Main Stadium Riau |
CEKAU.COM-Kesiapan venue (arena) untuk pelaksanaan Islamic Solidarity Games (ISG) III 2013 di Riau kini masih dipertanyaan semua pihak. Hal ini terlihat usai Ketua Komite Olympiade Indonesia (KOI), Rita Soebowo, meninjau kesiapan venue-venue, Senin 4 Maret lalu. Rita mengaku prihatin dengan persiapan Riau menghadapi ISG. Ia bahkan kecewa melihat kondisi Stadion Utama yang tidak terurus. Rumputnya telah panjang.
"Saya sampai menangis melihat Stadion Utama Riau, apalagi melihat rumput lapangannya yang sudah sangat panjang tidak terurus," akunya.
Kekecewaan terbesar Rita adalah penolakan kontraktor pembangunan stadion berkapasitas 43 ribu tempat duduk itu atas pelaksanaan ISG selama Pemprov Riau belum melunasi hutangnya pada kontraktor sebesar Rp118 miliar. Sementara persiapan fasilitas penunjang venue (arena) ISG dan masalah utang dapat dibaca: ISG 2013, Kesiapan Fasilitas dan Utang akan Usai.
Rita mengatakan, KOI bersama Kemenpora akan menggelar rapat khusus membahas masalah tunggakan Pemprov Riau kepada kontraktor itu. Namun, ia mendesak Pemprov Riau selaku pemegang proyek sarana olahraga megah itu bersikap proaktif. "Waktu sudah bergulir karena ini kebanggaan warga Riau, kita tidak ingin hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, seperti pemindahan dan pengunduran ISG karena ini adalah komitmen bersama," sebutnya.*
Terkait hutang Pemprov Riau ini, Lukman Edi, anggota DPR dari Riau, mengatakan, Presiden SBY harus ikut mencarikan solusinya karena menyangkut marwah bangsa di hadapan negara-negara Islam peserta ISG nanti.
Mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal di kabinet Indonesia Bersatu Jilid I, ini meminta SBY menerbitkan Keputusan Presiden sebagai payung hukum pencairan dana di APBD Riau untuk membayar tunggakan hutang itu.
“Kalau sudah alokasi dana untuk itu dan tinggal dicarikan dasar hukum pencairannya, maka SBY tinggal menerbitkan Keppres sebagai dasar hukum pembayaran hutang pemprov agar ISG tak terkendala dan solusi hutang bisa tuntas,“ katanya.
Dengan keluarnya Keppres maka aparatur di Pemprov Riau dipastikan tidak ragu mengeluarkan dana untuk melakukan pembayaran terhadap KSO. Dengan pembayaran tersebut maka nama baik Indonesia di mata negara-negara Islam peserta ISG bisa terjaga.
Sebaliknya jika ISG ini batal digelar di Riau, maka nama baik Indonesia akan tercoreng di dunia negara-negara Islam. "Jangan main-main dengan penyelenggaraan ISG ini. Jika batal digelar di Riau, bukan hanya nama Riau yang malu, tapi juga nama bangsa Indonesia akan tercoreng di mata negara peserta," katanya.
Sementara itu, Ketua I Panitia Lokal ISG, Syamsurizal menyebutkan pesiapan ISG tak hanya diganjal oleh hutang Pemprov Riau pada kontraktor Stadion Utama saja, tapi juga dari venue kolam renang di Rumbai Sport Center yang hingga kini belum juga direnovasi.
"Pemasalahan ISG di Riau hanya dua. Pertama, hutang ke kontraktor Stadion Utama yang tidak bisa dilunasi karena ketiadaan payung hukum. Kedua, pembanguan renovasi kolam renang yang tak mungkin lagi dilaksanakan karena harus melalui proses tender," papar Kepala Inspektorat Provinsi Riau ini.
Dalam rapat dengan Ketua Umum Panitia Nasional ISG Rita Soebowo, Senin (4/3) kemarin, lanjut Syamsurizal, pihaknya mengusulkan renovasi kolam renang itu sebaiknya tidak dibiayai APBD namun oleh swasta. "Kalau didanai swasta, maka pekerjaannya bisa langsung dimulai, tanpa menunggu proses tender terlebih dahulu. Kita sudah bergerak mencari swasta yang berminat," terangnya.
Sedangkan untuk masalah hutang ke kontraktor Stadion Utama, kata mantan Bupati Bengkalis ini, bahwa di APBD Riau 2013 telah dianggarkan dana sebesar Rp118 miliar. "Namun hingga kini tak bisa dicairkan karena ketiadaan payung hukum," bebernya.
Mengingat masalah ini sudah di luar wewenang Pemprov Riau, maka penyelesaiannya diserahkan pada ke tingkat lintas kementerian, yakni Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementerian BUMN, dan Kementerian Pemuda dan Olahraga. "Merekalah yang bisa menyelesaikan masalah ini. Kita hanya menunggu adanya payung hukum saja. Insya Allah selesai sebelum akhir Maret ini," ucapnya.
Bila kedua masalah itu cepat dituntaskan, Syamsurizal sangat yakin ISG III 2013 akan tetap dilaksanakan di Pekanbaru, tidak diundur, apalagi dipindahkan ke daerah lain. "Bisa saya katakan, hampir tidak mungkin dipindah," katanya.
Adapun beberapa faktor yang membuat Panitia ISG yakin event negara-negara Islam ini tetap di Riau. Salah satunya ketidaksiapan daerah lain. Mulai dari penganggaran APBD yang sudah ketok palu, hingga kesiapan venue sekalipun. "Yang pertama, kita sudah anggarkan pelaksanaan ISG itu Rp45 miliar di APBD, APBN juga menyediakan anggaran Rp200 miliar. Kedua, kita sudah melakukan promosi dan MoU dengan ISSF, dan ISSF sudah beberapa kali datang memastikan kesiapan Riau," katanya.
Plt Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Riau, Emrizal Pakis, membantah Pemprov Riau tak berniat membayar hutangnya pada tiga BUMN kontraktor pembangunan Stadion Utama; PT Pembangunan Perumahan, PT Adhi Karya, dan PT Wijaya Karya.
Dijelaskannya, niat melunasi hutang itu dibuktikan dengan disiapkannya dana di APBD Riau 2013 sebesar Rp98 miliar. "Kalau kita enggan membayar kenapa kita anggarkan dananya di APBD?," tegas Emrizal di Pekanbaru, Selasa (5/3).
Sayangnya, lanjut Emrizal, pencairan anggaran itu terbentur ketiadaan payung hukum sebagai landasannya. “Bukan kita tidak mau bayar. Saya tidak mau terjadi kesalahpahaman atas pembayaran tersebut, apapun namanya, secara administrasi kita akan membayar yang dibenarkan secara hukum," katanya dan menambahkan terkait kesiapan Riau sebagai tuan rumah ISG, Emrizal mengklaim telah hampir final.
Sejauh ini, peserta sudah berkisar sekitar 3.000 orang dari 29 negara. Jumlah ini diprediksi bakal bertambah dua kali lipat mengingat adanya penambahan 10 negara peserta. "Bisa jadi mencapai 5 sampai 6 ribu peserta. Kita malah khawatir fasilitas yang ada tidak mencukupi," katanya.*
"Saya sampai menangis melihat Stadion Utama Riau, apalagi melihat rumput lapangannya yang sudah sangat panjang tidak terurus," akunya.
Kekecewaan terbesar Rita adalah penolakan kontraktor pembangunan stadion berkapasitas 43 ribu tempat duduk itu atas pelaksanaan ISG selama Pemprov Riau belum melunasi hutangnya pada kontraktor sebesar Rp118 miliar. Sementara persiapan fasilitas penunjang venue (arena) ISG dan masalah utang dapat dibaca: ISG 2013, Kesiapan Fasilitas dan Utang akan Usai.
Rita mengatakan, KOI bersama Kemenpora akan menggelar rapat khusus membahas masalah tunggakan Pemprov Riau kepada kontraktor itu. Namun, ia mendesak Pemprov Riau selaku pemegang proyek sarana olahraga megah itu bersikap proaktif. "Waktu sudah bergulir karena ini kebanggaan warga Riau, kita tidak ingin hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, seperti pemindahan dan pengunduran ISG karena ini adalah komitmen bersama," sebutnya.*
Terkait hutang Pemprov Riau ini, Lukman Edi, anggota DPR dari Riau, mengatakan, Presiden SBY harus ikut mencarikan solusinya karena menyangkut marwah bangsa di hadapan negara-negara Islam peserta ISG nanti.
Mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal di kabinet Indonesia Bersatu Jilid I, ini meminta SBY menerbitkan Keputusan Presiden sebagai payung hukum pencairan dana di APBD Riau untuk membayar tunggakan hutang itu.
“Kalau sudah alokasi dana untuk itu dan tinggal dicarikan dasar hukum pencairannya, maka SBY tinggal menerbitkan Keppres sebagai dasar hukum pembayaran hutang pemprov agar ISG tak terkendala dan solusi hutang bisa tuntas,“ katanya.
Dengan keluarnya Keppres maka aparatur di Pemprov Riau dipastikan tidak ragu mengeluarkan dana untuk melakukan pembayaran terhadap KSO. Dengan pembayaran tersebut maka nama baik Indonesia di mata negara-negara Islam peserta ISG bisa terjaga.
Sebaliknya jika ISG ini batal digelar di Riau, maka nama baik Indonesia akan tercoreng di dunia negara-negara Islam. "Jangan main-main dengan penyelenggaraan ISG ini. Jika batal digelar di Riau, bukan hanya nama Riau yang malu, tapi juga nama bangsa Indonesia akan tercoreng di mata negara peserta," katanya.
Sementara itu, Ketua I Panitia Lokal ISG, Syamsurizal menyebutkan pesiapan ISG tak hanya diganjal oleh hutang Pemprov Riau pada kontraktor Stadion Utama saja, tapi juga dari venue kolam renang di Rumbai Sport Center yang hingga kini belum juga direnovasi.
"Pemasalahan ISG di Riau hanya dua. Pertama, hutang ke kontraktor Stadion Utama yang tidak bisa dilunasi karena ketiadaan payung hukum. Kedua, pembanguan renovasi kolam renang yang tak mungkin lagi dilaksanakan karena harus melalui proses tender," papar Kepala Inspektorat Provinsi Riau ini.
Dalam rapat dengan Ketua Umum Panitia Nasional ISG Rita Soebowo, Senin (4/3) kemarin, lanjut Syamsurizal, pihaknya mengusulkan renovasi kolam renang itu sebaiknya tidak dibiayai APBD namun oleh swasta. "Kalau didanai swasta, maka pekerjaannya bisa langsung dimulai, tanpa menunggu proses tender terlebih dahulu. Kita sudah bergerak mencari swasta yang berminat," terangnya.
Sedangkan untuk masalah hutang ke kontraktor Stadion Utama, kata mantan Bupati Bengkalis ini, bahwa di APBD Riau 2013 telah dianggarkan dana sebesar Rp118 miliar. "Namun hingga kini tak bisa dicairkan karena ketiadaan payung hukum," bebernya.
Mengingat masalah ini sudah di luar wewenang Pemprov Riau, maka penyelesaiannya diserahkan pada ke tingkat lintas kementerian, yakni Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementerian BUMN, dan Kementerian Pemuda dan Olahraga. "Merekalah yang bisa menyelesaikan masalah ini. Kita hanya menunggu adanya payung hukum saja. Insya Allah selesai sebelum akhir Maret ini," ucapnya.
Bila kedua masalah itu cepat dituntaskan, Syamsurizal sangat yakin ISG III 2013 akan tetap dilaksanakan di Pekanbaru, tidak diundur, apalagi dipindahkan ke daerah lain. "Bisa saya katakan, hampir tidak mungkin dipindah," katanya.
Adapun beberapa faktor yang membuat Panitia ISG yakin event negara-negara Islam ini tetap di Riau. Salah satunya ketidaksiapan daerah lain. Mulai dari penganggaran APBD yang sudah ketok palu, hingga kesiapan venue sekalipun. "Yang pertama, kita sudah anggarkan pelaksanaan ISG itu Rp45 miliar di APBD, APBN juga menyediakan anggaran Rp200 miliar. Kedua, kita sudah melakukan promosi dan MoU dengan ISSF, dan ISSF sudah beberapa kali datang memastikan kesiapan Riau," katanya.
Plt Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Riau, Emrizal Pakis, membantah Pemprov Riau tak berniat membayar hutangnya pada tiga BUMN kontraktor pembangunan Stadion Utama; PT Pembangunan Perumahan, PT Adhi Karya, dan PT Wijaya Karya.
Dijelaskannya, niat melunasi hutang itu dibuktikan dengan disiapkannya dana di APBD Riau 2013 sebesar Rp98 miliar. "Kalau kita enggan membayar kenapa kita anggarkan dananya di APBD?," tegas Emrizal di Pekanbaru, Selasa (5/3).
Sayangnya, lanjut Emrizal, pencairan anggaran itu terbentur ketiadaan payung hukum sebagai landasannya. “Bukan kita tidak mau bayar. Saya tidak mau terjadi kesalahpahaman atas pembayaran tersebut, apapun namanya, secara administrasi kita akan membayar yang dibenarkan secara hukum," katanya dan menambahkan terkait kesiapan Riau sebagai tuan rumah ISG, Emrizal mengklaim telah hampir final.
Sejauh ini, peserta sudah berkisar sekitar 3.000 orang dari 29 negara. Jumlah ini diprediksi bakal bertambah dua kali lipat mengingat adanya penambahan 10 negara peserta. "Bisa jadi mencapai 5 sampai 6 ribu peserta. Kita malah khawatir fasilitas yang ada tidak mencukupi," katanya.*
0 komentar:
Posting Komentar