Anas Urbaningrum |
CEKAU.COM-Anas Urbaningrum perlahan-lahan mulai membuka 'lembaran buku' berikutnya usai dia berhenti menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Kali ini episode lembar buku Anas terkait dugaan kasus bailout Bank Century yang telah merugikan keuangan negara senilai Rp6,7 triliun.
Kerabat Anas di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sekaligus politisi Partai Hanura, Yuddy Chrisnandi menyampaikan hal itu saat ditemui di sela-sela acara Launching 'Hanura Digital' di Jakarta, Senin (24/2). Yuddy yang datang menemui Anas bersama Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso pada Minggu (23/2) malam bercerita terkait isi pembicaraan mereka bersama Anas.
"Saya dan Mas Priyo harus menunggu dulu di ring ketiga. Waktu mau masuk, masih ada Pak Anwar Nasution (mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan) dengan satu orang sepuh dari HMI. Saya tidak tahu dia bawa apa ke dalam," kata Yuddy seperti dilansir situs metroTV.
Menurut Yuddy, Anas yang ditemui berdua saja dengan Priyo sudah memberi beberapa informasi penting terkait dugaan kasus korupsi Bank Century. "Sekarang bolanya ada di Mas Priyo. Dia kan membidangi masalah Tim Pengawas Century. Anas akan menjadi pionir yang akan membongkar Bank Century senilai Rp6,7 triliun," papar Yuddy.
Saat dikejar lebih lanjut soal Century apa yang ingin dibongkar Anas, Yuddy mengelak untuk menjawab. Dia berdalih kebanyakan hanya konsumsi teman-teman, bukan untuk publik. "Pada intinya ya bola sekarang ada sama Mas Priyo. Jadi kita tunggu saja," beber Yuddy.
Sementara itu, Priyo membantah kedatanganya ke rumah Anas untuk membahas skandal Century. "Terserah itu kata Yuddy. Saya ketemu dengan Anas ekslusif. Saya tidak tertarik berbicara soal Century. Saya bicara soal sahabat," katanya seperti dilansir okezone.com.
Ditegaskan Priyo, dia hanya melakukan silaturahmi dan memberikan sedikit respon atas ditetapkanya Anas sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap proyek Hambalang. Selain itu, dia mengaku tidak merencanakan pertemuan itu dengan politikus lain di rumah Anas. Bahkan, dia mengaku tidak mengetahui bahwa ternyata juga banyak para politikus di kediaman Anas.
"Saya itu datang sebagai sahabat, karena belum tahu rumahnya Mas Anas. Saya merasa empati saat sahabat saya Mas Anas, jangan merasa sendirian. Saya lihat dia tegar dan tersenyum tidak terbersit lelah, saya sampaikan salam dari istri saya," tegasnya.
Seperti diketahui, dua tahun sudah skandal pengucuran dana talangan Rp6,7 triliun ke Bank Century mengendap di laci Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). KPK mengaku sudah memeriksa banyak saksi guna menenun konstruksi hukum kasus itu, tetapi belum jua sampai ke tujuan.
Anwar Nasution, pada Minggu menemui Anas. Pada saat dipimpin Anwar, BPK mengaudit aliran dana kasus Bank Century. Apakah keduanya membicarakan Century? "Saya tidak tahu (apa yang dibicarakan)," kata Ketua DPP Partai Demokrat, Umar Arsal. Umar merupakan salah satu orang dekat Anas yang setiap hari bertandang ke kediaman Anas di Duren Sawit, Jakarta Timur.
Umar menyebut, dia tidak mengikuti apa yang dibicarakan oleh Anwar Nasution dan Anas. Menurut Umar, setiap menerima tamu dia selalu membiarkan Anas berbicara dan menjauh dari pendopo tempat pertemuan. Menurut Umar, kedatangan Anwar karena mereka sama-sama pernah menjadi aktivis HMI. "Mereka berbicara selama satu jam," katanya seperti dilansir tempo.co.
Bekas Wakil Direktur Eksekutif Partai Demokrat M Rahmad juga mengaku tidak mengetahui apa saja agenda pertemuan dengan Anwar Nasution. Saat ditanya kemungkinan apakah pertemuan dengan Anwar dengan Anas adalah untuk membahas kasus Century, Rahmad enggan mengomentari. "Saya tidak tahu," kata dia.
Terpisah, anggota Dewan Pembina DPP Demokat, Hayono Isman mempersilakan Anas untuk buka-bukaan kasus Hambalang dan lain jika diperlukan. Permintaan anggota komisi I DPR RI itu menyusul pernyataan Anas saat konferensi pers yang akan membongkar kasus pusat olahraga Hambalang.
"PD memang harus dibebaskan dari korupsi. Jadi, saya mendukung katanya, itu halaman satu, masih ada halaman dua, halaman tiga dan seterusnya. Kalau Mas Anas punya informasi ada yang melakukan korupsi di dalam Partai Demokrat yang diketahui, silakan diungkap seterang-terangnya. Saya dukung sepenuhnya itu diungkap ke publik," tandas Hayono kepada Metro Riau.
Hayono memaklumi kalau Anas sekarang ini sedang gelisah. Sebab, siapapun menjadi tersangka itu memang tidak nyaman. "Dengan status tersangka, Anas bukan hanya berhenti sebagai Ketum DPP PD, tapi pada saat yang sama Mas Anas juga sudah bukan lagi sebagai kader PD," sebutnya.
Anas bisa saja menjadi justice collaborator (JC) bagi KPK dalam proyek Hambalang. KPK tentu menerima dengan tangan terbuka. Tapi ada syaratnya. "JC itu keputusan bersama. JC ini perlu dikasih reward. Di antara syaratnya mengakui tindak pidana yang dilakukannya. Memberikan info data yang valid terkait kepada KPK atau badan penegak hukum," jelas Juru Bicara KPK, Johan Budi seperti dilansir detikcom.
Masalahnya, lanjut Johan, setiap justice collaborator akan mendapatkan reward dari KPK. "Tentu reward-nya terkait dengan penuntutan. KPK kewenangannya menuntut, tentu tuntutannya lebih ringan," jelas Johan. Johan menjelaskan KPK juga tentu akan sangat berterima kasih kalau benar Anas mau membantu KPK dengan buka-bukaan dalam proyek Hambalang. "Karena banyak hal yang berkaitan dengan Hambalang. Silakan ada yang punya data sampaikan ke KPK, baik di luar pengakuan saksi dan tersangka. Itu akan divalidasi pengakuan dan data apakah benar," terangnya.
Anas sudah ditetapkan KPK sebagai tersangka. Dia diduga menerima Toyota Harrier pada 2010 terkait proyek Hambalang. Saat itu Anas menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Demokrat. KPK sudah mencegah Anas ke luar negeri. Dalam berbagai keterangannya, Anas sudah membantah menerima Harrier. Dia menyebut membelinya.
Wakil Ketua Pusat Pelaporan dan Analisi Transaksi Keuangan, Agus Santoso menyatakan telah menerima permintaan untuk menelusuri rekening pihak-pihak terkait proyek Hambalang. Namun, dia menolak menyebut siapa nama-nama pemilik rekening tersebut. "Dalam proses pengusutan kasus Hambalang ini, PPATK sudah memenuhi permintaan KPK untuk menelusuri transaksi keuangan pihak-pihak yang terkait," kata Agus dilansir tempo.co. Permintaan itu, kata Agus, datang bertahap. "Permintaan tersebut tentu saja tidak sekaligus," katanya.
Tapi justru dia enggan menyebutkan pemilik rekening yang sedang ditelusuri. Termasuk, apakah dari daftar itu ada nama Anas. "Saya tidak dapat menyampaikan nama-nama secara spesifik. Dalam proses pengusutan kasus Hambalang ini, PPATK selalu siap untuk mendukung demi mewujudkan Indonesia bersih," sebutnya.*
Kerabat Anas di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sekaligus politisi Partai Hanura, Yuddy Chrisnandi menyampaikan hal itu saat ditemui di sela-sela acara Launching 'Hanura Digital' di Jakarta, Senin (24/2). Yuddy yang datang menemui Anas bersama Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso pada Minggu (23/2) malam bercerita terkait isi pembicaraan mereka bersama Anas.
"Saya dan Mas Priyo harus menunggu dulu di ring ketiga. Waktu mau masuk, masih ada Pak Anwar Nasution (mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan) dengan satu orang sepuh dari HMI. Saya tidak tahu dia bawa apa ke dalam," kata Yuddy seperti dilansir situs metroTV.
Menurut Yuddy, Anas yang ditemui berdua saja dengan Priyo sudah memberi beberapa informasi penting terkait dugaan kasus korupsi Bank Century. "Sekarang bolanya ada di Mas Priyo. Dia kan membidangi masalah Tim Pengawas Century. Anas akan menjadi pionir yang akan membongkar Bank Century senilai Rp6,7 triliun," papar Yuddy.
Saat dikejar lebih lanjut soal Century apa yang ingin dibongkar Anas, Yuddy mengelak untuk menjawab. Dia berdalih kebanyakan hanya konsumsi teman-teman, bukan untuk publik. "Pada intinya ya bola sekarang ada sama Mas Priyo. Jadi kita tunggu saja," beber Yuddy.
Sementara itu, Priyo membantah kedatanganya ke rumah Anas untuk membahas skandal Century. "Terserah itu kata Yuddy. Saya ketemu dengan Anas ekslusif. Saya tidak tertarik berbicara soal Century. Saya bicara soal sahabat," katanya seperti dilansir okezone.com.
Ditegaskan Priyo, dia hanya melakukan silaturahmi dan memberikan sedikit respon atas ditetapkanya Anas sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap proyek Hambalang. Selain itu, dia mengaku tidak merencanakan pertemuan itu dengan politikus lain di rumah Anas. Bahkan, dia mengaku tidak mengetahui bahwa ternyata juga banyak para politikus di kediaman Anas.
"Saya itu datang sebagai sahabat, karena belum tahu rumahnya Mas Anas. Saya merasa empati saat sahabat saya Mas Anas, jangan merasa sendirian. Saya lihat dia tegar dan tersenyum tidak terbersit lelah, saya sampaikan salam dari istri saya," tegasnya.
Seperti diketahui, dua tahun sudah skandal pengucuran dana talangan Rp6,7 triliun ke Bank Century mengendap di laci Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). KPK mengaku sudah memeriksa banyak saksi guna menenun konstruksi hukum kasus itu, tetapi belum jua sampai ke tujuan.
Anwar Nasution, pada Minggu menemui Anas. Pada saat dipimpin Anwar, BPK mengaudit aliran dana kasus Bank Century. Apakah keduanya membicarakan Century? "Saya tidak tahu (apa yang dibicarakan)," kata Ketua DPP Partai Demokrat, Umar Arsal. Umar merupakan salah satu orang dekat Anas yang setiap hari bertandang ke kediaman Anas di Duren Sawit, Jakarta Timur.
Umar menyebut, dia tidak mengikuti apa yang dibicarakan oleh Anwar Nasution dan Anas. Menurut Umar, setiap menerima tamu dia selalu membiarkan Anas berbicara dan menjauh dari pendopo tempat pertemuan. Menurut Umar, kedatangan Anwar karena mereka sama-sama pernah menjadi aktivis HMI. "Mereka berbicara selama satu jam," katanya seperti dilansir tempo.co.
Bekas Wakil Direktur Eksekutif Partai Demokrat M Rahmad juga mengaku tidak mengetahui apa saja agenda pertemuan dengan Anwar Nasution. Saat ditanya kemungkinan apakah pertemuan dengan Anwar dengan Anas adalah untuk membahas kasus Century, Rahmad enggan mengomentari. "Saya tidak tahu," kata dia.
Terpisah, anggota Dewan Pembina DPP Demokat, Hayono Isman mempersilakan Anas untuk buka-bukaan kasus Hambalang dan lain jika diperlukan. Permintaan anggota komisi I DPR RI itu menyusul pernyataan Anas saat konferensi pers yang akan membongkar kasus pusat olahraga Hambalang.
"PD memang harus dibebaskan dari korupsi. Jadi, saya mendukung katanya, itu halaman satu, masih ada halaman dua, halaman tiga dan seterusnya. Kalau Mas Anas punya informasi ada yang melakukan korupsi di dalam Partai Demokrat yang diketahui, silakan diungkap seterang-terangnya. Saya dukung sepenuhnya itu diungkap ke publik," tandas Hayono kepada Metro Riau.
Hayono memaklumi kalau Anas sekarang ini sedang gelisah. Sebab, siapapun menjadi tersangka itu memang tidak nyaman. "Dengan status tersangka, Anas bukan hanya berhenti sebagai Ketum DPP PD, tapi pada saat yang sama Mas Anas juga sudah bukan lagi sebagai kader PD," sebutnya.
Anas bisa saja menjadi justice collaborator (JC) bagi KPK dalam proyek Hambalang. KPK tentu menerima dengan tangan terbuka. Tapi ada syaratnya. "JC itu keputusan bersama. JC ini perlu dikasih reward. Di antara syaratnya mengakui tindak pidana yang dilakukannya. Memberikan info data yang valid terkait kepada KPK atau badan penegak hukum," jelas Juru Bicara KPK, Johan Budi seperti dilansir detikcom.
Masalahnya, lanjut Johan, setiap justice collaborator akan mendapatkan reward dari KPK. "Tentu reward-nya terkait dengan penuntutan. KPK kewenangannya menuntut, tentu tuntutannya lebih ringan," jelas Johan. Johan menjelaskan KPK juga tentu akan sangat berterima kasih kalau benar Anas mau membantu KPK dengan buka-bukaan dalam proyek Hambalang. "Karena banyak hal yang berkaitan dengan Hambalang. Silakan ada yang punya data sampaikan ke KPK, baik di luar pengakuan saksi dan tersangka. Itu akan divalidasi pengakuan dan data apakah benar," terangnya.
Anas sudah ditetapkan KPK sebagai tersangka. Dia diduga menerima Toyota Harrier pada 2010 terkait proyek Hambalang. Saat itu Anas menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Demokrat. KPK sudah mencegah Anas ke luar negeri. Dalam berbagai keterangannya, Anas sudah membantah menerima Harrier. Dia menyebut membelinya.
Wakil Ketua Pusat Pelaporan dan Analisi Transaksi Keuangan, Agus Santoso menyatakan telah menerima permintaan untuk menelusuri rekening pihak-pihak terkait proyek Hambalang. Namun, dia menolak menyebut siapa nama-nama pemilik rekening tersebut. "Dalam proses pengusutan kasus Hambalang ini, PPATK sudah memenuhi permintaan KPK untuk menelusuri transaksi keuangan pihak-pihak yang terkait," kata Agus dilansir tempo.co. Permintaan itu, kata Agus, datang bertahap. "Permintaan tersebut tentu saja tidak sekaligus," katanya.
Tapi justru dia enggan menyebutkan pemilik rekening yang sedang ditelusuri. Termasuk, apakah dari daftar itu ada nama Anas. "Saya tidak dapat menyampaikan nama-nama secara spesifik. Dalam proses pengusutan kasus Hambalang ini, PPATK selalu siap untuk mendukung demi mewujudkan Indonesia bersih," sebutnya.*
0 komentar:
Posting Komentar