Pengolahan Sagu |
CEKAU.COM-Pengembangan dan pemasaran tanaman sagu terdapat permasalahan yang dapat menurunkan potensi ekonomi sagu. Permasalahan tersebut bisa berdampak pada masalah lain, seperti Penyuluhan Budidaya Sagu Minim, Kurangnya Pemberian Bibit dan Obat-Obatan, Pemasaran Sagu Masih Bersifat Lokal dan Nasional, dan permasalahan dalam Kegiatan Industri lainnya.
Apalagi masalah harga pohon sagu per tual (batang) dinilai terlalu murah. Harga pohon sagu dihitung berdasarkan tual. Satu pohon hanya berisikan 5 – 7 tual sagu ukuran 42 inci. Satu tual sagu di lokasi tanaman sagu hanya dihargai Rp 13.000, jika sampai pabrik hanya dihargai sebesar Rp 16.000. Inilah penyebab dan permasalahan di lapangan. Lengkapnya baca: Sagu, Potensi Agroindustri yang belum Tergarap Maksimal.
Sementara, pengembangan dan pemasaran tanaman sagu di Riau, khususnya di Kepulauan Meranti, adalah sebagai berikut:
Penyuluhan Budidaya Sagu Minim
Kegiatan penyuluhan yang dilakukan untuk kegiatan pengembangan tanaman sagu di Kabupaten Bengkalis ini sangat jarang dilakukan. Kondisi ini menyebabkan banyak petani sagu hanya mengandalkan pengetahuan tradisional dalam mengembangkan tanaman sagunya. Masih rendahnya ilmu pengetahuan masyarakat tentang pengembangan tanaman sagu, pengunaan bibit unggul dan bagaimana pemberantasan hama menyebabkan hasil yang didapat dari pengelolaan tanaman sagu menjadi tidak maksimal, bahkan cenderung masih rendah.
Kurangnya Pemberian Bibit dan Obat-Obatan
Program yang sampai saat ini masih belum berjalan dengan baik adalah kegiatan pemberian bibit-bibit sagu yang unggul dan pemberian obat-obatan pemberantasan hama dan penyakit. Para petani sagu sudah sangat mengeluhkan tentang kebutuhan bantuan bibit unggul dan kebutuhan obat-obatan.
Pemasaran Sagu Masih Bersifat Lokal dan Nasional
Saat ini kegiatan pemasaran hasil produksi sagu di Bengkalis masih bersifat lokal dan nasional. Belum ada kegiatan pemasaran yang bersifat ekspor. Kondisi ini disebabkan karena adanya keterbatasan tentang kualitas hasil olah sagu yang masih kurang baik serta masih rendahnya kapasitas produksi sagu yang dihasilkan dari Kabupaten Bengkalis ini.
Permasalahan dalam Kegiatan Industri
Sebagai contoh permasalahan yang ditemukan dalam kegiatan pengolahan industri sagu di Riau, adalah Pabrik Pengolahan Sagu Masih Sangat Jarang. Akibatnya industri sagu berpusat di Kecamatan Tebing Tinggi Barat dan Tebing Tinggi. Sedangkan di Kecamatan lain belum ada, atau masih sangat kurang.
Kondisi ini berdampak pada masalah angkutan tual-tual sagu yang dihasilkan. Jauhnya jarak pabrik menyebabkan masyarakat kesulitan untuk menjual tual sagunya. Karena ada banyak industri yang mau membayar tual sagu yang sudah sampai pabrik sagu. Kondisi harus secepatnya sipecahkan dengan membangun pabrik-pabrik sagu di setiap kecamatan yang berpotensi untuk pengembangan tanaman sagu.
Penipuan Jumlah Tual dalam Kegiatan Pengiriman Tual. Penipuan penjualan tual sagu sering terjadi di Kabuapten Bengkalis. Para pengelola industri sagu sering ditipu dalam hal jumlah tual yang dipesan dengan jumlah tual yang dikirim. Kadang-kadang jumlah trip pesanan tual tidak sama dengan jumlah trip tual yang masuk.
Hal ini jelas akan merugikan bagi para pengelola industri sagu. Kondisi ini pula yang menyebabkan banyak kilang-kilang sagu tradisional yang tutup. Persaingan Antar Kilang Sangat Tinggi, seperti Industri sagu di Kabupaten Meranti di Provinsi Riau, khususnya Tebing Tinggi Barat dan Tebing Tinggi, pada tahun-tahun lalu cukup banyak. Kondisi ini menyebabkan terjadinya persaingan yang sangat tinggi.
Salah satu persaingan yang tidak sehat adalah pencurian tual-tual sagu yang dimiliki oleh kilang industri sagu yang lain. Bahkan yang lebih parah adalah pencurian aset-aset pabrik baik berupa mesin atau sparepart mesin lainnya. Kondisi ini jelas akan merugikan kilang-kilang sagu tersebut. Karena kondisi ini pula telah menyebabkan banyak kilang-kilang sagu yang telah tutup.
Potensi Bahan Baku Berkurang
Potensi bahan baku untuk industri sagu saat ini telah berkurang. Hal ini sdah banyak dirasakan oleh banyak kilang-kilang sagu di Bengkalis. Banyak kilang sagu yang harus mencari bahan baku sagu sampai ke luar Bengkalis. Faktor yang mempengaruhinya adalah banyak areal tanaman sagu yang sudah terkonversi menjadi areal untuk tanaman lainnya seperti karet, kelapa dan kelapa sawit dan juga untuk lahan pertanian
Hal yang juga sangat sulit dicegah adalah pengkonversian areal sagu menjadi pemukiman penduduk. Kegiatan konversi ini semakin hebat terjadi sehingga potensi areal sagu menjadi berkurang. Konversi tanaman sagu telah menyebabkan suplai bahan baku untuk industri sagu juga telah berkurang secara drastis. Berkurangnya bahan baku sagu akan berdampak kepada menurunnya hasil sagu.
Modal Industri Kurang
Permasalahan klasik selalu muncul dalam pengembangan industri yang berbasis masa. Masalah tersebut adalah masalah modal industri yang kurang. Saat ini di Kabupaten Bengkalis para pengelola industri sagu kesulitan untuk mendapatkan dana segar dalam menjalankan dan meningkatkan kapasitas industrinya. Bahkan justru sebaliknya banyak industri sagu yang tutup karena ketiadaan modal.
Kurangnya Industri Pasca Industri Sagu
Saat ini potensi ekonomi sagu baru sampai dalam tahap pengolahan dari tanaman sagu menjadi sagu. Pengolahan tersebut dilakukan melalui kilang-kilang sagu. Potensi ekonomi sagu belum sampai kedalam produksi pasca industri sagu. Di Bengkalis industri-industri pengolahan bahan baku sagu masih kurang. Sehingga hasil industri sagu dijual dalam bentuk tepung sagu yang jelas nilai ekonominya lebih rendah dibandingkan dalam bentuk olahan sagu.*
0 komentar:
Posting Komentar