Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Jumat, 15 Februari 2013

Flu Burung 'Hantui' Peternak Riau

CEKAU.COM-Virus flu burung (avian influenza) kini mulai merambah dan menghantui peternak dan warga Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Provinsi Riau. Puluhan ayam mati mendadak di  peternakan milik warga, Kelurahan Bagan Barat, Bangko.  Sebulan lalu, kasus flu burung ini sempat menhantui warga Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau, ketika 2000 ekor lebih itik mati mendadak.

Di Bangko, flu burung yang sementara diduga sebagai penyebab matinya puluhan ayam di sebuah peternakan milik Asmara (38), warga Jalan Utama, RT 07/RW 02, Kelurahan Bagan Barat, Bangko, Rohil ini, terjadi setelah pekan lalu ternak unggas milik tetangganya mati. Namun hingga kini, belum diperkirakan sebagai akibat flu burung.

"Selasa (12/2/2013) lalu sekitar 20-an ekor ayam milik saya mati dan saya buang ke laut. Kemarin, Rabu (13/2), saat saya beri makan, ayam juga mendadak kejang dan berputar-putar dan tak lama kemudian jatuh, lalu mati. Saya baru sadar ini mungkin flu burung, lalu saya sampaikan laporan ke pihak kelurahan," kata Asmara kepada wartawan yang mengaku menggeluti usaha ayam Bangkok ini sudah setahun.

Asmara hanya pasrah melihat bisnis ayamnya gagal tahun ini. Pasalnya, jika dihitung-hitung, diperkirakan jumlah ayam bangkok berjumlah sekitar 83 ekor seharga rata-rata Rp300 ribu sampai Rp700 ribu per ekor.

"Ini musibah. Jadi saya tak bisa berbuat apa-apa lagi. Yang penting keluarga sehat dan selamat. Apalagi di rumah saya ada anak kecil berusia empat bulan. Kami minta temuan ini dipantau oleh pemerintah agar tidak merambat ke lain," pintanya.

Mendengar kabar ada ayam mati, Pusat Kesehatan Hewan bersama Camat Bangko HM Nur Hidayat bergegas turun ke lokasi, Rabu sore. Kepala Puskeswan Bangko, drh Ranty Asryyuni menegaskan, dari pemeriksaan yang dilakukan dipastikan ayam positif terkena virus flu burung.

"Gejalanya kepala ayam biru, di dada ditemukan titik merah, di tembolok juga biru. Ini diagnosis kita di lapangan. Selain itu ayam juga mengeluarkan ingus. Yang lebih parah kepala hewan membengkak," jelasnya.

Terkait keluarga Asmara, Ranty menyebutkan pentingnya dilakukan pengecekan kesehatan secara menyeluruh. Hal itu, menurutnya, perlu dilakukan untuk memastikan keluarga tersebut belum tertular virus berbahaya ini.

Temuan ini sebagai kasus pertama terjadi di Bangko, Rohil sejak beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, pihak Puskeswan menerima laporan dugaan flu burung tapi baru sebatas suspect. "Ya ada laporan lain sebelum ini dengan gejala hewan unggas yang mati, tapi setelah kita tes dan lakukan desinfeksi setiap hari tidak sampai seperti yang terjadi saat ini," katanya.

Ia menambahkan, temuan di Jalan Utama cukup parah karena sudah banyak ayam yang mati. "Jika warga lain mendapatkan gejala hewan yang mati mendadak sebaiknya segera melaporkan ke pihak terkait," sarannya.

Tindakan yang diambil tim selanjutnya melakukan depopulasi terhadap ayam. Sebagian petugas bersama pekerja di peternakan itu mengumpulkan ayam yang tersisa untuk disembelih, dibakar dan dikubur.

Menurut Ranty, jarak jangkauan penyebaran flu burung dalam area satu kilometer. Puskeswan, katanya, akan melakukan defaksinasi terhadap unggas milik warga. Sementara pihak kecamatan bakal meningkatkan imbauan agar unggas tidak dibiarkan berkeliaran.

"Masyarakat jangan melepaskan piaraannya. Nanti akan datang tim melakukan penyemprotan," kata Ranty. Tindakan sterilisasi lingkungan dan kandang juga dilakukan oleh tim Puskeswan Bangko dalam waktu tiga pekan atau 15 hari ke depan.

Kepala Diskes Rohil, dr HM Junaidi Saleh MKes membenarkan adanya tindakan untuk sterilisasi dan pemusnahan massal ayam di lokasi dan disusul pembersihan kandang milik warga secara berkala.

Terkait informasi adanya flu burung di Rohil ini, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan (Diskeswan) Provinsi Riau, drh Askardiya R Patrianov juga menyatakan akan terus melakukan monitoring di wilayah yang terdampak beresiko wabah flu burung di Rohil. Pantauan dilakukan mulai di tempat ayam mati hingga lingkungan masyarakat.

"Tim Diskeswan Provinsi Riau terus bekerja dan saling berkomunikasi dengan pemerintah daerah untuk melakukan monitoring di lapangan. Tindakan ini sebagai bentuk antisipasi ke daerah lain. Tujuannya agar tidak menyebar kemana-mana. Sementara hal ini juga akan diinformasikn ke pemerintah pusat," katanya.

Sementara sebanyak 2.000 itik bantuan Pemkab Indragiri Hulu (Inhu), Riau mati mendadak. Alasannya, yang jelas kematian itu disebabkan  wabah flu burung. Itik yang dibawa dari Cirebon, Jawa Barat ke Inhu, itu dari 7.500 itik, hanya 5000 leih yang masih hidup. Sisanya 2.000 lebih itik mati.

Hal ini  juga diakui drh Sri Mulyati, Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan kepada cekau.com, bahwa itik itu mati  karena terjangkit wabah flu burung. Menurutya, pengadaan itik tersebut diambil dari Cirebon, Jawa Barat. Padahal, daerah ini masih rawan bencana flu burung.

"Ya, kita sudah mengingatkan, agar tunda dulu pengadaan itik di daerah tersebut. Karena daerah itu dinilai masih rawan virus avian influenza. Dan, akhirnya pihak Pemkab Inhu sudah memutuskan kontrak kerja secara sepihak, mengingat resiko yang akan terjadi di kemudian hari," sebutnya.*


0 komentar:

Posting Komentar

Prev Post Next Post Home