Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Selasa, 18 Desember 2012

Ruhut Dipecat, Anas 'Galau', Demokrat Pecah Piring

Anas Versus Ruhul
CEKAU.COM-Wah, Ruhut dipecat. Ini membuktikan kuatnya perseteruan Anas dengan Ruhut. Langkah ini terlihat ketika Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum memecat Ruhut Sitompul dari kepengurusan di DPP Partai Demokrat dinilai seperti memakan buah Simalakama alias 'galau', saat mengambil keputusan. Bila dipertahankan, maka Ruhut akan terus berseberangan terkait kebijakan 'politik' Anas. Sementara, bila dipecat, tentu saja Ruhut akan terus 'berteriak' dengan gayanya untuk menjatuhkan citra politik Anas dimata khalayak ramai. Wah...?

Adanya kebimbangan ketika memutuskan sebuah kebijakan partai bagi seorang ketua umum partai, inilah yang acap terjadi di Indonesia. Memakan buah bak simalakama 'dimakan ayah mati, tidak dimakan ibu pun mati'. Tapi masih ada pilihan. Tidak dimakan dua-duanya. Hee..hee.., tapi tetap saja hal ini ada pengaruh lain yang terjadi.

Pengamat politik Charta Politika, Arya Fernandes, Minggu (16/12/2012), pun menilai sama atau pemecatan Ruhut Sitompul dari Kader Partai Demokrat. "Posisi Ruhut itu seperti memakan buah simalakama, 'maju kena, mundur kena'. Bila tidak dipecat berpotensi merugikan partai karena acap mengambil posisi berbeda dengan partai. Bila dipecat akan berteriak ke mana-mana menjatuhkan citra Anas," nilainya.

Inipun sama dialanalisi redaksi. Pantauan di lapangan, terlihat bahwa sebagai ketua umum, Anas pun memiliki hak untuk melakukan restrukturasi partai demi keselamatan partainya ke depan. Apalagi citra partai saat ini, selalu diidentikan banyak orang sebagai partai yang memiliki kader yang 'korup'. Nah, inilah yang dipertentangan Ruhut ketika banyak orang menimpali berbagai kasus korupsi yang menghantui partai Demokrat. Apalagi, dengan gaya dan khas tersendiri, Ruhut selalu tampil terdepan, seakan-akan para koruptor yang melekat di tubuh partai harus disingkirkan.

Tapi, lagi-lagi Ruhut sebagai pendukung Anas ketika Kongres PD 2012, seharusnya dipertimbangkan oleh partai Demokrat. Pasalnya, jika pemecatan terjadi, maka harus dikaji, apakah peran Ruhut dinilai merusak citra partai atau tidak. Atau, justru membangkitkan nuansa baru 'Partai Demokrat New'. Apalagi pemecatan Ruhut tersebut, dinilai kalangan justru sangat menyakitkan hati Ruhut.
"Bila konflik Ruhut-Anas tidak teratasi secara baik, saya kira justru merugikan Partai Demokrat (PD). Apalagi sebagai media 'darling', Ruhut hobi bicara dan kadang komentarnya di media dalam banyak kesempatan tidak menguntungkan bagi imej partai itu sendiri," sebut Arya kepada wartawan di Jakarta.

Malah, kajian Arya, bahwa di internal partai, posisi Ruhut tidak mendapatkan dukungan banyak dari rekan-rekannya. Buktinya, dalam acara Silatnas PD di Sentul, Bogor, Ruhut sempat diusir dari acara tersebut. "Tapi yang berbahaya ada efek media yang ditimbulkan dari komentar-komentar Ruhut itu. Dengan posisinya sebagai news maker bila konflik tidak teratasi tak tertutup kemungkinan dia akan buka bobrok partai di kemudian hari," nilainya lagi.

 
Aksi Ruhut dalam sebuah acara
Sebagai anggota DPR dan salah satu generasi awal Partai Demokrat, sebutnya, inner circle tim pemenangan Anas, tentunya Ruhut mengetahui asal usul dimana 'uang pelicin' seperti disebutkan oleh kadernya yang kini menjalani hukum. Kartu truf dan rahasia partai inilah membuat Anas bisa 'galau'. Jadi bila akumulasi konflik Ruhut vs Anas tak teratasi dengan cepat, apalagi Ruhut terindikasi 'dikucilkan' dari partai, maka tak tertutup kemungkinan Ruhut akan membuka rahasia strategis partai jelang Pemilu 2014 mendatang.

Karena itu, Arya menyarankan Anas mengakomodasi kebutuhan politik Ruhut di luar DPP PD. Misalnya, memberi Ruhut jabatan di sebuah badan otonom partai yang strategis. "Saya kira akomodasi politik penting diberikan untuk mengerem sikap Ruhut. Salah satunya dengan menempatkan dia di badan otonom partai yang strategis," katanya.

"Badan otonom itu struktur yang berbeda dengan struktur DPP tetapi masih bertanggung jawab ke ketua umum. Atau bisa saja menempatkan Ruhut sebagai dewan pembina di salah satu sayap partai," lanjut Arya.

Sementara, Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie Massardi menilai, pemecatan Ruhut karena faksi Anas di Partai Demokrat semakin menguat. Apalagi pemecatan Ruhut sangat mengejutkan banyak pihak. Padahal, Ruhut adalah orang Partai Demokrat yang paling lantang dan cenderung 'menghalalkan' segala cara, untuk membela SBY dan Partai Demokrat sebagai institusi tempat Ruhut mangkal. "Tapi logika parpol memang berbeda, dengan logika orang per orang," nilainya.

Logika parpol, lanjut dia, adalah logika politik. "Logika kalah dan menang, bukan benar atau salah. Jadi meskipun orang di luar menganggap penting, tapi kalau secara politik di internal partai di kalah kuat, ya pasti tersingkir," imbuhnya.

Pemecatan Ruhut Sitompul dari kepengurusan partai berlambang mercy ini, sama halnya dengan keputusan SBY, katanya, dan saat memilih mendepak Mantan Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati. "Sri Mulyani didepak saat itu karena kubu Aburizal Bakrie (Ical), memenangkan pertarungan politik (Century gate)," katanya.

Ia menjelaskan, dalam konteks politik, tersingkirnya Ruhut dari kepengurusan partai berlambang mercy ini mencerminkan lemahnya posisi politik SBY, sebagai Ketua Dewan Pembina, yang menurut pengakuan Ruhut sangat mencintainya.
 
Tak Pantas
Sementara itu, Henky Luntungan, salah seorang pendiri Partai Demokrat yang mengatasnamakan Badan Usaha Penyelamat Partai Demokrat, menilai Ruhut tidak pantas dipecat. Sebab, selama ini, kinerja Ruhut dipandang baik selama menjadi pengurus partai itu. "Sembilan puluh persen yang ditangani dan dikerjakan Ruhut jadi. Namun, kalau ia salah, ya diadili dong. Ketua umum harus panggil dia, itu mekanismenya," katanya.

Henky juga mengimbau Anas Urbaningrum mengundurkan diri demi menyelamatkan masa depan partai. "Untuk selamatkan partai, saya mohon kepada Anas untuk mundur dan bagi yang menyadari telah melakukan penyimpangan untuk mundur, jangan maling teriak maling," ujar Henky.

Menurut Henky, selama Partai Demokrat berada di bawah kepemimpinan Anas, cita-cita para pendiri partai untuk menjadi Demokrat sebagai rumah besar rakyat Indonesia tidak terwujud. "Ironisnya, saat ini justru Partai Demokrat menjadi rumah birokrasi bagi rakyat. Menjadi partai yang tertutup bagi rakyat," tandasnya.

Hengky juga menyesalkan pengusiran Ruhut dari ajang Silaturahmi Nasional (Silatnas) di Sentul, Jawa Barat. Katanya, pengusiran itu adalah tindakan yang tidak pantas. Apalagi, dipertontonkan ke hadapan masyarakat luas. "Kenapa seperti preman, kami bangun partai ini, kumpulkan profesor dan orang-orang pintar, tidak mau ada anarkistis. Boleh ia (Ruhut) salah, tapi mestinya tidak diusir di depan umum seperti itu," katanya.*


0 komentar:

Posting Komentar

Prev Post Next Post Home