Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Kamis, 12 Januari 2012

Komunitas Sepeda Fixie Pekanbaru Riau Disambut Monyet Langka

Anggota RRF Pekanbaru istirahat
CEKAU.COM-Komunitas Rumbai Raiders Fixie (RRF) Club Pekanbaru, Riau pada 1 Januari 2012 lalu melakukan perjalanan berkayuh dari Bukittinggi ke Pekanbaru, sepanjang 220 Kilometer dengan waktu 20 jam. Uniknya, ketika beristirahat di wilayah Rantau Berangin, pukul 14.35 WIB, empat fixier itu disambut sekawanan monyet, sejenis Siamang yang terbilang hewan langka.

"Ha... haa.. Ya, kami disambut monyet-monyet (sejenis Siamang-Siamang, red) itu, dengan suara histerisnya. Seremmm sih.. haaa..?" aku Al Kausar, disapa Ochar, disambut tawa tiga rekannya, Nedi (Bang Panjang), Arip (Ndut Oye) dan Kinoi (Kiting).

Berbekal sepeda fixie (tanpa rem), para tim fixier ini akhirnya berhasil menjauhi kelompok fauna yang terbilang langka itu. "Awalnya, kami sempat takut, namun karena niat kami nga ada maksud apa-apa, makanya hewan langka ini juga diam dan membiarkan kami lewat," jelas Nedi.

Catatan cekau.com, seperti dilansir wikipedia, Siamang adalah kera yang berlengan panjang dan hidup di hutan belantara yang jauh dari pemukiman. Hewan ini sejenis monyet berwarna putih keabuan dan berekor panjang. Tenyata jenis fauna langka ini masih mendiami hutan rimba itu. Siamang jantan memiliki ukuran yang sama dengan siamang betina, yaitu sekitar 30-35 inci dan berat 7 kilogram. Baca: http://www.cekau.com/2012/01/komunitas-fixie-pekanbaru-riau-usung.html.

Karena dikenal dengan ketangkasannya, sehingga tidak ada predator yang bisa menangkap makhluk yang dikenal di Sumatera Barat sebagai sebuah legenda. Adanya habitat terdeforestasi, maka spesies Siamang pun jadi terancam.

Kata Nendi, ketika Siamang yang ditemuinya, memiliki wajah berbentuk cicin dan berwarna putih. "Siamang itu memiliki wajah berbulu dengan mata gelap dan hidung kecil. Hewan itu memiliki tangan dengan empat jari panjang ditambah jempol yang lebih kecil," ucapnya.

Arip pun menguraikan hewan itu juga melakukan ayunan di pohon (brachiating), menggunakan empat jari-jari tangan mereka seperti kail, tetapi mereka tidak menggunakan jempol.

"Lucu... haa.. haa, dan Alam memberikan petunjuk kepada kami, bahwa Siamang itu ternyata masih ada. Padahal, banyak yang bilang fauna ini sudah punah," jelas Arip, disapa Ndut Oye, dengan ketawa riangnya.

Karena spesies ini mulai terancam punah, Kinoi pun berharap agar pemerintah melakukan riset dan menjadikan keberadaan siamang sebagai objek wisata. Sehingga mendatangkan manfaat bagi daerah tanpa harus mengganggu atau menangkap satwa liar tersebut.*


0 komentar:

Posting Komentar

Prev Post Next Post Home