Zulher Lihat Bibit Topaz |
CEKAU.COM-Perusahaan perkebunan yang berada di Provinsi Riau diharapkan dapat mentransfer teknologi dan pengetahuan kepada masyarakat petani. Tentunya ini sebagai upaya mensejahterakan masyarakat. Termasuk, pengetahuan dalam penangkaran bibit kelapa sawit jenis Tenera atau Topaz, yang mampu menghasilkan banyak buah tanda dan minyak
Hal ini ditegaskan Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Riau Drs H Zulher MS kepada sejumlah wartawan. "Jadikan tranfer teknologi dan pengetahuan ini sebagai bagian dari tanggungjawab sosial perusahaan kepada petani dan masyarakat sekitarnya," tegasnya, usai berkunjung ke Pusat Pembibitan dan Penangkaran Bibit Kelapa Sawit PT Tunggal Yunus Estate (TYE) di Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, belum lama ini.
Dikatakan, Zulher, PT YTE, merupakan salah satu perusahaan penangkaran bibit kelapa sawit di Riau untuk jenis Tenera. Bibit ini terkenal sebagai diantara jenis bibit unggul yang merupakan hasil perkawinan silang antara dura (jenis betina) deli hasil introduksi Costarica dengan fisifera (pejantannya) asal Costarica.
Kunjungan itu, Zulher meninjau seluruh proses produksi bibit kelapa sawit unggul dan berkualitas. Kunjungan dimulai pada areal tanaman indukan serta prosesi perkawinan silang, hingga prosesi penciptaan bibit kelapa sawit dari pemilihan buah dan berakhir pada pembibitan.
"Proses ini harus diketahui dengan baik oleh masyarakat untuk meningkatkan keterampilannya dalam berkebun. Sehingga, hasil perkebunan masyarakat setidaknya bisa mendekati teknologi perusahaan ini. Apalagi bila dirata-ratakan, pendapatan petani kelapa sawit di Riau tidak sampai satu ton per bulan dengan rendemen berkisar pada 13 hingga 15persen," harapnya.
Kadisbun Riau Drs H Zulher MS (dua kiri) berdiskusi dengan General Manager Operasional PT YTE, Ang Boon Beng (kiri) terkait program CSR. (ist) |
Zulher yang juga mantan Sekda Kabupaten Kampar ini menjelaskan bahwa rendahnya produksi petani selama ini disebabkan kurangnya kemampuan keahlian dan keterampilan dalam berkebun yang baik. "Hal ini karena tidak menguasai teknologi dan pengetahuan memadai bidang perkebunan," sebutnya.
Untuk itu, ditegaskan Zulher lagi, bahwa seluruh perusahaan perkebunan di Riau diharapkan dapat mentransfer pengetahuan dan teknologi perkebunan kepada masyarakat dan seluruh komponen di bangsa ini. Tentunya ini sebagai upaya mensejahterakan masyarakat.
Partisipasi konkrit ini, kata Zulher, dapat dilakukan melalui program Corporate Social Respontibility (CSR). Sehingga teknik penangkaran bibit hingga penanaman dan pemeliharaan kebun, ini dapat dijadikan sebagai bagian kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan.
Zuler yang juga Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kampar, Riau ini pun menilai, bahwa untuk meningkatkan hasil produksi perkebunan kelapa sawit rakyat, maka para petani harus memulai dengan bibit berkualitas. Apalagi, 60 persen keberhasilan perkebunan ditentukan oleh bibit ini.
Banyak Tandan, Banyak Minyak
Untuk menciptakan bibit unggul kelapa sawit ini, tentunya tidaklah mudah. Hal ini diakui General Manager Operasional PT YTE, Ang Boon Beng, bahwa pembibitan yang dilakukan perusahaannya telah melalui proses yang panjang. Dimulai sejak 2002 lalu, sehingga pada 2012 ini, pihaknya telah melakukan sebanyak 31 kali percobaan di beberapa tempat berbeda dalam lingkungan areal perusahaan. Bahkan pihaknya membutuhkan luas areal percobaan mencapai 500 hektar.
"Memang, untuk mencapai hasil bibit unggul yang memuaskan ini tidaklah mudah. Kami harus melakukan penelitian tahap demi tahap, sejak 2002 lalu. Sehingga mencapai 31 kali percobaan dengan luas lahan yang harus disiapkan seluas 500 hektar," jelasnya.
Kadisbun Riau Drs H Zulher MS didampingi Manager Plan Material Unit PT YTE, Tan Kim Seng di pusat penangkaran kelapa sawit di Desa Petapahan, Tapung, Kampar. (ist) |
Sementara target penelitian ini, tambah Beng, adalah menciptakan bibit kelapa sawit unggul dan berkualitas. Hasilnya tidak sekadar banyaknya tandan, tetapi juga banyak minyak. Bahkan aplikasi penelitian tersebut, di salah satu lahan, pihaknya telah menghasilkan 3 ton per hektar per bulan, dengan rendemen 30 persen.
"Hanya saja, untuk bibit yang ditangkar pihaknya, sejauh ini masih terbatas, yaitu dikalangan perusahaan. Sementara yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar operasional perusahaan dari pusat penangkaran masih sebatas kecambah," akunya.*
0 komentar:
Posting Komentar