MoU Disdik Riau- LAM Riau |
CEKAU.COM-Adat sopan santun dan budaya melayu secara luas akan dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan di Provinsi Riau. Telat? Ya, tapi setidaknya usaha ini sudah berbilang hasil. Mesti di Pulau Jawa, adat dan budaya Jawa dan Sunda telah lama dimasukkan ke dalam kurikulum lokal yang setingkat dengan SLTP (SMP) hingga SMA. Siapa pun orang yang bertandang dan mencari nafkah dan mengecam pendidikan di Riau, akan mendapatkan adat dan budaya melayu Riau secara utuh.
Kini usaha ini terbukti saat Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Riau lewat perjanjian kerja sama (Memorandum of Understanding -MoU) bersama Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, pada Senin (4/2/2013).
"Intinya, kerja sama tersebut telah membuka hati para pemimpin negeri ini. Bahkan bahan pelajaran yang disusun ini nantinya akan selaras dengan program nasional. Ini bisa mengurangi beban belajar dan membuat siswa lebih kreatif dan inovatif," terang Datuk Zulkifli kepada cekau.com, tetua melayu Riau yang lama tinggal di Tanjung Rhu (kota lama) di Pekanbaru.
Sementara Kepala Disdik Provinsi Riau, HM Wardan MP menyambut baik atas kerja sama tersebut. Alasannya, pendidikan adat dan budaya Melayu yang akan diterapkan di sekolah-sekolah yang ada Provinsi Riau ini, akan menghiasi mata pelajaran umum dan lokal yang sudah ada. Malah, katanya, ini sebuah gebrakan baru dalam dunia pendidikan di Riau.
"Saya menyambut baik kerjasama ini. Ini sebuah gebrakan baru yang harus dipertahankan, karena adat dan budaya melayu sebenarnya sudah lama dikenal oleh anak-cucu hingga kini, namun secara tertulis dan baku, hal ini harus dibuat segera agar ke depan pelaksanaannya dapat dikembangkan sesuai kurikulum nasional," jelasnya.
Penandatangan MoU itu langsung dilakukan Kepala Disdik Riau, HM Wardan MP bersama Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAM Riau, Tennas Effendi dan Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAM Riau, Al Azhar.
"MoU sebagai bentuk legitimasi pembelajaran adat dan budaya Melayu. Semoga kerjasama ini bukan saja bersifat seremonial belaka, namun lebih kepada kepentingan bersama yang menyangkut adat dan perkembangan budaya Melayu di mata dunia," ucap Wardan.
Kini usaha ini terbukti saat Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Riau lewat perjanjian kerja sama (Memorandum of Understanding -MoU) bersama Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, pada Senin (4/2/2013).
"Intinya, kerja sama tersebut telah membuka hati para pemimpin negeri ini. Bahkan bahan pelajaran yang disusun ini nantinya akan selaras dengan program nasional. Ini bisa mengurangi beban belajar dan membuat siswa lebih kreatif dan inovatif," terang Datuk Zulkifli kepada cekau.com, tetua melayu Riau yang lama tinggal di Tanjung Rhu (kota lama) di Pekanbaru.
Sementara Kepala Disdik Provinsi Riau, HM Wardan MP menyambut baik atas kerja sama tersebut. Alasannya, pendidikan adat dan budaya Melayu yang akan diterapkan di sekolah-sekolah yang ada Provinsi Riau ini, akan menghiasi mata pelajaran umum dan lokal yang sudah ada. Malah, katanya, ini sebuah gebrakan baru dalam dunia pendidikan di Riau.
"Saya menyambut baik kerjasama ini. Ini sebuah gebrakan baru yang harus dipertahankan, karena adat dan budaya melayu sebenarnya sudah lama dikenal oleh anak-cucu hingga kini, namun secara tertulis dan baku, hal ini harus dibuat segera agar ke depan pelaksanaannya dapat dikembangkan sesuai kurikulum nasional," jelasnya.
Penandatangan MoU itu langsung dilakukan Kepala Disdik Riau, HM Wardan MP bersama Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAM Riau, Tennas Effendi dan Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAM Riau, Al Azhar.
"MoU sebagai bentuk legitimasi pembelajaran adat dan budaya Melayu. Semoga kerjasama ini bukan saja bersifat seremonial belaka, namun lebih kepada kepentingan bersama yang menyangkut adat dan perkembangan budaya Melayu di mata dunia," ucap Wardan.
MoU dilakukan Kepala Disdik Riau, HM Wardan MP (Kiri) bersama Ketua Umum MKA LAM Riau, Tennas Effendi (Tengah) dan Ketua Umum DPH LAM Riau, Al Azhar (Kanan). (humas pemprov riau) |
Hal ini juga diakui Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAM Riau, Tennas Effendi kepada cekau.com, bahwa kerja sama ini sebuah pekerjaan yang membutuhkan kerjasama semua pihak pula. Partisipasi para tokoh adat dan budaya sangat penting, begitu pula tetua melayu Riau yang ada di Provinsi Riau ini.
"Yang terpenting adalah ini harus ditindaklanjuti melalui partisipasi semua pihak, agar kedepannya konsep in idapat diterima dan masuk kurikulum nasional," sebutnya.
Tennas pun menjelaskan bahwa keinginan LAM Riau untuk memasukan mata pelajaran adat dan budaya Melayu ke dalam kurikulum lokal sebenarnya sudah lama. Namun pihaknya menyadari proses ini membutuhkan waktu yang panjang. "Semoga tim yang terdiri dari pihak di Disdik maupun unsur LAM dapat mengembangkan kurikulum ini agar lebih baik, atas masukan dan partisipasi semua pihak," jelasnya.*
"Yang terpenting adalah ini harus ditindaklanjuti melalui partisipasi semua pihak, agar kedepannya konsep in idapat diterima dan masuk kurikulum nasional," sebutnya.
Tennas pun menjelaskan bahwa keinginan LAM Riau untuk memasukan mata pelajaran adat dan budaya Melayu ke dalam kurikulum lokal sebenarnya sudah lama. Namun pihaknya menyadari proses ini membutuhkan waktu yang panjang. "Semoga tim yang terdiri dari pihak di Disdik maupun unsur LAM dapat mengembangkan kurikulum ini agar lebih baik, atas masukan dan partisipasi semua pihak," jelasnya.*
0 komentar:
Posting Komentar