Puisi Cinta |
CEKAU.COM-cerita cinta kadang menjadi inspirasi bagi kalangan orang untuk memulai sebuah tulisan. Tulisan tersebut bisa termasuk dalam sajak, puisi atau prosa, atau pantun. Yang jelas, semua tulisan cinta itu sebuah ungkapan hati yang tersemat dalam pikiran-pikiran. Bisa saja kita menulis kisah nyata cinta terlarang, atau cinta remaja, puisi cinta, atau asyiknya menulis kisah cinta. Yang jelas, puisi cinta tak lekang oleh waktu.
Nah, asyiknya, tulisan itu paling enak mengenang masa remaja yang penuh keindahan. Cerita yang terkumpul di masa aneka remaja ini, kadang memberikan kemudahan untuk memulai sebuah tulisan. Hasilnya, bisa dipakai untuk facebook atau twitter dan jejaring sosial lainnya. Berbagai kisah cinta itu dapat disimak dalam tulisan puisi cinta di bawah ini. Semoga kiriman dari berbagai kalangan ini menjadi contoh untuk Anda, ketika memulai membuat puisi cinta.*
Nah, asyiknya, tulisan itu paling enak mengenang masa remaja yang penuh keindahan. Cerita yang terkumpul di masa aneka remaja ini, kadang memberikan kemudahan untuk memulai sebuah tulisan. Hasilnya, bisa dipakai untuk facebook atau twitter dan jejaring sosial lainnya. Berbagai kisah cinta itu dapat disimak dalam tulisan puisi cinta di bawah ini. Semoga kiriman dari berbagai kalangan ini menjadi contoh untuk Anda, ketika memulai membuat puisi cinta.*
_____________________
Mereka-reka Dia
Dalam tangis ada bimbang yang berkecamuk di atas kasur empuk
Dalam sesal tak mau beranjak untk duduk
Sesak menyelimuti kagalauan hati yang terpuruk
Memilih diantara dia, dia atau dia.
Mesti sulit, namun jauh dalam hayalan maya
Kegundahan itu tak berarti tanpa reka
Mungkin, inilah alasan William Shakespeare menyemat kisah
Cinta berakhir kelam mengurai kisah dua remaja yang resah.
Cinta tak mungkin menyatu dalam diam nan goyah
Mereka-reka keinginan antara kebimbangan
Mesti jauh, pada pandangan pertama penuh angan
Dia, dia atau dia... menjadi halangan
Ujungnya, cinta harus tahan hadapi rintangan
Sebuah pengharapan yang jauh....
Ah, aku masih tak beranjak di atas kasur yang empuk
(Kiriman El)
____________
Berharap pada Dek
Ingin rasa bergelut pada rumput menghijau
agar aku terlihat gerai tawa kecil memecah risau
Ingin rasa memeluk sebatang kayu sialang
agar aku terlindung dari panas siang
Aku mau, hijau rumput bak hidup harus bersikap
dan aku tahu, tak kan sampai lengan mendekap
Maka, gerai tawa pun menggema diantara bocah itu
Hingga panas tak mempan menusuk telanjang badanku
Dek, jarak tak membuat berakhir kata-kata
ruang tetap memberi satu cita-cinta
Nah, seandainya aku kembang,
tak kan tunggu kumbang datang
Umpamanya aku tembang,
tak kan kubiarkan disimak kata sumbang
Berharap pada Dek,
Kapan ini harus terulang
Atau, masih terentang panjang?
(Kiriman der)
__________________
Diantara Dia
Kesendirian itu menepi bak benang kusut
Hati meronta sedalam laut,
Tak..., dik..., duk, bruk!
Semakin kalut!
Dan...,
Kesendirian pula terhenyak... dalam derai takut
Menghentak keyakinan hingga bersepai hanyut
Jauh....... menyusut
Meretas sampai semamput
Dimana logika 'kan tersemat diantara Dia
Dibalik benar-salah yang terbalut
Jika hati memepat beribu tanya
Tapi,...ingatlah!.. Ingatlah?
Ada tujuan dimaksud
Tersebut goresan Lauh Mahfuzh
Ikhlaskan rahasia langit-bumi
Kitap suci pun jauh menyebut
Mendedah aqidah dimaklumi
Diantara Dia...
Ada dia...
Ada Aku...
Ada kebenaran...
Ana Al Haq!
Ketika semua tersisih
Menepi pun tiada batas
Ingatlah Dia pengasih
Kebenaran 'kan jelas
Dalam satu kata: Dia!
Kan ku sebut.
(Kiriman Yahya)
________________
Sesal Separuh Harap
Keinginan yang tak pernah terwujud menghantui benakku
Ada rasa takut, cemburu, dan lebih banyak mengumpat
Ingin ku tunjukkan pada batang yang tumbuh benalu
Atau, ku sematkan goresan sesal agar terlihat
Ah,
Apakah semua tahu, bahwa aku terlungkup beban berat
Menahan rasa iba pada semua insan
Mendedah logika yang berserak-serak sesat
Mesti tak diketahui kemana arah dan tujuan
Hmm,
Rasanya sesal tak berarti dalam detak
Bila dihitung pada detik
Bergerak perlahan menghujam benak
Hingga bersepai meruak dalam satu titik
Dapatkan batang itu menghitung waktu
Yang t'lah tergores dibalik rindangnya pelepah pinang
Mungkinkah semua tahu,
dan membaca sesal ku yang penuh kenang
Atau, aku tak sanggup menahan hingga berusia lanjut
Mesti aku hanya duduk dan tak menyebut pada laut
Berteriak pada gelombang yang mengikis hingga susut
Sesal separuh harap tak kan kubiarkan wajah menyusut.
(kiriman 'L' di Bogor)
__________________
0 komentar:
Posting Komentar