Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Jumat, 22 Maret 2013

Putri Kaca Mayang dan Kisah Kerajaan Ghasib


CEKAU.COM-Banyak kisah yang dituturkan oleh orangtua-tua melayu Riau tentang wanita cantik, putih melepak (putih sekali), tinggi langsing anak seorang raja di sebuah Kerajaan Ghasib di Kuala Ghasib, Kecamatan Koto Ghasib, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Bahkan, makam Putri Kaca Mayang yang berhasil ditemukan warga setempat, ternyata harum semerbak dan dapat dilihat di Koto Ghasib.

Namun, keberadaan Kerajaan Ghasib hingga kini masih misteri. Tapi, banyak bukti ilmiah dan misteri selalu terungkap di wilayah Sungai Ghasib (anak sungai Siak) tersebut. Bahkan, cerita rakyat atau bisa disebut legenda ini terus bergulir hingga ke anak cucu. Bahkan bukti nyata atas cerita ini bahkan terus berkembang di masyarakat.

Nah, banyak cerita mistik sebelum makam tersebut ditemukan. Malah, jika salah cakap dan kata-kata, ada juga warga sekitarnya, harus berputar-putar di sekitar hutan, namun akhirnya dia kembali juga pulang ke rumah. Sementara harum semerbak wangi di makam putri tersebut sudah lama disampaikan oleh orangtua-tua dahulu. 

Bukti nyata, setelah hasil kajian mistik dan ilmiah, mengapa makan tersebut wangi, karena memang di sekitar makam Putri Kaca Mayang terletak di kawasan hutan dengan berjejer jenis pohon Seminai. Nah, pohon inilah yang mengeluarkan harum semerbak wangi tersebut. Ini juga diperkuat dengan cerita nenek moyang dulu.

Malah, ada juga penduduk setempat pernah melihat bentuk kerajaan Ghasib sebenarnya. Katanya, kerajaan Gasib itu terlihat dari kayu yang kuat dan besar. Didepan gerbang pagar tersusun kayu besar sebagai batas kerajaan yang di dalamnya juga terdapat pemukiman penduduk. Bangunan kerajaan yang yakini terbuat dari kayu pilihan itu, berbentuk panggung dengan tangga pintu masuk kerajaan sangat besar. Tingginya diperkiraan mencapai lebih dari enam meter.


Sampai-sampai, cerita meriam kerajaan Gasib masih terlihat dan keluar berjalan di sungai Gasib, Buatan. Mengapa, Kerajaan Ghasib masih misteri? Sementara makam Putri Kaca Mayang sudah ditemukan masyarakat setempat? Bahkan ada cerita seorang Panglima Ghasib yang terkenal dengan kekuatannya yakni Panglima Jimbam. Hanya saja, banyak di dunia maya (internet) menulisnya Panglima Ginpam atau Gimpam. Padahal penulisan nama ini dinilai banyak orang tetua-tua Siak adalah salah, Yang benar adalah Jimbam. 

Terakhir, kini ditemukan sebuah mahkota Putri Kaca Mayang Putri Raja Kerajaan Ghasib tersebut. namun sumber yang satu-satunya terlihat di media maya itu, tidak diketahui. Namun, banyak pendapat, jika benar mahkota Putri Kaca Mayang itu betul, maka biasanya ia mirip dengan Mahkota Putri kerajaan di Jawa. 
  
Diduga Mahkota Putri Kaca Mayang yang berhasil
ditemukan oleh sumber yang satu-satunya ada di media Internet
Kesaktian kekuatan Panglima Jimbam ini tidak diragukan lagi. Ia mampu pergi sendiri mengambil Putri Raja Putri Kaca Mayang yang diculik oleh Kerajaan Aceh. Atas perintah raja Ghasib, Panglima Jimbam mengerahkan kekuatan dan kesaktiannya melawan pasukan kerajaan Aceh. Perseteruan antara Kerajaan Aceh dengan Kerajaan Ghasib sudah lama terdengar. Bahkan dalam sejarah pun telah menulisnya. Begitu pula referensi di Belanda.

Pertikaian kerajaan Aceh dengan Kerajaan Ghasib dimulai ketika ekspansi kerajaan Aceh di Riau. Sementara kerajaan Ghasib saat itu masih memegang aliran kepercayaan, animisme dan dinamisme. Islam mulai masuk, namun hal ini juga didukung dengan terkenalnya kecantikan Putri Kaca Mayang saat itu. Sementara Kota Pekanbaru saat itu belum terbentuk, begitu pula Kerajaan Siak Sri Indrapura.

Namun aksi yang dilakukan Panglima Jimbam di Kerajaan Aceh berbilang hasil. Ia memboyong kembali Putri Kaca Mayang dengan mengangkat hanya sebelah tangannya dari Aceh ke Kuala Ghasib. Namun sayang, nyawa putri tidak tertolong lagi. Putri Kaca Mayang akhirnya wafat, sebelum sampai ke kerajaan Ghasib. Hal ini pula dijelaskan dalam sebuah lagu berjudul Putri Kaca Mayang yang diciptakan oleh Husni Thamrin dalam album Siak Bermadah, produksi Pemerintah Kabupaten Siak. 

Dari lirik lagu Putri Kaca Mayang ini sudah jelas terbaca, bahwa Kerajaan Ghasib tidak ada hubungan dengan Kerajaan Siak. Kerajaan Ghasib berdiri sendiri. Jika ada yang menulis, bahwa cerita Putri Kaca Mayang dan awal Kota Pekanbaru, perlu diperdebatkan.      

Seperti tulisan cerita Putri Kaca Mayang yang lain berhasil dibukukan dengan ringkas adalah dari kisah Puteri Kaca Mayang: Asal-Mula Kota Pekanbaru Bahkan, penulis pun menuturkan kisah hingga perjalanan Panglima Kerajaan Ghasib yang terkenal adalah Panglima Jimbam. Hanya saja, penulis mencoba menuturkan hubungan antara Kerajaan Ghasib dengan awal kota Pekanbaru. 

Inilah yang diperdebakan banyak pihak. Pasalnya, orang tetua-tua dulu mengingatkan bahwa tidak ada hubungannya antara kerajaan Ghasib dengan Kota Pekanbaru. Karena Kerajaan Ghasib berdiri sendiri dan sudah lama tegak sebelum kerajaan Siak. Sementara Kota Pekanbaru, berdiri berdasarkan titah kerajaan Siak di Siak Sri Indrapura. Sebelum Kota Pekanbaru berdiri, sudah kota atau Pasar yang terkenal di kawasan Petapahan, Sekarang masuk di wilayah administrasi Kabupaten Kampar.     

Cerita Putri Kaca Mayang Versi Lain

Alkisah, pada zaman dahulu kala, di tepi Sungai Siak berdirilah sebuah kerajaan yang bernama Gasib. Kerajaan ini sangat terkenal, karena mempunyai seorang panglima yang gagah perkasa dan disegani, Panglima Jimbam namanya. Selama ia menjadi penglima Kerajaan Gasib, tiada satu pun kerajaan lain yang dapat menaklukkannya.

Selain itu, Kerajaan Gasib juga mempunyai seorang putri yang kecantikannya sudah masyhur sampai ke berbagai negeri, Putri Kaca Mayang namanya. Meskipun demikian, tak seorang raja pun yang berani meminangnya. Mereka merasa segan meminang sang Putri, karena Raja Gasib terkenal mempunyai Panglima Jimbam yang gagah berani itu.

Pada suatu hari, Raja Aceh memberanikan dirinya meminang Putri Kaca Mayang. Ia pun mengutus dua orang panglimanya untuk menyampaikan maksud pinangannya kepada Raja Gasib. Sesampainya di hadapan Raja Gasib, kedua panglima itu kemudian menyampaikan maksud kedatangan mereka. “Ampun, Baginda! Kami adalah utusan Raja Aceh. Maksud kedatangan kami adalah untuk menyampaikan pinangan raja kami,” lapor seorang utusan. “Benar, Baginda! Raja kami bermaksud meminang Putri Baginda yang bernama Putri Kaca Mayang,” tambah utusan yang satunya.

Cerita Putri Kaca Mayang dalam Versi Lain
“Maaf, Utusan! Putriku belum bersedia untuk menikah. Sampaikan permohonan maaf kami kepada raja kalian,” jawab Raja Gasib dengan penuh wibawa. Mendengar jawaban itu, kedua utusan tersebut bergegas kembali ke Aceh dengan perasaan kesal dan kecewa.

Di hadapan Raja Aceh, kedua utusan itu melaporkan tentang penolakan Raja Gasib. Raja Aceh sangat kecewa dan merasa terhina mendengar laporan itu. Ia sangat marah dan berniat untuk menyerang Kerajaan Gasib.

Sementara itu, Raja Gasib telah mempersiapkan pasukan perang kerajaan untuk menghadapi serangan yang mungkin terjadi, karena ia sangat mengenal sifat Raja Aceh yang angkuh itu. Panglima Gimpam memimpin penjagaan di Kuala Gasib, yaitu daerah di sekitar Sungai Siak.

Rupanya segala persiapan Kerajaan Gasib diketahui oleh Kerajaan Aceh. Melalui seorang mata-matanya, Raja Aceh mengetahui Panglima Gimpam yang gagah perkasa itu berada di Kuala Gasib. Oleh sebab itu, Raja Aceh dan pasukannya mencari jalan lain untuk masuk ke negeri Gasib. Maka dibujuknya seorang penduduk Gasib menjadi penunjuk jalan.

“Hai, orang muda! Apakah kamu penduduk negeri ini?, tanya pengawal Raja Aceh kepada seorang penduduk Gasib. “Benar, Tuan!” jawab pemuda itu singkat. “Jika begitu, tunjukkan kepada kami jalan darat menuju negeri Gasib!” desak pengawal itu. Karena mengetahui pasukan yang dilengkapi dengan senjata itu akan menyerang negeri Gasib, pemuda itu menolak untuk menunjukkan mereka jalan menuju ke Gasib. Ia tidak ingin menghianati negerinya. “Maaf, Tuan! Sebenarnya saya tidak tahu seluk-beluk negeri ini,” jawab pemuda itu. Merasa dibohongi, pengawal Raja Aceh tiba-tiba menghajar pemuda itu hingga babak belur. Karena tidak tahan dengan siksaan yang diterimanya, pemuda itu terpaksa memberi petunjuk jalan darat menuju ke arah Gasib.

Berkat petunjuk pemuda itu, maka sampailah prajurit Aceh di negeri Gasib tanpa sepengetahuan Panglima Gimpam dan anak buahnya. Pada saat prajurit Aceh memasuki negeri Gasib, mereka mulai menyerang penduduk. Raja Gasib yang sedang bercengkerama dengan keluarga istana tidak mengetahui jika musuhnya telah memporak-porandakan kampung dan penduduknya. Ketika prajurit Aceh menyerbu halaman istana, barulah Raja Gasib sadar, namun perintah untuk melawan sudah terlambat. Semua pengawal yang tidak sempat mengadakan perlawanan telah tewas di ujung rencong (senjata khas Aceh) prajurit Aceh. Dalam sekejap, istana berhasil dikuasai oleh prajurit Aceh. Raja Gasib tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menyaksikan para pengawalnya tewas satu-persatu dibantai oleh prajurit Aceh. Putri Kaca Mayang yang cantik jelita itu pun berhasil mereka bawa lari.

Panglima Gimpam yang mendapat laporan bahwa istana telah dikuasai prajurit Aceh, ia bersama pasukannya segera kembali ke istana. Ia melihat mayat-mayat bergelimpangan bersimbah darah. Panglima Gimpam sangat marah dan bersumpah untuk membalas kekalahan Kerajaan Gasib dan berjanji akan membawa kembali Putri Kaca Mayang ke istana.

Pada saat itu pula Panglima Gimpam berangkat ke Aceh untuk menunaikan sumpahnya. Dengan kesaktiannya, tak berapa lama sampailah Panglima Gimpam di Aceh. Prajurit Aceh telah mempersiapkan diri menyambut kedatangannya. Mereka telah menyiapkan dua ekor gajah yang besar untuk menghadang Panglima Gimpam di gerbang istana. Ketika Panglima Gimpam tiba di gerbang istana, ia melompat ke punggung gajah besar itu. Dengan kesaktian dan keberaniannya, dibawanya kedua gajah yang telah dijinakkan itu ke istana untuk diserahkan kepada Raja Aceh.

Raja Aceh sangat terkejut dan takjub melihat keberanian dan kesaktian Panglima Gimpam menjinakkan gajah yang telah dipersiapkan untuk membunuhnya. Akhirnya Raja Aceh mengakui kesaktian Panglima Gimpam dan diserahkannya Putri Kaca Mayang untuk dibawa kembali ke istana Gasib.

Setelah itu, Panglima Gimpam segera membawa Putri Kaca Mayang yang sedang sakit itu ke Gasib. Dalam perjalanan pulang, penyakit sang Putri semakin parah. Angin yang begitu kencang membuat sang Putri susah untuk bernapas. Sesampainya di Sungai Kuantan, Putri Kaca Mayang meminta kepada Panglima Gimpam untuk berhenti sejenak. “Panglima! Aku sudah tidak kuat lagi menahan sakit ini. Tolong sampaikan salam dan permohonan maafku kepada keluargaku di istina Gasib,” ucap sang Putri dengan suara serak.

Belum sempat Panglima Gimpam berkata apa-apa, sang Putri pun menghembuskan nafas terakhirnya. Panglima Gimpam merasa bersalah sekali, karena ia tidak berhasil membawa sang Putri ke istana dalam keadaan hidup. Dengan diliputi rasa duka yang mendalam, Panglima Gimpam melanjutkan perjalanannya dengan membawa jenazah Putri Kaca Mayang ke hadapan Raja Gasib.

Sesampainya di Istana Gasib, kedatangan Panglima Gimpam yang membawa jenazah sang Putri itu disambut oleh keluarga istana dengan perasaan sedih. Seluruh istana dan penduduk negeri Gasib ikut berkabung. Tanpa menunggu lama-lama, jenazah Putri Kaca Mayang segera dimakamkan di Gasib. Sejak kehilangan putrinya, Raja Gasib sangat sedih dan kesepian. Semakin hari kesedihan Raja Gasib semakin dalam. Untuk menghilangkan bayangan putri yang amat dicintainya itu, Raja Gasib memutuskan untuk meninggalkan istana dan menyepi ke Gunung Ledang, Malaka.

Untuk sementara waktu, pemerintahan kerajaan Gasib dipegang oleh Panglima Gimpam. Namun, tak berapa lama, Panglima Gimpam pun berniat untuk meninggalkan kerajaan itu. Sifatnya yang setia, membuat Panglima Gimpam tidak ingin menikmati kesenangan di atas kesedihan dan penderitaan orang lain. Ia pun tidak mau mengambil milik orang lain walaupun kesempatan itu ada di depannya.

Akhirnya, atas kehendaknya sendiri, Panglima Gimpam berangkat meninggalkan Gasib dan membuka sebuah perkampungan baru, yang dinamakan Pekanbaru. Hingga kini, nama itu dipakai untuk menyebut nama ibukota Provinsi Riau yaitu Kota Pekanbaru. Sementara, makam Panglima Gimpam masih dapat kita saksikan di Hulu Sail, sekitar 20 km dari kota Pekanbaru.

Nah, jika Anda memiliki cerita tentang kisah Putri Kaca Mayang dan Kerajaan Ghasib dari orangtua-tua dahulu atau Anda pernah bermimpi atau melihat langsung kerajaan Siak tersebut, maka kami mengharapkan bila hal ini bisa anda kirimkan cerita tersebut ke redaksi@cekau.com. Kami akan menyambut baik atau informasi yang Anda berikan ke kami.*


0 komentar:

Posting Komentar

Prev Post Next Post Home