Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Kamis, 28 Februari 2013

Kerusakan Ekosistem Mangrove di Wilayah Riau, Butuh Pendampingan Masyarakat

Abrasi Pantai di Desa Anak Setatah

CEKAU.COM-Wilayah pesisir Kabupaten Kepulauan Meranti telah mengalami tekanan yang cukup berat. Secara signifikan hal ini telah terjadi eskalasi degradasi kawasan pesisir dan pantai yang cukup memprihatinkan. Ini terlihat jelas disepanjang pesisir Desa Anak Setatah, yang dulu secaar administrasi masuk ke Kabupaten Bengkalis. Kecendrungan meningkatnya degradasi lingkungan pesisir/pantai di Kabupaten Meranti ini ditandai dengan meningkatnya kerusakan habitat (mangrove dan estuaria), dan perubahan garis pantai yang diakibatkan oleh abrasi maupun erosi, yang memang terletak di Selat Malaka.

Hal ini diungkapkan Pareng Rengi MSi, pemerhati wilayah pesisir dan laut Riau kepada cekau.com di ruang kerjanya di Fakultas Perikanan dan Kelautan (Faperika) Universitas Riau (UN)."Wilayah pesisir dan laut Indonesia memiliki kekayaan dan keanekaragaman hayati (biodiversity) terbesar di dunia. Hal ini didukung oleh adanya sumberdaya hayati dan non-hayati yang bernilai tinggi, seperti terumbu karang, ekosistem mangrove, estuaria, padang lamun, mineral, minyak bumi, dan lain sebagainya. Namun, bila ada kerusakan ekosistem mangrove maka akan mempengaruhi ekosistem lainnya," jelasnya.

Pareng menjelaskan bahwa daerah pesisir dan laut seperti di Kabupaten Bengkalis, Meranti, Rokan Hilir, dan Indragiri Hilir, bisa dikatakan sebagai kawasan yang sangat strategis di Provinsi Riau. Hal ini baik ditinjau dari segi teknis, keamanan, sosial maupun ekonomi. "Secara administratif keempat kabupaten ini wilayahnya adalah merupakan pesisir dan laut. Jika dikelola dengan baik maka ini sebuah potensi yang sangat menjanjikan," ungkapnya.

Pada wilayah tersebut, tambah Pareng, memiliki habitat disebut ekosistem yang produktif serta memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, yaitu ekosistem mangrove dan ekosistem estuaria. Untuk itu, sebut Pareng, sumberdaya alam dan potensi pembangunan perikanan dan laut ini secara geografis tersebar di perairan sungai, perairan pantai, perairan laut, dan beberapa pulau yang terdapat di keempat wilayah administrasi kabupaten ini," katanya.

Untuk mendukung pembangunan perikanan dan laut yang tersebar di wilayah tersebut, ungkap Pereng, maka diperlukan pengembangan kawasan tersebut menurut prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). "Untuk memanfaatkan potensi ini secara berkelanjutan, maka perlu diterapkan strategi pemanfaatan dalam batas-batas yang ramah lingkungan, melindungi dan mengkonservasi wilayah tertentu serta merehabilitasi wilayah pesisir yang rusak," jelasnya.

Jadi, analisis Pareng, bahwa sumberdaya utama dari wilayah pesisir dan laut itu adalah perikanan laut, baik perikanan tangkap maupun budidaya tambak dan budidaya laut. Malah, potensi perikanan ini sangat dipengaruhi oleh ekosistem utama wilayah pesisir yaitu hutan mangrove. "Maka kerusakan ekosistem mangrove akan mempengaruhi ekosistem lainnya," tutupnya.

Degradasi Wilayah Pesisir

Dalam satu dekade terakhir, kerusakan fisik pantai akibat dari abrasi dan erosi pantai telah meningkat secara nyata, (rata-rata laju abrasi pantai di Kabupaten Bengkalis adalah 3,16 m/tahun). Hal ini dapat dilihat, baik dari segi cakupan wilayah maupun intensitas abrasi serta dampak yang ditimbulkan, eskalasi dan intensitas abrasi dan erosi tersebut antara lain dipicu oleh adanya kegiatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. 

Sehingga apabila terjadi gangguan terhadap kondisi lingkungan maupun kondisi fisik wilayah pesisir maka secara langsung akan mempengaruhi semua sektor yang berada di wilayah pesisir tersebut ataupun mempunyai keterkaitan dengan pemanfaatan atau keberadaan wilayah pesisir. 

Kaidah-kaidah konservasi yang dilaksanakan di Provinsi Riau pada umumnya dan kabupaten wilayah pesisir khususnya selama ini belum optimal, sehingga tidak dapat membendung laju percepatan kerusakan akibat adanya keterbatasan-keterbatasan berupa 1). Sumberdaya yang terbatas jika dibandingkan dengan luas dan besarnya pesisir dan laut yang ada; 2). Perlindungan dan pengelolaan terhadap sumberdaya pesisir dan laut yang belum optimal; dan 3). Keterlibatan sumberdaya manusia pesisir dan laut dalam konservasi belum optimal, dengan adanya keterbatasan tersebut akan semakin membuka peluang parahnya kerusakan sumberdaya pesisir dan laut.   

Pendampingan Masyarakat

Untuk itu melalui pengelolaan perikanan pantai secara bersinambungan, kelompok tersebut masih perlu adanya konsultan pendamping, agar arah dan tujuan dari pengelolaan tersebut dapat diwujudkan. Peranan pendamping dalam pelaksanaan pemanfaatan sumberdaya perikanan di wilayah pesisir ini, yang kerap diperlukan. Kemandirian dalam berusaha yang dilihat dari beberapa aspek belum menununjukan kondisi yang maksimal dalam arti bisa melakukan kagiatan usaha.

Pendampingan masyarakat secara umum meliputi perencanaan, pengkoordinasian dan pengembangan berbagai aktivitas pembuatan program kemasyarakatan. Sebagai suatu kegiatan kolektif, penpedampingan masyarakat melibatkan beberapa aktor, seperti Pekerja Sosial, masyarakat setempat serta instansi terkait, yang saling berkerjasama mulai dari perancangan, pelaksanaan, sampai evaluasi terhadap program tersebut berjalan.

Program pendampingan salah satu cara yang bisa diterapkan dalam upaya memberikan bimbingan teknis dan sosial ekonomis yang memanfaatkan sumberdaya perikanan pesisir agar bisa bertahan dalam usahanya dan dapat melestarikan sumberdaya pesisir agar bisa diekspolitasi secara optimal. Hasil yang diharapkan dari proses penpedampingan ini tebentuknya usaha-usaha skala kecil yang menjadikan dasar pertumbuhan ekonomi di daerahnya masing-masing serta perbaikan dan mempertahankan sumberdaya pesisir itu sendiri.*


0 komentar:

Posting Komentar

Prev Post Next Post Home