Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Selasa, 18 Desember 2012

Penembak Sadis di SD Sandy Hook AS

Tragedi Sandy Hook AS
CEKAU.COM-Sebuah kisah tragis pada akhir pekan lalu. Nama Adam Peter Lanza masuk ke daftar pelaku penembakan massal brutal di Amerika Serikat. 26 orang: enam dewasa dan 20 anak-anak di SD Sandy Hook, Newtown, Connecticut tewas menggenaskan. Kejadian serupa seperti terjadi di Gaza maupun Myanmar. Malah puluhan anak-anak tewas atas kebrutalan tersebut. Uniknya, Presiden Obama menangis dan belasungkawa atas tragedi di AS. Apakah presiden juga menangis seperti di Gaza atau di Myanmar?

Awalnya, polisi menyebut nama Ryan Lanza, kakak Adam sebagai pelaku penembakan yang menewaskan 20 anak-anak berusia 6-7 tahun. Namun Ryan, yang saat itu baru pulang dari kantornya di Ernst & Young di Times Square menuju rumahnya di Jersey langsung membantah. Tapi, Ia mengumpat melalui Facebooknya. "F*** you CNN, itu bukan saya. Saya sekarang di dalam bus pulang ke rumah, itu bukan saya". Teman-temannya panik membanjirinya dengan telepon dan sms.

Ryan kemudian membantu polisi melakukan investigasi penembakan. Media-media di AS melaporkan, Ryan berkata bahwa ia tak melihat saudaranya sejak tahun 2010. Namun, akhirnya jelas bahwa Adam Lanza telah menembak ibunya sendiri, Nancy, di rumah mereka pada Jumat pagi itu.

Setelahnya, Adam menyetir mobilnya ke SD Sandy Hook, yang berjarak lima mil dari sana. Ia memaksa masuk dan kemudian menembaki mati 20 anak, enam dewasa, lalu menembak dirinya sendiri.  Sampai saat ini, polisi belum berhasil menemukan kaitan antara Nancy Lanza dan sekolah itu. Adam Lanza sendiri ditampilkan dalam buku tahunan Newton High School tahun 2010 tanpa foto. Di buku itu, hanya ada tulisan "camera shy."
 
Pasukan Keamanan di SD Sandy Hook
Berperawakan kurus, ia juga dikenal jenius, namun tampak canggung dan tak nyaman dalam pergaulan sosial. Mengutip media-media AS, teman-teman kelasnya menduga ia menderita autis atau sindrom Asperger. Namun Adam Lanza sama sekali tidak memiliki catatan kriminal. Ia pun tak pernah membuat masalah di masa lalu, baik di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya di Newtown, kota kecil 90 mil dari New York City. Malahan, sejumlah teman sekelasnya sulit mengingat seperti apa rupanya.

Mantan teman sekelasnya, Olivia DeVivo mengatakan kepada New York Times, "Saya tak pernah melihatnya bersama orang lain. Saya bahkan tak ingat satu orang pun yang bisa diasosiasikan dengannya". Adam tak memiliki akun Facebook. Jejak elektroniknya di dunia maya juga sangat minim, walau kemarin kepala polisi sempat menduga ia mungkin meninggalkan sejumlah email yang bisa menjelaskan apa yang ada dalam pikirannya.

Nancy dan Peter Lanza, orang tua Adam, berpisah tahun 2006, dan bercerai di 2009. Peter, diretur pajak General Electric, menikah lagi tahun 2011. Ia mendengar tragedi penembakan itu sendiri dari sebuah koran lokal ketika sedang di jalan pulang ke rumah. Namun, catatan polisi menunjukkan Nancy Lanza telah membeli lima senjata. Kemarin, polisi mengatakan mereka masih menyelidiki asal-usul senjata yang digunakan Adam.

Kronologis Sandy Hook

Berdasarkan keterangan saksi dan laporan kepolisian, penembakan itu dicoba kembali direkontruksikan. Pada Jumat 14 Desember pagi waktu AS atau Sabtu dini hari waktu Indonesia, Adam Lanza meninggalkan rumah yang ditempatinya bersama ibunya, Nancy Lanza, dengan menaiki mobil. Saat itu, Adam baru saja menembak mati ibunya di bagian wajah. Demikian diberitakan The Daily Mail, Minggu (16/12/2012).

Adam yang mengenakan pakaian hitam tiba di SD Sandy Hook sekitar pukul 9:30. Di sekolah itu, ibunya mengajar di bagian taman kanak-kanak. Adam masuk membawa senapan otomatis Bushmaster, sebuah senapan Remington 223 lengkap dengan 30 pelurunya. Dia juga melengkapi diri dengan dua pistol, sebuah Sig Sauer P226 9 milimeter dengan 15 peluru dan sebuah pistol Glock 9 milimeter, lengkap dengan 17 peluru.

Tidak lama setelah memasuki sekolah, Lanza langsung melepaskan tembakan. Dia menembak mati Kepala Sekolah Dawn Hochsprung, lima orang dewasa lainnya termasuk empat orang guru dan seorang psikolog sekolah. Adam melanjutkan aksinya yang membabi buta di dua ruangan kelas. Hanya dari dua kelas ini, Adam melepaskan tembakan yang menyebabkan 20 anak-anak tewas. Saksi menggambarkan kejadian saat itu seperti mimpi buruk.

Seorang pria yang baru mengantar adiknya ke sekolah itu menggambarkan, dirinya mendengar tembakan peluru dan teriakan yang tersiar melalui interkom di dalam gedung. Anak-anak yang selamat pun menyebut ada suara ledakan besar, saat pelaku penembakan melepaskan 100 peluru dan bersamaan dengan guru menggiring mereka menjauh dari insiden penembakan.
Para Orangtua Menangis
Lima menit setelah kelas dimulai, panggilan darurat 911 menerima laporan mengenai kejadian dari Sandy Hook. 10 Menit kemudian, setelah Lanza mulai melepaskan tembakan, polisi tiba di sekolah. Mereka kemudian mulai melakukan evakuasi murid dan guru, ke markas pemadam kebakaran yang letaknya tidak jauh dari sekolah.

Melalui foto-foto yang tersebar, tampak siswa yang merasa trauma dan menangis ketakutan ketika meninggalkan bangunan sekolah. Pada pukul 9.45, tim SWAT tiba dan langsung menyisir lokasi kejadian. Penyelidikan lanjut di dalam sekolah, pihak berwenang kemudian menemukan Lanza telah melakukan aksi bunuh diri. Sekira setengah jam kejadian berlangsung, Presiden Barack Obama mengeluarkan keterangan mengenai tragedi ini.

Tidak beberapa lama kemudian, polisi yang menyelidiki rumah Lanza, menemukan jenazah ibunya, Nancy yang sudah tidak bernyawa. Di saat polisi menemukan jasad Nancy, kakak dari pelaku penembakan Ryan Lanza, mengetahui ulah adiknya melalui laporan dari CNN. Polisi saat ini salah mengira bahwa Ryan Lanza yang melakukan aksi ini. Menjelang sore waktu setempat, Ryan Lanza meninggalkan kantornya di Times Square dan bergegas ke rumahnya di Hoboken, New Jersey. Polisi menemui dan Ryan Lanza pun menjalani proses interogasi.

Lima jam setelah tembakan pertama meletus di sekolah itu, Presiden Obama yang tampang terguncang, mencoba memberikan keterangan kepada seluruh rakyat AS. Obama tampak sulit mengendalikan emosinya saat itu. Kabarnya ia menangis. Tapi, apakah sama dirasakan oleh Obama atas kejadian serupa, tewasnya puluhan bahkan ribuan anak - anak di Gaza dan Myanmar? Entahlah. Masalah ini harus dicermati, bahwa anak - anak memang tidak berdosa. Mereka jadi korban genasan sebuah kebijakan bahkan keganasan seorang demi memenuhi tercapainya keinginannya. *


~ 1 komentar ~

  1. di amerika selalu ada hal2 yg kayak gini..
    memang pendidikan akhlak adalah penyebabnya IMO

    BalasHapus

Prev Post Next Post Home