Susilo B Yudhoyono |
CEKAU.COM-Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Denpasar, Bali, tak hanya menobatkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Ketua Umum, tapi juga menobatkan partai tersebut sebagai partai milik keluarga. Hal ini dibuktikan, bahwa SBY tetap mempertahankan putra bungsunya, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas, di posisi Sekretaris Jenderal. Sementara yang lain diposisikan sebagai penasehat partai alias pelengkap saja.
Duet SBY dan Ibas sebagai pemegang tampuk tertinggi di partai pemenang Pemilu 2009 itu rupanya tidak menjadi permasalahan bagi kader-kader partai tersebut. Salah satu jajaran ketua di DPP Partai Demokrat, Herman Khaeron mengatakan, para kader telah sepakat akan tidak keberatan jika keluarga Cikeas mengisi kedua posisi itu. "Kami sudah sepakat bahwa sepenuhnya diserahkan kepada ketua umum terpilih, SBY," tegas Herman di Denpasar, Minggu (31/3).
Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB), Adhie Massardi, menilai KLB Partai Demokrat itu hanya sebagai panggung sandiwara politik SBY. Pasalnya, KLB tersebut hanya hendak menobatkan SBY dinobatkan menjadi ketua umum. "Rakyat dibuai kebohongan yang nyata dalam memenuhi ambisi SBY lewat proses penobatannya sebagai Ketum," ujar Adhie, Minggu (31/3).
Mantan juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini menilai, dengan dipilihnya SBY menjadi ketua umum telah memperteguh orang nomor satu di Indonesia itu tak dapat dipisahkan dengan Demokrat, layaknya dua sisi mata uang. "Persoalannya, umur SBY sebagai mata uang sudah mulai inflasi, valuenya terus merosot karena tergerus devaluasi," lanjut dia.
Pendapat Massardi itu tidaklah berlebihan. Pasalnya, KLB di Hotel Inna Grand Bali Beach itu hanya berlangsung tiga jam saja, dari pukul 14.00 sampai 17.00 WITA. SBY sendiri memasuki arena KLB sekitar pukul 11.00 WITA. Dia datang bersama istrinya, Ani Yudhoyono. Kedatangannya disambut sejumlah politikus senior Demokrat dengan teriakan. Ada juga Ibas yang ikut menyambut kedua orangtuanya tersebut. SBY membalas dengan senyuman dan lambaian tangan.
SBY kemudian naik lantai dua menggunakan eskalator. Sayang, eskalator tiba-tiba mati tidak bergerak saat dinaiki SBY. Ia kemudian berjalan manaiki tangga eskalator untuk menuju lift. Lalu, dia masuk nomor 700. Di sana, SBY menggelar pertemuan tertutup. Beberapa jam kemudian, tepat pukul 14.00 WITA.
Saat KLB yang dibuka oleh Ibas, SBY memilih tetap tinggal di kamar bersama Ibu Ani. Dalam pidatonya, Ibas menyakinkan peserta bahwa semua harus seturut keinginan SBY jika partai ini ingin selamat. Usai dibuka, kongres dilanjutkan dengan rapat pengurus DPD dan DPC yang dipimpin EE Mangindaan, Ibas, Jero Wacik, dan Amir Syamsuddin. Pimpinan sidang dipegang oleh EE Mangindaan. Dalam rapat itu, EE Mangindaan memberikan opsi. Opsi pertama setiap pengurus daerah dan cabang diberikan kesempatan menyampaikan pandangan soal ketua umum. Opsi kedua dipilih secara acak.
Peserta rapat rupanya menyepakati opsi kedua. Kemudian ditunjuklah perwakilan dari DPD Aceh, Jawa Timur, Papua, dan Kaltim. Dalam pandangannya, keempatnya kompak meminta SBY dinobatkan menjadi ketua umum.
Lalu, rapat diskors selama 15 menit. Pimpinan sidang kemudian membawa hasil rapat itu ke Susilo Bambang Yudhoyono yang masih di kamar nomor 700. Hasilnya, SBY pun bersedia dengan dua syarat yang ditulis tangan. Sementara EE Mangindaan membawa tulisan itu untuk dibacakan ke peserta sidang.
Karena syarat yang diajukan oleh SBY dipenuhi peserta, maka dalam waktu bersamaan pimpinan sidang pun menetapkan SBY sebagai ketua umum partai baru. Saat membacakan putusan, surat keputusannya seperti sudah terketik rapi atau tersusun.
KLB kemudian ditutup sekitar pukul 17.00 WITA. Dan acara pidato ketua umum baru baru dilaksanakan pukul 20.00 WITA. Dalam pidatonya sebagai ketua umum, SBY mengakui KLB adalah keterpaksaan yang dimungkinkan untuk mengikuti Pemilu 2014. "Maka harus dipahami jabatan Ketua Umum yang saya jabat ini sementara, meskipun sah dan resmi," sebutnya.
0 komentar:
Posting Komentar