Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Kamis, 07 Februari 2013

Sagu dan Isu-isu Strategis Permasalahan di Wilayah Pesisir

Menjemur Olahan Sagu

CEKAU.COM-Permasalahan pengelolaan ekosistem sagu secara umum atau isu-isu strategis pengelolaan sagu menjadi kendala dan bisa juga merupakan potensi yang sangat menjanjikan. Sekarang bagaimana niat baik untuk mengedepankan pengelolaan sagu tersebut untuk meningkatkan kehidupan masyarakat pesisir. Tentunya ini sebagai upaya matapencaharian alternatif dan menjadi kearifan lokal masyarakat setempat. 

"Padahal sagu tidak hanya dipakai industri saja, tetapi bisa juga dimanfaatkan untuk bidang lainnya, seperti pelepah (daun) sagu bisa djadikan pakan ternak untuk sapi atau kerbau sebesar lebih kurang 50 ton per hari," jelas Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Riau, Askardia R Patrianov kepada cekau.com.

Hanya saja, jelas Patrianov, potensi sagu ini banyak dikonversi ke tanaman lainnya seperti karet, kelapa dan kelapa sawit dan juga untuk lahan pertanian lainnya. "Hal ini juga sangat sulit dicegah adalah pengkonversian areal sagu menjadi pemukiman penduduk. Kegiatan konversi ini semakin hebat terjadi sehingga potensi areal sagu menjadi berkurang," sebutnya.

Data cekau.com, selama ini, yang menjadi permasalahan pengelolaan  ekosistem sagu di Provinsi Riau sehingga membuat potensi sagu ini dianggap terlupakan. Bahkan, terkesan, belum banyak upaya pemerintah melakukan analisis pengembangan sagu ini: baca tulisannya

Berikut permasalahan pengelolaan ekosistem sagu di Riau, antara lain:

Konversi Ekosistem Sagu Menjadi Peruntukan Lainnya

Potensi ekonomi sagu sampai saat ini masih dianggap rendah dan tidak menguntungkan, disisi lain areal pengembangan sagu merupakan areal gambut yang memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, dan potensi bahan organik yang tinggi.  Habitat ini sangat cocok untuk pengembangan komoditas lain yang lebih menguntungkan seperti karet, kelapa dan kelapa sawit. 
Peta Sebaran Sagu di Riau
Untuk itu banyak masyarakat yang sudah mengkonversi tanaman sagunya menjadi areal untuk tanaman lainnya seperti karet, kelapa dan kelapa sawit dan juga untuk lahan pertanian.  Hal yang juga sangat sulit dicegah adalah pengkonversian areal sagu menjadi pemukiman penduduk. Kegiatan konversi ini semakin hebat terjadi sehingga potensi areal sagu menjadi berkurang.

Ekosistem Sagu Sudah Bergabung dengan Tanaman Perkebunan

Ekosistem sagu ini yang enjadi kendala adalah ketika tanaman sagu sudah bergabung dengan tanaman perkebunan, seperti Karet dan Kelapa Sawit. Kondisi ini hampir selalu dijumpai dalam pengelolan ekosistem sagu di wilaya pesisir di Riau. Malah, areal sagu sudah terintegrasi bukan saja dengan karet dan kelapa sawit, tetapi juga tanaman kelapa dan lahan pertanian lainnya. 

Biasanya potensi ekonomi sagu akan kalah dengan potensi tanaman tersebut. Sehingga kondisi ini menyebabkan tingkat pemeliharaan tanaman sagu menjadi sangat tidak intensif. Untuk itu hal ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman sagu tidak optimal, yang pada akhirnya menurunkan potensi dari sagu. Rendahnya potensi sagu mendorong masyarakat untuk mengkonvesi tanaman sagu tersebut.

Kebakaran Gambut dan Ekosistem Sagu

Permasalahan yang sering dijumpai dalam pengelolaan ekosistem sagu di adalah masalah kebakaran gambut dan hutan yang berdampak pada kebakaran ekosistem sagu. Jika ini terjadi, maka kebakaran akan memusnahkan tanaman sagu dalam area yang sangat luas. Kondisi habitat tanaman sagu yang bergambut memiliki karakteristik mudah terbakar. Sehingga jika terjadi musim kemarau panjang, maka potensi kebakaran lahan gambut akan sangat besar dan berujung pada musnahnya tanaman sagu ini.  

Kerusakan Ekosistem Sagu 

Saat ini tingkat degradasi ekosistem sagu di wilayah pesisir sangat tinggi. Hal ini disebabkan adanya degradasi dalam bentuk luasan yang terjadi melalui konversi areal sagu menjadi peruntukan lainnya dan degradasi potensi tanaman sagu. Bahkan, degradasi lingkungan terutama abrasi pantai oleh gelombang air laut, semakin menambah rusaknya ekosistem ini.

Potensi kerusakan ekosistem sagu yang semakin tinggi setiap tahunnya akan berdampak kepada penurunan potensi dari ekosistem sagu, yang pada akhirnya akan berdampak kepada penurunan potensi ekonomi dari tanaman sagu tersebut.

Permasalahan Potensi Ekonomi Sagu

Permasalahan potensi ekonomi dari pengelolaan sagu ini, antara lain Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Petani Sagu masih Rendah. Hal ini merupakan masalah klasik dari pengelolaan masyarakat pesisir termasuk masyarakat yang beraktivitas di wilayah ekosistem gambut, termasuk aktivitas di dalam pengembangan tanaman sagu.

Mayarakat yang beraktivitas di dalam pengelolaan tanaman sagu umumnya memilik tingkat kesejahteraaana yan rendah. Biasanya mereka beraktivitas dengan hanya menjual tual-tual sagu. Kemampuan masyarakat memanen tual sagu juga sangat rendah, karena selain dengan teknologi sederhana, umumnya mereka bekerja hanya dengan jumlah pekerja sangat kecil. Hal ini juga terlihat masih satu rumpun famili.

Rendahnya kemampuan memanen tanaman sagu akan berdampak pada rendahnya potensi sagu yang dihasilkan, yang pada akhirnya akan berdampak pada potensi ekonomi yang didapat.

Harga pohon sagu per tual dinilai terlalu murah. Inilah penyebab dan permasalahan di lapangan. Harga pohon sagu dihitung berdasarkan tual sagu yang di dapat.  Satu pohon hanya berisikan 5 – 7 tual sagu ukuran 42 inc. Satu tual sagu di lokasi tanaman sagu  hanya dihargai Rp 13.000, jika sampai pabrik hanya dihargai sebesar Rp 16.000.  

Padahal ongkos satu trip angkutan untuk mengangkut tual sagu di wilayah pesisir masih relatif mahal. Rendahnya harga tual sagu akan berdampak pada rendahnya nilai ekonomi yang didapat oleh masyarakat petani sagu. Kondisi ini akan memacu masyarakat untuk mengkonversi tanaman sagunya menjadi tanaman lainnya. 

Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda. Kami pun membutuhkan masukan yang membangun. Silahkan bersubahat (berembuk), tapi yang baik, agar negeri ini selalu tetap bertuah. Ikuti tulisan berikutnya terkait Permasalahan Pengembangan dan Pemasaran Potensi Sagu di wilayah pesisir.*


0 komentar:

Posting Komentar

Prev Post Next Post Home