Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Jumat, 08 Februari 2013

Budidaya Ikan Kurau, Faktor Fisika Perairan sebagai Penentu

Ikan Kurau Riau

CEKAU.COM-Salah satu faktor mempengaruhi budidaya Ikan Kurau melalui Karamba Jaring Apung (KJA) adalah hasil penelitian yang dilakukan di lapangan (survei). Hal ini dapat dilihat dari hasil Analisis Faktor Fisika, Kimia dan Biologi Perairan Laut, Sungai dan Sumur milik warga setempat atau kondisi sumur di wilayah survei. Desa Repan Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti.

Data dan informasi di atas diperlukan untuk memastikan apakah kondisi perairan di lokasi tersebut layak untuk pembesaran induk dan benih ikan kurau secara berkelanjutan (sustainable aquaculture). Lokasi lahan yang cocok,  akan dilihat dari parameter topografi, jenis/ tanah dan altitud (tinggi dari permukan laut). 

Data topografi lahan akan dilakukan dengan cara mengamati keadaan lahan. Jenis dan tipe tanah (Soil type dan quality)  dilakukan dengan mengambil tipe tanah pada beberapa titik (minimal 5 titik)  dan pada kedalaman sampai 1 meter dan selanjutkan dianalisa di laboratorium. Paramater yang dianalisis adalah pH tanah,  kandungan organik tanah,  dan tipe tanah.  Data ini akan dipakai untuk  rancangan konstruksi baik untuk bangunan maupun untuk kolam (tambak).

1. Faktor Fisika Perairan

Suhu (Derajat Celcius)

Suhu perairan laut desa Repan pada ketiga  stasiun tidak jauh berbeda yaitu berkisar antara 28,7 – 28,9 derajat Celcius, suhu perairan sungai kecil 27,6 derajat Celcius dan suhu air sumur 30,5 derajat Celcius.  Kondisi suhu  pada pada masing perairan masih cocok untuk kehidupan organisme  perairan. Cholik (1986), menyatakan bahwa suhu untuk daerah tropis tidak banyak bervariasi dan yang baik untuk kehidupan orgsnisme perairan berada pada kisaran 25 - 32 derajat Celcius.

Suhu air secara langsung mempengaruhi kecepatan makan, metabolisme dan pertumbuhan ikan.  Pada suhu di bawah optimum biasanya mengurangi aktivitas makan. Suhu air secara tidak langsung juga mempengaruhi cara makan ikan.  Perbedaan kecepatan metabolisme dan spesies ikan dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang diinginkan oleh ikan pasti berubah secara musiman, dalam hubungannya dengan spawning (Gunarso, 1985).

Kecerahan (Cm)

Kecerahan menunjukkan  nilai biasan cahaya matahari menembus lapisan permukaan perairan. Nilai kecerahan umumnya berbanding terbalik dengan kekeruhan, tingkat kecerahan suatu perairan dipengaruhi oleh kepadatan tersuspensi, bahan organik dan anorganik yang terdapat dalam perairan.
Kecerahan perairan laut  berkisaran antara 20 – 26 cm, sungai kecil/ stasiun 4 adalah 16 cm dan air sumur/stasiun 5 kecerahannya sampai dasar karena kedalamannya 0,6 meter. Rendahnya kecerahan perairan laut pada stasiun 3, disebabkan karena daerah tersebut merupakan aliran muara sungai sehingga terjadi pengadukan air laut dengan air sungai kecil, sehigga tingkat kecerahannya 16 cm. 

Ikan Kurau di Perairan Selatpanjang Riau
Menurut Welch (1984)  kecerahan merupakan suatu ukuran untuk menentukan penetrasian cahayas kedalam perairan, semakin tinggi kecerahan semakin dalam daya penetrasian cahaya matahari ke dalam air dan mempertinggi produktivitas primer. 

Kekeruhan (NTU)

Kekeruhan atau turbiditas menyatakan derajat kegelapan di dalam air yang disebabkan oleh bahan yang melayang baik organik maupun anorganik.  Kekeruhan adalah suatu ukuran yang menentukan biasan dalam air yang diakibatkan oleh adanya bahan-bahan tersuspensi, tanah liat, pasir, bahan organik, bakteri, plankton dan jasad renik (Wardoyo, 1981)

Kekeruhan di perairan pesisir terutama disebabkan oleh adanya masukan dari daerah daratan.  Kekeruhan pada perairan pesisir tidak sama sepanjang tahun, air akan sangat keruh pada musim penghujan karena aliran air limpasan yang biasanya mengandung sedimen tinggi menjadi meningkat (Nybakken, 1992).

Hasil pengukuran kekeruhan perairan laut desa Repan pada ketiga stasiun berkisar  145 - 260 NTU, sungai kecil/stasiun 4 adalah 297 NTU dan air sumur 84 NTU. Tingginya kekeruhan pada stasiun 3 (260 NTU) disebabkan karena tingginya padatan tersuspensi dan zat terlarut yang berasal dari   bahan organik dan anorganik yang dibawa aliran sungai.

Tebbut (1977), mengemukkan bahwa kekeruhan air dapat disebabkan oleh partikel-partikel lumpur, tanah liat buangan sampah kota atau limbah industri dan keberadaan sejumlah organisme. Dari hasil pengukuran di lapangan, ternyata nilai kekeruhan perairan laut, sungai dan air sumur desa Repan cukup tinggi, hal ini dapat mempengaruhi kehidupan  biota laut khususnya ikan.

Menurut Bruto (1985), kekeruhan perairan akan mempengaruhi ikan antara lain berkurangnya jumlah telur dan kelulushidupan larva ikan, terjadinya perubahan tingkah laku mijah, berkurangnya efisiensi makan, berkurangnya laju pertumbuhan, berkurangnya ukuran populasi, terganggunya respirasi dan berkurangnya keanekaragaman habitat.

Salinitas (0/00)

Salinitas merupakan faktor yang penting, karena bersama-sama dengan suhu menentukan berat jenis dari air laut dan terpenting dalam sirkulasi serta dapat menyidik asal usul air (Arief, 1980). Umumnya salinitas air laut berkisar 33 – 37 0/00 dan sangat tergantung pada lintang. Suhu dan salinitas penting artinya bagi kehidupan ikan karena kedua faktor tersebut erat hubungannya dengan distribusi organisme karena punya daya toleransi tertentu.

Dengan adanya daya toleransi terhadap suhu dan salinitas tertentu dikenal dengan adanya stenothermal, eurythermal, stenohalin dan euryhalin (Sidjabat, 1976). Salinitas di perairan estuaria selalu berfluktuasi, untuk bisa hidup di perairan payau, maka organismenya haruslah bersifat euryhaline yaitu toleransi kisaran yang luas (Sihotang, 1986). Jumlah organisme air tawar mencapai maksimum pada salinitas 00/00, kemudian jumlahnya menurun dengan meningkatnya salinitas dan mencapai jumlah minimum pada salinitas 7 0/00. 

Salinitas di atas 7 0/00 jumlah organisme air tawar menurun. Sebaliknya jumlah organisme air laut akan menurun dengan menurunnya salinitas (Pennak, 1973). Salinitas di perairan laut relatif stabil kecuali pada arah muara sungai yang sering mendapat pengaruh dari sungai. Hasil pengukuran lapangan salinitas perairan laut, pada ketiga stasiun berkisar  antara 22,3 – 25,4 0/00, terendah pada stasiun 3. Hal ini disebabkan karena stasiun tersebut merupakan muara sungai kecil yang memiliki kadar salinitas 14,6 0/00 dan salinitas air  sumur adalah 3,3 0/00.

Hutabarat dan Evan (1985), mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi kandungan nilai salinitas pada suatu perairan adalah adanya penyerapan pada permukaan perairan, banyaknya air tawar yang memasuki perairan laut dan pengaruh musim serta arus.

Kedalaman Perairan

Kedalaman perairan laut desa Repan pada ketiga stasiun berkisar 1,76– 2,82 meter, sungai kecil 1,2 meter dan sumur 0,6 meter. Pengukuran kedalaman tersebut dilakukan pada saat air mulai pasang, sehingga pengaruh air laut terhadap sungai kecil belum begitu besar. Perubahan kedalaman di suatu perairan disebabkan karena berfluktuasinya pasang surut dan topografi (bentuk) dasar perairan. Sementara untuk faktor Kimia dapat dilihat pada tulisan berikutnya. (bersambung)*


0 komentar:

Posting Komentar

Prev Post Next Post Home