CEKAU.COM-Tahun 2013, perbankan semakin didorong untuk menyalurkan kredit ke sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Target ini memang dapat meningkatkan usaha dari kelas tersebut, namun sektor ini memiliki kredit macet yang paling tinggi. Kok bisa? Beberapa kendala yang cukup menghadang perbankan. Misalnya, terkait lambatnya pemulihan ekonomi global disertai dengan penurunan atas harga komoditas yang diluar perkiraan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Rupanya, analis PT ICRA Indonesia Kreshna D Armand menyebutkan perbankan harus berhati-hati dalam hal ini, karena terkait dalam pengelolaan kualitas aset. "Permasalahan untuk UMKM itu sangat kompleks jadi perbankan ini harus menjadi tantangan buat mereka," ucapnya di Gedung Graha CIMB Niaga, Jalan Sudirman, dikutip detikfinance, Rabu (20/3).
Ia menuturkan, banyak UMKM di Indonesia yang masih kesulitan dalam hal laporan keuangan dan dokumentasi. Menurutnya ini sesuatu yang berbahaya, walaupun secara bisnis, UMKM tersebut cukup progresif. "Jadi saat kita terjun ke lapangan itu laporan keuangan aja nggak ada, terus dokumentasi juga nggak ada, jadi secara infrastruktur yang tidak lengkap itu bisa mendorong NPL," jelasnya.
Kreshna menyarankan agar perbankan terus melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada UMKM. Kemudian perbankan mesti menjaga biaya operasional per pendapatan operasional (BOPO). "Karena dibanding memberikan kredit kepada satu perusahaan besar yang senilai Rp5 miliar, dengan kredit ke lima UMKM yang nilainya Rp 5 juta, BOPO ke UMKM kan lebih besar," tuturnya.
Sementara, Perusahaan pemeringkat efek, PT ICRA Indonesia mencatat capaian pinjaman perbankan tahun 2012 sebesar Rp 2.708 triliun atau tumbuh 23,1%. Angka tersebut diketahui lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mampu tumbuh 24,6%.
Analis ICRA Indonesia Kreshna D Armand menyatakan salah satu penyebabnya adalah aturan uang muka minimum untuk pembelian kendaraan dan rumah yang diberlakukan tengah tahun 2012. "Ini memperlambat kucuran pinjaman khususnya pada segemen konsumen," ungkapnya saat temu media di Gedung Graha CIMB Niaga, Jalan Sudirman, Rabu (20/3).
Ia menyatakan capaian tersebut sudah sesuai dengan perkiraan ICRA di tahun 2012, yaitu dengan rentang 20%-23%. "Pencapaian ini berada dalam espektasi ICRA Indonesia sebesar 20-23%," terang Kreshna.
Untuk itu ada beberapa kendala yang cukup menghadang perbankan. Misalnya, terkait lambatnya pemulihan ekonomi global disertai dengan penurunan atas harga komoditas yang diluar perkiraan menghambat pertumbuhan ekonomi. "Ini tercermin pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang di bawah espektasi, hanya 6,2% dari target 6,7% ini jauh meleset ya," cetusnya.
Selain itu, kendala lainnya juga terjadi pada penurunan pertumbuhan pinjaman valuta asing. "Salah satunya juga penurunan yang tajam pada pertumbuhan pinjaman valuta asing," tutupnya.*
0 komentar:
Posting Komentar