CEKAU.COM-Pasca tertangkapnya Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Luthfi Hasan Ishaaq oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menghebohkan rakyat Indonesia. Maklum Partai reformasi ini yang dihuni oleh para reformis baru itu, justru terjerat kasus dugaan suap impor daging sapi. PKS dinilai banyak orang akan diprediksi bakal ditinggalkan pemilih, bila isu ini terus digaungkan oleh media sampai Pemilu Legislatif 2014 mendatang.
Prediksi ini disampaikan Yusuf Supendi, mantan pendiri Partai Keadilan (cikal bakal Partai Keadilan Sejahtera). Yusuf bukanlah orang sembarangan di PKS. Yusuf adalah Ketua Dewan Syariah Partai Keadilan, anggota Majelis Syuro PKS, Anggota Dewan Syariah PKS, dan anggota Komisi III DPR dari Fraksi PKS. Yusuf adalah Gus Dur-nya PKS.
Yusuf yang mengaku sedih dengan penangkapan Luthfi meyakini perkara itu seperti tsunami yang bisa menghancurkan PKS di Pemilu 2014. "Menyedihkan sekali karena memakai atribut dakwah. Sangat merugikan umat Islam. PKS akan hancur lebur atau punah habis 2014," kata Yusuf, Kamis (31/1/2013).
Yusuf mengaku tak terkejut dengan penetapan tersangka Luthfi. Pasalnya, para petinggi PKS sudah lama disebut-sebut terlibat dalam penyimpangan impor daging sapi. Hanya saja, dia menyayangkan sikap para petinggi PKS yang menilai ada skenario politik dari pengungkapan kasus itu. "Jangan salahkan orang lain. KPK berangkat dari profesionalitas, pasti punya alat bukti," tegas Yusuf.
Yusuf juga mendesak Menteri Pertanian Suswono yang juga kader PKS mundur dari jabatannya. Selain itu, para petinggi PKS lain, seperti Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta dan Ketua Majelis Syuro PKS Hilmi Aminuddin, juga harus mundur. "Selama mereka tidak legowo mundur, selama itu juga partai hancur," pungkas Yusuf.
Pada tahun 2011, Yusuf Supendi sempat menjadi sorotan media kala ia melaporkan sejumlah elite PKS, termasuk Luthfi Hasan Ishaaq, ke Badan Kehormatan DPR. Dia menilai elite PKS tersebut melanggar kode etik anggota DPR. Selain Luthfi, Yusuf juga melaporkan Ketua Majelis Syuro PKS Hilmi Aminuddin, dan Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta.
Menurut Yusuf, Luthfi telah melanggar etika dan akhlak sebagai anggota DPR. Luthfi juga melanggar syariah dan melakukan perbuatan tidak menyenangkan dengan mengirimkan pesan singkat kepada Yusuf bernada mengancam. "Bahkan, ada yang mengirimkan SMS mau menghirup darah Yusuf Supendi. Aktor intelektualnya adalah Luthfi," ujar Yusuf kala itu.
Sedangkan Hilmi dan Anis dituding Yusuf telah menyalahgunakan anggaran. "Anis, penggelapan dana Pilkada DKI Rp 10 miliar bersumber dari Adang Daradjatun. Hilmi, putra pentolan Darul Islam, Danu Muhammad Hasan, gesit mengumpulkan setoran untuk memperkaya diri," ujar Yusuf.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin, juga menilai penangkapan Luthfi berdampak buruk pada citra partai Islam itu. "Saya tersentak atas ditangkapnya presiden PKS. Peristiwa itu bukan hanya berdampak pada diri beliau, tapi juga partainya sendiri serta partai Islam secara umum," lanjut Din usai meresmikan Masjid Perak, Kotagede, Yogyakarta, Kamis (31/1).
Menurut Din, kasus korupsi yang melilit partai Islam, merupakan masalah besar bagi umat Islam. Menurut dia, hal itu menggambarkan partai-partai berbasis massa Islam pada kenyataanya tidak lagi menampilkan nilai-nilai Islam.
"Sehingga ada yang berseloroh, sekarang tidak ada bedanya partai Islam dengan partai sekuler. Dari sudut positif mungkin kesemuanya memerjuangkan nilai Islam namun dari sudut negatif juga banyak dipanggil KPK," katanya.
Pendapat senada disampaikan Direktur Komunikasi Lembaga Survei Indonesia, Burhanuddin Muhtadi. Katanya, penahanan Lutfhi merusak nama besar partai berasas Islam ini. Burhan melihat elektabilitas partai yang kini masuk keempat besar di DPR itu akan merosot. "Sisi pertama, citra PKS di mata pemilih hancur lebur," kata Burhan, Kamis (31/1).
Selama ini, kata Burhan, jualan PKS ke pemilih adalah citra partai yang bersih. Kader-kader PKS pun relatif bersih. "Tapi ternyata, begitu sekali kena, langsung pucuk pimpinan partainya," kata penulis buku "Dilema PKS: Suara dan Syariah" itu.
Kasus ini, lanjut Burhan, akan memunculkan demoralisasi besar-besaran kader dan simpatisan PKS di seluruh daerah. "Demoralisasi ini muncul dengan efek berantai," tuturnya.
Sementara, Pengamat Politik Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, mengatakan, kasus ini akan memuluskan langkah Partai Gerakan Indonesia Raya dan Partai Nasional Demokrat masuk ke lima besar di Pemilu 2014. “Justru dengan kasus ini akan memuluskan langkah Gerindra dan Nasdem menuju lima besar. PKS akan terlempar dari lima besar itu karena penangkapan Luthfi tinggi sekali dampaknya,” sebutnya.
Ray juga menyebut, bahwa kasus ini juga berimbas terhadap calon-calon kepala daerah yang didukung PKS dalam pada Pilkada. Suara pendukung PKS sedikit banyak bakal beralih ke pasangan calon kepala daerah yang didukung partai lain. "Misalnya, di Jawa Barat. Posisi Rieke Diah Pitaloka dan Teten Masduki lebih terbuka jalannya, karena kader PKS kena kasus. Nanti akan memperlihatkan sinyal dalam Pilkada Jabar itu,” katanya.
Berbeda disampaikan Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari, bahwa citra PKS tak akan rontok. Pasalnya, Lutfhi bukanlah sosok motor suara di PKS, seperti halnya Susilo Bambang Yudhoyono di Partai Demokrat atau Prabowo Subianto di Gerindra. Karenanya, dijadikannya Presiden PKS menjadi tersangka oleh KPK, tidak membawa dampak terlalu besar mengguncang Partai tersebut. "Jadi "damage" akibat sang pimpinan ditahan di PKS tidak sebesar kalau terjadi di Demokrat atau Gerindra," ungkapnya.
0 komentar:
Posting Komentar