Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Kamis, 24 Mei 2012

Motif Ukir Melayu 'Lesap' Ditelan Bumi

CEKAU.COM-Sejumlah motif ukiran tradisional Melayu semakin terkikis dan seperti lesap ditelan bumi. Banyak penyebabnya. Sebut saja, ketika banyak bangunan, khususnya rumah adat sebagai media penerapan utama, sudah jarang dihiasi dengan berbagai motif ukiran tersebut.

Malah, penempatan dan pemakaian ukiran pada media umumnya kayu, sebagai bahan bangunan, dulunya dinilai lebih murah dan efisien, kini justru bebalik arah. Mahal, bahkan sulit didapat. Namun, meski kini ada sejumlah bangunan tua yang tetap mempertahankan kaidah motif dan ukiran yang terlihat justru kurang terawat dan lapuk.

Ini dinilai akibat besarnya biaya perawatan, sedangkan untuk membangun kembali rumah tersebut, membutuhkan biaya relatif besar. Begitu halnya dengan benda-banda atau peralatan tradisional berbahan dasar kayu, seperti tempurung, alu, sendok kayu yang semula berbentuk ukiran, telah tergantikan dengan peralatan moderen yang tidak dihiasi ukiran lagi. 

Ditakutkan bila keanekaragaman kebudayaan Indonesia punah hingga ke generasi, maka potret kebudayaan ini akan diambil orang alias di curi negara lain. Sebut saja berbagai pencurian kekayaan budaya, mematenkan, atau menggunakan secara komersial.

Buktinya sudah banyak artefak budaya Indonesia yang diduga dicuri, dipatenkan, diklaim, dan atau dieksploitasi secara komersial oleh korporasi asing, bahkan oknum warga negara asing, yang didulunya mereka adalah orang Indonesia sendiri.

Mengapa Lesap

Berikut mengapa motif dan ukiran ini semakin lesap di telan bumi, yang dirangkum dari berbagai sumber:

  1. Semakin jarangnya generasi mendirikan bangunan bercorak ukiran disebabkan beralih profesi menjadi pengukir furnitur. Akibatnya peralihan generasi ini menyebabkan penempatan ukiran pada furnitur tidak lagi mempertimbangkan arti dan makna motif ukir.
  2. Banyak para pengukir sempat bertahan sebagai pengukir rumah justru kini semakin sedikit akibat usia semakin lanjut.
  3. Penempatan kata-kata adat semakin jarang dalam kehidupan sehari-hari, akibatnya generasi penerus tidak mengetahui makna motif ukir yang dasari pada kata-kata adat. 
  4. Meski ukiran tradisional Melayu diperkenalkan melalui pendidikan, namun ini dinilai tidak tepat, pasalnya tidak memberikan rasa kecintaan generasi muda.
  5. Motif ukir tradisonal Melayu yang diterapkan pada bangunan pemerintahan dan museum hanya mendokumentasikan motif ukirnya saja, sementara makna motif tidak disosialisasikan ke khalayak ramai. Bahkan pengunjung museum sendiri pun tidak mendapat penjelasan secara rinci.*


0 komentar:

Posting Komentar

Prev Post Next Post Home