Johan Budi |
CEKAU.COM-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mengembangkan penyidikan atas kasus suap revisi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6/2010 tentang anggaran pembangunan venue Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII 2012 di Riau. Selasa 19 Maret Lalu, penyidik KPK menggeledah tiga lokasi di Jakarta. Informasi penyidik menduga ruangan lantai 12 gedung Nusantara I Kompleks DPR/MPR dipakai buat negosiasi pengajuan anggaran PON di APBN.
Tempat pertama yang digeledah penyidik KPK adalah dua ruangan di lantai 12 Gedung Nusantara I, Kompleks DPR/DPD/MPR di Senayan, Jakarta. Kedua ruangan itu adalah tempat kerja Setya Novanto selaku Ketua Fraksi Partai Golkar DPR RI dan rekannya Kahar Muzakir.
Kehadiran 22 penyidik di kedua ruangan tersebut sempat luput dari kejaran wartawan. Pasalnya, penggeledahan dilaksanakan bertepatan saat pelaksanaan Rapat Paripurna di DPR, sekitar pukul 10.00 WIB. "Jumlah mereka (KPK-red) sekitar 22 orang. Mereka menggeledah ruang Pak Nov dan Kahar Muzakir," ujar seorang petugas Pengamanan Dalam (Pamdal) Arum di lantai 12, Nusantara I, Jakarta, Selasa (19/3).
Diketahui, nama Setya Novanto dan Kahar Muzakir disebut oleh saksi sekaligus tersangka dalam kasus serupa, Lukman Abbas, dalam persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Pekanbaru. Mantan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Riau itu mengaku telah menyerahkan uang sebesar 1 juta AS Dollar kepada ajudan Muzakir.
Sementara, Lukman mengatakan pada awal Februari 2012, dia menemani Gubernur Riau Rusli Zainal untuk mengajukan proposal bantuan dana ke APBN untuk keperluan PON XVIII melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga senilai Rp290 miliar. Proposal itu disampaikan Rusli kepada Setya Novanto.
Pasca pertemuan itu, Lukman diminta menyerahkan uang 1 juta AS Dollar kepada Kahar Muzakhir. Tahap pertama sebesar 850 ribu AS Dollar yang diserahkan supir Lukman di lantai dasar gedung DPR kepada Acin, ajudan Kahar Muzakir. Sisanya, sekitar 200 ribu AS Dollar lagi diserahkan melalui Dicky dan Yudi dari konsersium Pembangunan Stadion Utama PON.
Selama hampir enam jam, lebih, penyidik KPK mengobrak-abrik ruang kerja Setya Novanto. Sejak pukul 11.00 WIB mereka mencari barang bukti dugaan kasus suap pembahasan anggaran PON Riau di ruang kerja tanpa nomor ruangan itu.
Menurut petugas Pengamanan Dalam (Pamdal) jumlah penyidik di dalam ruang Bendahara Umum Partai Golkar itu terdiri dari empat perempuan dan delapan pria. Namun, dia tak tahu persis mereka semua anggota KPK atau bukan. Pasalnya, ada juga staf DPR RI yang perempuan. "Banyak sih mas, yang di sebelah sana tadi 12, belum yang di sebelah sini," tuturnya.
Sekitar pukul 16.45 WIB, para penyidik itu keluar dari ruangan kerja Setya. Saat keluar, mereka membawa 4 kardus coklat dan satu kardus putih. Kemudian satu tas jinjing berwarna cokelat, satu kotak perkakas. Sedangkan dari ruangan Kahar yang berjarak 10 meter dari ruang kerja Setya Novanto, petugas KPK membawa dokumen-dokumen sebanyak yang dimuat dalam tiga kardus berwarna coklar.
Seperti biasa, tak satupun penyidik itu yang mau memberikan keterangan. Mereka bergegas meninggalkan Gedung Nusantara I untuk kembali ke gedung KPK. Mereka tak menghiraukan berondongan wartawan terkait apa saja yang dibawa, penyidik segera menuju lift untuk kembali ke KPK dan melemparkan pertanyaan tersebut kepada pemilik ruangan. "Silakan tanya saja sama yang punya ruangan," kata salah satu penyidik.
Ternyata saat penggeledahan berlangsung Setya Novanto ada di dalam ruangannya. "Beliau kerja seperti biasa. Tadi pagi kan ada paripurna. Jadi ada di dalam," kata kuasa hukum Setya, Rudi Alfonso di Jakarta, Selasa (19/3).
Seorang Pemdal DPR yang enggan disebutkan namanya juga membenarkan Setya Novanto ada dalam ruang kerjanya saat penyidik mengobrak-abrik ruangan kerjanya. "Ada," ujarnya singkat.
Saat penyidik keluar dari ruangannya, secara diam-diam Setya Novanto menyelinap keluar melalui tangga darurat. Sementara awak media yang sedang fokus dengan penyidik KPK, tidak berhasil mengejar Setya. Hal ini juga dibenarkan oleh petugas Pengaman Dalam (Pamdal) saat dikonfirmasi terkait keberadaan Setya Novanto. "Tadi sudah pergi, lewat situ," ujar seorang Pamdal sembari menunjuk arah tangga darurat.
Pengacara Setya Novanto, Rudi Alfonso mengakui belum mengetahui dalam kasus apa penggeledahan KPK tersebut. "Saya belum komunikasi dengan beliau (Setya Novanto, red) Saya juga belum tahu penggeledahan dalam rangka apa," ujarnya.
Namun demikian, Rudi membantah bahwa kliennya terlibat kasus PON Riau. "Kasus PON tidak ada kaitannya dengan beliau," kata Rudi. Dia menambahkan, setelah penggeladahan mungkin baru akan bertemu Setya. "Insya Allah (setelah penggeledahan)," katanya.
Dua tempat lainnya yang digeledah penyidik KPK adalah kantor PT Findo Muda di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan serta sebuah rumah mewah di perumahan Puri Indah, yang terletak di Jalan Pulau Panjang IV Blok C13 Nomor 40 di wilayah Kembangan, Jakarta Barat.
Juru bicara KPK, Johan Budi, membenarkan penggeledahan ketiga tempat itu. Katanya, penggeledahan itu terkait pengembangan kasus suap revisi Perda PON dengan tersangka Gubernur Riau, HM Rusli Zainal. “Penggeledahan dilakukan di tiga tempat hari ini adalah berkaitan penyidikan KPK dalam kasus dugaan suap revisi Perda PON Riau dengan tersangka RZ (Rusli Zainal)," kata Johan Budi di gedung KPK, Jakarta, Selasa (19/3).
Menurut Johan, SP, penyidik menduga ruangan Setya Novanto di lantai 12 gedung Nusantara I Kompleks DPR/MPR dipakai buat negosiasi pengajuan anggaran PON di APBN. "Diduga di sana (ruangan Setya) ada jejak-jejak RZ. Misalnya ada dugaan pertemuan. Yang berhak menduga itu kan penyidik," kata Johan.
Meski begitu, Johan mengatakan KPK dalam waktu dekat belum berencana meminta keterangan Setya dan Kahar. “Sampai hari ini belum ada rencana pemeriksaan Setya Novanto dan Kahar Muzakir," katanya.*
0 komentar:
Posting Komentar