Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Jumat, 22 Februari 2013

Kasus Anas, SBY Minta Bantuan KPK

Presiden SBY

CEKAU.COM-Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga Dewan Pembina Partai Demokrat (PD), terusik dengan hasil survei Saiful Mujani Research and Cosulting (SMRC) yang memperlihatkan elektabilitas PD saat ini merosot. Bahkan mencapai angka 8 persen. Mulai kurangnya elektabilitas PD tersebut, membuat SBY meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) segera menuntaskan kasus yang diduga melibatkan Ketua Umum PD, Anas Urbaningrum.

Hal ini ditegaskan Presiden SBY pada jumpa pers di Hotel Hilton, Jeddah. Bahkan, SBY pun mengaku sudah mendapatkan informasi yang memprihatinkanm bahwa ia mengaku memahami kegusaran kader PD terkait survei anjloknya elektabilitas PD tersebut.

"Sejak kemarin malam dan sepanjang hari ini, saya terima banyak berita dari Tanah Air sesuai rilis survei tentang keadaan parpol dilihat dari sisi dukungan publik saat ini. Yang jadi perhatian adalah merosotnya angka untuk Partai Demokrat," kata SBY yang mengenakan pakaian serba putih dan songkok hitam memjawab pertanyaan wartawan sebelum berangkat umrah.

Menurut SBY, hasil survei elektabilitas PD ini merupakan hasil terendah. Padahal, dalam Pemilu 2009 lalu, PD masih mendapat 21 persen suara. "Atas hasil ini, terus terang beberapa kader mangatakan SOS, sudah berada dalam lampu merah," kata SBY seperti dilansir detikcom.

Kegusaran kader PD yang disampaikan kepada SBY itu mengaitkan hasil survei itu terkait dengan kasus hukum kader PD di KPK. "Ada yang mengatakan ada kesan mengapa kasus ini tidak kunjung selesai, seakan diulur-ulur, tidak ada konklusi," papar SBY.

Namun, kata SBY, hingga saat ini dirinya masih percaya kepada KPK, yang menjalankan tugas secara profesional, adil dan tidak ada niat buruk apa pun. "Saya yakin KPK yang jadi andalan dalam penegakan hukum dan pemberantasan korupsi, tidak tebang pilih," tegas SBY.

Karena itu, SBY meminta KPK untuk segera menuntaskan kasus dugaan korupsi, yang diduga melibatkan kader PD. "Termasuk saya pribadi, di tanah yang mulia ini saya mohon kepada KPK untuk bisa segera melakukan tindakan konklusif dan tuntas terhadap apa yang dilakukan sejumlah kader PD," pinta SBY.

"Kalau memang dinyatakan salah, kita terima memang salah. Kalau tidak salah, kita pingin tahu kalau itu tidak salah. Termasuk dalam hal ini Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum yang diperiksa KPK dan dicitrakan publik bersalah dalam kasus korupsi, meski KPK belum menjelaskan kasus ini," imbuh SBY.

Di tengah kerisauannya itulah, SBY langsung mengambil alih untuk menyelamatkan PD. SBY akan merespons hal itu dan berjanji akan mencari sikap solutif. Namun, tetap meminta petunjuk Allah SWT. Selain itu, SBY pun menyatakan, bahwa dirinya diminta untuk menyelamatkan PD, agar tidak semakin merosot pada Pemilu 2014. Hal ini dilakukan bukan semata-mata karena sebagai posisi dewan pembina. Namun, lebih dari itu, sebagai penggagas dan pendiri partai.

"Mungkin mereka menganggap saya tidak hanya dewan pembina. Tapi penggagas Demokrat. Saya pikir dalam-dalam untuk merespons permintaan itu. Tanggapan itu harus jernih, proporsional dan tidak emosional," katanya.

Menurut dia, yang dibutuhkan PD saat ini solusi atas pertanyaan mengapa dukungan publik merosot. "Solusi yang tidak terkait itu, bukan solusi yang cespleng," tambahnya.

Lantas apa tanggapan konkret SBY atas permintaan ini? SBY belum memberikan jawaban dan baru akan menyampaikan setelah umrah selesai. "Dua atau tiga jam lagi, kita akan berumrah di Makkah dan akan ke Madinah seraya ziarah ke makam Rasulullah, maka tanggapan saya atas permintaan itu, saya akan sampaikan setelah ibadah umrah selesai. Saya akan beribadah khusyu dan minta petunjuk kepada Allah agar dituntun membuat keputusan yang baik, agar saya dan teman-teman lain bisa selamatkan partai," jelas SBY.

SBY akan mencari solusi yang benar-benar rasional. "Saya nanti bisa sampaikan respons saya bisa di Madinah, di Kairo, atau saat sudah tiba di Tanah Air," katanya. 


0 komentar:

Posting Komentar

Prev Post Next Post Home