CEKAU.COM - Inalilahi Wainalilahi Rojiun. Seorang pejuang dan tokoh pendiri Provinsi Riau, H Wan Ghalib, Kamis (6/10) tepat pukul 18.30 WIB, itu wafat. Putra bangsa dan anak Jati Riau, asal Siak Sri Indrapura ini meninggal dunia di kediamannya di Jalan Sakuntala, Kota Pekanbaru, usai menunaikan ibadah Salat Magrib. Jenazah dikebumikan Jumat (7/10), ba'da Salat Jumat di Pemakaman Umum Senapelan, Pekanbaru.
Tak ada firasat dari keluarga atas kepergian pejuang yang memisahkan Provinsi Sumatera Tengah menjadi Provinsi Riau pada 1955 lalu, ini. Hanya saja, ayah dengan sembilan anak, dan juga kakek dari 49 cucu serta seorang Atuk (eyang) dari 24 cicit ini. Firasat itu terurai dari anak kelima, Wan Satria Jaya, ketika Ghalib berulang tahun ke-91.
"Entah kenapa saat Ulang tahun Uwak (ayah) ke-91 itu, dihadiri seluruh keluarga. Biasanya, tidak pernah lengkap, termasuk dari Jakarta ikut menghadiri acara pada Rabu (5/10) lalu," akunya.
Pengakuan Satria lagi, bahwa perayaan ulang tahun memang acap diperingati setiap tahun oleh keluarga. Akan tetapi, acara ulang tahun kali ini terlihat ada sesuatu yang berbeda. selain tingkah laku, maupun petuah (pesan nasehat) yang disampaikan Almarhum kepada anak, cucu bahkan cicit.
"Jangan kalian bertengkar kakak-beradik, jaga keluarga kalian dengan baik, mana tahu saya besok malam sudah tidak ada. Hidup damailah sesama saudara," pesan Ghalib, seperti dituturkan Satria.
Dan, benar. Hidup-mati seseorang yang tahu hanya Allah. Kita hanya bisa mengurai hidup dalam pikiran-pikiran. Tak mudah mengusut kata hati untuk menjawab dalam pikiran-pikiran itu. Selamat berpisah pejuang ku. Semoga Allah memberikan yang terbaik bagi hambanya yang saleh. *
"Entah kenapa saat Ulang tahun Uwak (ayah) ke-91 itu, dihadiri seluruh keluarga. Biasanya, tidak pernah lengkap, termasuk dari Jakarta ikut menghadiri acara pada Rabu (5/10) lalu," akunya.
Pengakuan Satria lagi, bahwa perayaan ulang tahun memang acap diperingati setiap tahun oleh keluarga. Akan tetapi, acara ulang tahun kali ini terlihat ada sesuatu yang berbeda. selain tingkah laku, maupun petuah (pesan nasehat) yang disampaikan Almarhum kepada anak, cucu bahkan cicit.
"Jangan kalian bertengkar kakak-beradik, jaga keluarga kalian dengan baik, mana tahu saya besok malam sudah tidak ada. Hidup damailah sesama saudara," pesan Ghalib, seperti dituturkan Satria.
Dan, benar. Hidup-mati seseorang yang tahu hanya Allah. Kita hanya bisa mengurai hidup dalam pikiran-pikiran. Tak mudah mengusut kata hati untuk menjawab dalam pikiran-pikiran itu. Selamat berpisah pejuang ku. Semoga Allah memberikan yang terbaik bagi hambanya yang saleh. *
0 komentar:
Posting Komentar