Ikan Kurau |
CEKAU.COM-Ikan kurau menjadi pilihan terakhir sebagai ikan yang terenak di wilayah pesisir Riau. Pasalnya, ikan terubuk yang dinilai sedap telurnya, kini sudah mulai punah di perairan selat Bengkalis, maupun di Selatpanjang dan Selat Malaka. Alasan itulah ikan kurau dijadikan terakhir karena hanya ikan kurau inilah yang tersisa. Hanya saja, harga ikan ini selangit. Bisa mencapai Rp80.000 hingga Rp150.000 per Kilogram. Wah..? Enakkah ikan ini dan bagaimana mencarinya?
Salah satu jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis penting yang banyak dijumpai di perairan tropis (Indo Pasifik) adalah dari famili Polynemidae (thereadfin). Ikan dari famili ini memiliki 8 genera dan 29 jenis (species) tersebar secara luas daerah tropis dan subtropis mulai dari Samudera Pasifik sampai Samudera India dan Indo Pasifik. Genus Polydactylus memiliki jenis yang terbanyak.
Salah satu dari jenis famili ini oleh masyarakat Riau (Bengkalis, Meranti, Bagansiapi-api, Siak, Pelalawan) dikenal dengan sebutan ikan Kurau. "Ikan ini menyukai perairan terbuka, dangkal dengan dasar perairan berlumpur, atau berpasir. Karena bersifat eurihalin, yaitu memiliki toleransi yang besar terhadap salinitas, tidak jarang ikan kurau dapat masuk ke muara sungai dan bahkan ke sungai-sungai yang berkadar garam rendah," jelas Profesor Usman M Tang, ahli Budidaya Perikanan Riau kepada cekau.com.
Profesor Usman juga menjelaskan, bahwa ikan kurau juga menyukai udang-udang dan ikan-ikan kecil sebagai menu hariannya. Diperkirakan ikan ini memijah di daerah permukaan. Telur yang berukuran kecil mengapung di permukaan air atau dekat permukaan hanyut oleh arus sampai menetas.
Hanya saja, terang Profesor, ikan kurau sudah menjadi ikan ekonomis penting di perairan di Riau, khususnya di Kabupaten Bengkalis dan Selatpanjang, karena itu keberadaannya selalu diburu. Sering kali dalam perburuan ikan kurau ini menimbulkan konflik antar nelayan, guna mempertahankan fishing ground yang secara sepihak diklaim kepunyaan mereka. Konflik berakhir dengan pembunuhan dan penculikan, seperti yang pernah terjadi di pertengahan tahun 2006.
Ikan Kurau menjadi ekonomis penting di Riau |
"Untuk itu, ketegangan yang timbul dan merugikan ke dua belah pihak yang bertikai harus diakhiri dengan usaha yang menguntungkan ke dua belah pihak, yaitu menciptakan usaha baru yang mampu meningkatkan produksi ikan kurau, baik di perairan alami maupun dengan cara budidaya," jelas pengajar di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau (UR) ini.
Untuk sampai kepada usaha budidaya yang ekonomis dan menguntungkan, tambah Usman, perlu terlebih dahulu dilakukan usaha domestikasi, yaitu suatu usaha menjinakkan suatu jenis organisme, dalam satu lingkungan yang dapat dikontrol, sehingga pertumbuhan dan produksi dapat dikontrol atau dikendalikan.
"Apalagi pertumbuhan budidaya yang semakin maju dengan teknologi pemijahan buatan dan pemberian pakan bermutu, telah mampu menghasilkan jumlah dan berat ikan melebihi dari jumlah atau beratnya di perairan alami," kata pria yang lulusan doktor di Institut Pertanian Bogor (IPB) ini kepada cekau.com.
Catatan cekau.com, dalam situs pribadi, Profesor Dahril pada 2008 pernah menulis bahwa ikan kurau merupakan ikan ekonomis penting yang sudah saatnya didomestikasi sehingga diharapkan mampu memecahkan permasalahan konfliks antar nelayan yang pernah terjadi dan menyelematkan ikan dari kepunahan di alam dan meningkatkan produksi demi kesejahteraan masyarakat.
Usaha domestikasi ikan kurau memerlukan perencanaan yang matang, baik dintinjau dari sudut teknis (lokasi yang tepat dimana domestikasi itu direncanakan; teknologi yang dipakai untuk usaha domestikasi, fasilitas yang diperlukan, tenaga terampil; dana yang berkesimbangan); biologis (aspek biologis ikan kurau; feeding bahavior; pertumbuhan; dll), serta kajian sosio ekonomis agar pada satu saat sebuah paket teknologi Budidaya ikan Kurau dapat diterapkan ke masyarakat.
Denah desain domestikasi ikan kurau |
Domestikasi merupakan salah satu pencapaian yang mengagumkan dari sejarah umat manusia. Domestikasi hewan atau tanaman telah dimulai sejak 14.000 SM, dan kini telah menghasilkan teknologi pemeliharaan yang sangat maju dalam usaha menyediakan makanan bagi umat manusia.
Lamun Batara, Paktisi Lingkungan Riau pun mengakui kepada cekau.com, bahwa upaya domestikasi ikan sedikit terlambat dibandingkan dengan hewan di darat, yaitu dimulai sekitar 2.500 SM yang ditandai adanya kegiatan budidaya ikan di Delta Nil Mesir dan Daratan Cina. Hal ini sudah dijelaskan Balon pada 1995, Bargese pada 1980. "Keuntungan yang diperoleh dari domestikasi antara lain: 1, pertumbuhan (kualitas dan kwantitas); 2, reproduksi (waktu dan rekayasa genetik); dan 3, biaya (waktu dan tenaga) dari ikan yang didomestikasi dapat dikontrol atau dimanipulasi," sebut Lamun, yang pernah beberapa kali ikut survei di perairan Selatpanjang di Kabupaten Meranti, Provinsi Riau.
Jadi kesimpulannya, bahwa sangat diperlukan suatu unit instalasi domestikasi yang memadai untuk melakukan berbagai kegiatan dan percobaan yang berkesinambungan sampai tercipta suatu paket teknologi budidaya ikan kurau sekala komersial dan aplikabel.
Rencana Budidaya Ikan Kurau di KJA |
Setidaknya usaha ini dapat menyiapkan dan mengkaji kemungkinan akan didirikan sebuah unit instalasi Domestikan Ikan Kurau di Riau oleh Pemerintah Kabupaten Bengkalis atau Kabupaten Kepulauan Meranti, atau pula keinginan yang layak dan bersekala nasional didukung oleh Pemerintah Provinsi Riau.
Jika ada program Pemerintah Provinsi Riau untuk anak-anak agar disuruh makan ikan, dengan harapan cerdas dan pandai, maka yang menjadi pertanyaan adalah harus makan ikan apa? Sementara harga ikan di pasaran ternyata lebih mahal ketimbang harga ayam potong. Nah, marilah kita pikirkan bersama.
Semoga informasi ini bermanfaat. Siapa tahu, anak dan cucu kita akan pintar karena makan ikan yang tidak didapat dari luar negeri tetapi betul-betul dari produksi dalam negeri, khususnya Riau.*
0 komentar:
Posting Komentar