Ikan Kakap Putih |
CEKAU.COM-Perairan di Provinsi Riau, khususnya Kabupaten Bengkalis dan Kepulauan Meranti sangat potensial untuk pengembangan budidaya laut. Akan tetapi, sampai saat ini lahan yang luas dan potensial tersebut belum tergarap secara maksimal. Untuk itu, peluang untuk berbagai budidaya ikan dan sejenisnya masih memungkinkan, termasuk ikan kakap putih.
Hal ini bergantung adanya minat, modal, keterampilan, dan keuletan dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada tersebut. Budidaya yang baik saat ini adalah budidaya ikan Kakap putih, yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Budidaya Ikan Kakap Putih yang sekarang mulai berkembang merupakan terobosan baru alih teknologi dalam bidang perikanan. Terciptanya alih teknologi ini berkat kerja keras dan tidak mengenal lelah dari para ahli pembenihan Ikan Kakap Putih sejak tahun 1987 di Balai Budidaya laut, Lampung. Kendala utama dalam pelaksanaan budidaya Ikan Kakap Putih adalah sulitnya mendapatkan benih.
Adapun sebelum itu, Ikan Kakap Putih di dapatkan sebagai hasil sampingan budidaya ikan bandeng di tambak, dan sebaliknya di tambak udang windu keberadaan kakap putih merupakan musuh bebuyutan petani udang windu karena keganasannya memangsa udang windu yang mengakibatkan kerugian besar. Akan tetapi, setelah dijinakan dengan cara diternakkan secara khusus dengan baik, justru memberikan nilai tambah dan keuntungan yang cukup tinggi sebagai komoditi ekspor.
Disisi lain, pemanfaatan sumber alam perairan (pantai) yang telah lama dilakukan oleh negara tentangga kita, seperti Thailand, Singapura, Malaysia, Australia dan Philipina sudah berkembang pesat sehingga pelaksanaan budidaya Ikan Kakap Putih telah sampai pada tingkat intensif dan modern. Namun, masih menjadi permasalahan adalah tingkat kelangsungan hidup benihnya yang rendah. Terutama pada masa antara penetasan hingga benih ditebar dalam karamba.
Bagi sebagian orang (pembenihan dan Perguruan Tinggi) kegiatan penggelondongan sudah biasa dilakukan, akan tetapi bagi masyarakat banyak, hal ini masih merupakan kendala. Berdasarkan hal itulah, diperlukan upaya percontohan penggelondongan Ikan Kakap Putih dalam karamba.
Budidaya Ikan Kakap Putih dalam Karamba Jaring Apung |
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan percontohan (pilot project) kepada masyarakat mengenai teknik penggelondongan Ikan Kakap Putih di dalam karamba. Dokumentasi secara teknis kegiatan dapat dilihat pada lampiran. Manfaat dari kegiatan ini adalah untuk menggugah kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan wilayah perairan. Selain itu bisa menjadi mata pencaharian alternatif dan dapat meningkatkan pendapatan.
Hasil kegiatan budidaya ikan Kakap Putih dalam keramba jaring apung dapat disimpulkan;
- Hasil perubahan evaluasi dalam pelatihan dan penyuluhan budidaya Ikan Kakap Putih dalam keramba, bahwa 88% dari 25 peserta dapat menyerap dan menerima dengan baik materi yang disajikan. Sedangkan 12% dianggap kurang dapat menyerap materi yang diberikan. Hal ini dipengaruhi tingkat usia yang relatif tua (di atas 55 tahun), dan tingkat pendidikan yang rendah.
- Produksi atau panjang ikan dengan tingkat kelangsungan hidup ikan yang rendah dari 12% peserta, terjadi karena kurangnya tingkat pengontrolan keramba selama pemeliharaan seperti, pengontrolan dalam pemberian pakan, kebersihan keramba, dan mengontrol tingkat kematian ikan.
- Setelah dua bulan pemeliharaan, masing-masing keramba di ukur panjang dan jumlah ikan yang hidup. Hasil menunjukkan 88% peserta menghasilkan produksi atau panjang benih ikan di atas 9 cm, dengan tingkat kelangsungan hidup ikan sebesar 80%. Sedangkan sekitar 12% produksi atau panjang ikan di bawah 9 cm, dengan tingkat kelangsungan hidup ikan 60%.
- Peserta yang kurang berhasil ini disebabkan kurangnya motivasi selama pemeliharaan. Disamping itu disebabkan ketidakseriusan peserta dalam pengelolaan budidaya tersebut juga masih mengerjakan pekerjaan lain dan kurangnya rasa memiliki. Tingkat usia peserta yang kurang berhasil ini rata-rata berusia 24-28 tahun.
- Ada beberapa hal yang mendukung tingkat keberhasilan peserta tersebut, yaitu; a) Tingkat motivasi peserta cukup tinggi yang dilatarbelakangi mayoritas jumlah peserta bekerja sebagai nelayan. b) Tingkat Pendidikan mayoritas lulusan Sekolah Menengah tingkat Pertama (SMP). Meski ada peserta yang lulusan Sekolah Dasar atau bahkan hanya duduk di bangku dasar, namun bekal pengalaman dapat juga menerima hasil pelatihan dan penyuluhan tersebut. c). Peran serta Aparat Pemerintahan desa dalam memotivasi peserta dan menyediakan sarana dan prasarana pertemuan.
- Budidaya ikan dalam keramba yang dilakukan memberikan beberapa keuntungan sosio-ekonomis, antara lain:
- Memberikan motivasi bagi sekelompok masyarakat (petani kolam, buruh kolam, pengecer, dan lainnya) untuk mencontoh usaha tersebut di sekitar lokasi budidaya,
- Memberikan keuntungan kepada pedagang untuk mendapat peluang dalam menyediakan dan menyalurkan kebutuhan nelayan, seperti bahan keramba, pakan, dan bahan/peralatan lainnya yang berhubungan dengan operasi usaha,
- Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang berdiam di sekitar lokasi usaha, dengan terbukanya peluang usaha budidaya keramba untuk masyarakat.
Sementara rekomendasi hasil kesimpulan di atas dapat diambil rekomendasi dalam kegiatan budidaya ikan Kakap Putih dalam keramba jaring apung sebagai berikut:
- Diperlukan kegiatan pengadaan benih, baik berasal dari alam maupun hatchery yang lokasinya lebih dekat agar dapat diperoleh benih yang segar dan berkesinambungan,
- Diperlukan penyuluhan dan bimbingan bagi masyarakat, agar diperoleh tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar