tidak ada pengakuan budaya batik oleh bangsa lain lagi. batik adalah kebudayaan negara indonesia semoga makin berkebangpesat dan mendunia…!!
BalasHapus