Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Selasa, 04 Desember 2012

Profil Husni Thamrin, Pencipta Lagu Hang Tuah (1)

Husni Thamrin
CEKAU.COM-Siapa sosok pencipta lagu 'Hang Tuah' yang terkenal dibelahan bumi melayu ini? Dialah Husni Thamrin yang meninggal dalam sebuah perawatan yang panjang. Di sebuah Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad, Pekanbaru, Provinsi Riau. Ia menghembuskan nafas terakhir diusia 60 tahun, pada 20 April 2010 lalu.

Husni Thamrin lahir di Siak Sri Indrapura, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Diusia 40 hari, dibawa ke Pekanbaru - sebuah desa kecil di tepian Sungai Siak, bernama Kampung Tanjung Rhu, Kelurahan Pesisir, Kecamatan Limapuluh. Disanalah ia ditimang dan dibesarkan. Ayahanda bernama Haji Mahmud Yahya (Alm). Yang disapa Encik Mahmud, berasal dari Kampung Tengah, Kabupaten Siak. Pernah mengabdi di kesatuan ketentaraan dan berpangkat Sersan Kepala. Tahun 1950 bergabung ke perusahaan minyak di Riau sampai usia pensiun. Sementara ibunda bernama Aisyah Zikir (Alm), berasal dari kota Bagansiapi-api, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil). Yang sehari-harian bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Husni Thamrin mengecam pendidikan dasar diselesaikan seluruhnya di Pekanbaru, Provinsi Riau. Menyelesaikan pendidikan SDN 06 di Jalan Rokan, dan Sekolah Teknik (ST) di Jalan Patimura, Pekanbaru. Sementara pendidikan menengah ia pernah mengecam di STM Negeri dan diteruskan ke SPMA Marpoyan. Namun berhasil diselesaikan di SMA Seri Rama Pekanbaru. Pernah mengecap kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Islam Riau, dan di Jakarta ia pun mencoba di Akademi Pariwisata Universitas Pancasila, saat memulai karir sebagai Manajer Anjungan Riau di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur.


Thamrin anak sulung dari duabelas bersaudara ini memiliki bakat seni yang terasah berkat didikan sang ibunda, yang dulunya seorang penyanyi langgam melayu. Karena memiliki darah seni, Thamrin kecil hingga remaja mulai berlatih dan mengembangkan diri bersama teman-teman sekampung. Bakat seni ini pun terpatri pada adik-adik dan keponakannya. Nah, semasa kecil, lelaki bertubuh tambun ini juga dikenal 'kedegilannya' dan menjadi cerita unik dan lucu bagi penduduk kampung Tanjung Rhu, hingga saat ini.

Di Tanjung Rhu, Tahun 1966, rumah orangtuanya yang beratap limas dijadikan sebagai sanggar seni. Berbagai pergulatan sandiwara, musik, dan tarian menjadi ajang kreativitas di tempat itu. Inilah awal terbentuknya, Orkes Melayu dengan nama 'Puspanada', dan Tarian Zapin Melayu bernama 'Sekuntum'. Ternyata sanggar ini terkenal sampai ke daerah. Banyak pemuda-pemudi, orang tua-tua, kala itu, ikut berlatih dan menikmati sentuhan seni Thamrin. Disanalah, duduk berimpit lutut, makan sehidangan.

Dukungan kedua orangtua menjadi alasan berkembangnya kreativitas sanggar seni tersebut. Suara Thamrin yang berlemak, membuat penikmat seni menyebutnya Ahmad Jaiz Riau. Meski Ahmad Jaiz adalah teman sejawat dan sepenanggungan, yang terkenal di negeri jiran, Malaysia (kini pun telah wafat). Namun, bakat seni Thamrin selalu terasah. Disinilah ia menuai berbagai prestasi. Juara pertama empat tahun berturut-turut, (jenis Langgam Melayu) pada lomba Bintang Radio dan Televisi se-Provinsi Riau dan se-Sumatera, ditaja TVRI mulai tahun 70-an.

Tahun 1974, Thamrin menikahkan Zulfa Achmad. Ayahanda bernama Achmad dan Ibunda bernama Madar. Hasil pernikahan tersebut dikaruniai tiga anak: Theja Fathasena (musisi), Andika Fathasena (Perfilman) dan Dhatin Suri Perdana (Bank Riau). Dari ketiga buah hatinya juga terpatri darah seni dari sang ayah.

Sementara Theja Fathasena telah menunaikan karirnya mengikuti jejak sang ayah. Dengan tembang 'Bangkit Budak Melayu' (BBM) sebagai dedikasi dengan hit lagu yang marak terdengar ketika Pekan Olahraga Nasional (PON) Riau ke-18 berlangsung. Lagu BBM ini pun menjadi motivasi kalangan anak muda sebagai lagu yang memiliki keheroismean yang tak lekang oleh waktu.

Selain penyanyi dan penulis lagu, Husni Thamrin pun mampu bermain sebagai karakter dan sutradara. Sebagai pelakon (aktor), ia tunjukkan pada Film 'Laksamana Raja di Laut' (1980), dan 'Persebaktian' (1985) produksi TVRI kerjasama Pemerintah Provinsi Riau. Dan beberapa aksi peran dalam sebuah drama lokal dan moderator di Pekanbaru dan Jakarta, telah ia sematkan dalam bentuk karakter yang kocak dan mempesona. Selama menjadi seniman, ide dan kreativitasnya pun tak lekang oleh waktu. Meski ia pernah bekerja di Balai Dang Merdu Teater, Pekanbaru dan tahun 1973, sempat menjadi ajudan Ketua DPRD Provinsi Riau, Haji Adnan Khasim. Dalam berkreativitas, ia mampu membagi waktu, meski ia seorang pegawai negeri sipil di Provinsi Riau, kala itu.

Bakat seni Thamrin memang selalu terasah. Alasan itu pula, Tahun 1982, ia hijrah ke Jakarta, dan dipercaya sebagai manager Anjungan Riau sampai tahun 2002. Selama 20 tahun di Jakarta, ide dan kreativitasnya tetap menjadi ingatan. Empat tahun menjelang usia pensiun, ia balik mengabdikan diri ke Provinsi Riau. Bertugas di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Siak. Bahkan, karya-karyanya terus berbuah hasil hingga kesegenap rantau. Sampai dipengujung usianya, lagu Panglima Tengku Sulung, dari Reteh, Indragiri Hilir, belum usai ia tulis. (bersambung)


0 komentar:

Posting Komentar

Prev Post Next Post Home