Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Jumat, 17 Februari 2012

Tugu Zapin 'Bahenol' Riau, Gaya Seni Mirip dengan Tugu Tiga Mojang

CEKAU.COM-Dimata kalangan orang Melayu Riau, menilai ada keanehan rupa dan tak sesuai dengan makna dari nama tugu tari Zapin. Alias tak sedap dipandang mata (objek perempuan dengan tubuh bahenol) dan menyalahi etika gerak tari Zapin yang dikenal selama ini. Nah, ternyata tugu ini mirip gaya seni dengan Tugu Tiga Mojang di Bekasi. Karena dinilai tak layak, maka Tugu Tiga Mojang diganti dengan tugu Bambu Kuning. Bagaimana dengan Riau?

Belum lagi masalah nama. Bila tetap mempertahankan nama tugu Zapin, ditakutkan banyak pihak ketawa melihat gerak dan gaya yang diilustrasikan seorang pemahat dunia itu. Pasalnya, tari Zapin bukan saja dimiliki orang Melayu Riau, tetapi juga dimiliki semua suku bangsa.

"Bukan menyalahkan seorang pemahat, namun sebuah karya akan terlahir bila ada masukan berupa referensi yang diterima olehnya. Nah, sekarang siapa yang memberi referensi soal tari Zapin seperti itu," kata Datuk Meiko Sopyan, anggota Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Pekanbaru.

Pria yang disapa Datuk itu, tidak mempersoalkan tugu yang diilustrasi objek orang. Hanya saja, bila objek yang diusung tentang budaya melayu melalui tari Zapin, seharusnya lebih mengedepankan etika dan adat daerah tersebut.

Ini juga disesalkan Pengamat Seni Tari Melayu Riau, Razali Sabirin yang juga mantan ketua pelaksana pada acara festival pegelaran tari Zapin se-Sumatera pada massa pengenalan tari zapin untuk masyarakat melayu pada 90-an. Ia pun tergelitik mendengar karakteristik tari zapin seperti diilustrasi pada tugu tersebut.

"Ha.. ha.., sayo jugo bingung, kalau betul tugu itu bernama Zapin, siapa pulak yang menyampaikan kepada si pemahat bahwa gaya dan gerak tari Zapin seperti itu?" ucap Razali, mengaku tergelitik mendengar tugu itu bernama Tari Zapin.

Lelaki yang pernah bekerja di Dinas Kebudayaan Seni dan Pariwisata Provinsi Riau, itu juga menjelaskan, bahwa tidak banyak masyarakat apalagi Riau mengenal tarian zapin sesungguhnya. Meskipun mengenal nama, namun bagaimana menarikan tarian tersebut, sesuai aslinya tidak banyak yang tahu. Apalagi tari zapin bukan ditunjukan dengan gerak asal-asalan.

Tugu yang belum mencerminkan tari zapin sebenarnya ini, juga diakui
Encik Zulkifli ZA, Ketua Bidang Budaya Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau  bahwa tugu Zapin seakan-seakan para penari bermain di atas ombak. Padahal, yang berkembangkan di masyarakat, tari itu dilakukan di tanah atau di ruangan dan tempat terhormat. Inipun harus terlihat laki dengan laki dengan gerak tangan di bawah bahu sementara penari perempuan tidak dalam posisi ketiak terbuka (naik).

Tidak Libatkan Tokoh

Sementara Toerechan Asy'ari, anggata DPRD Provinsi Riau membidangi budaya dan parawisata juga mempertanyakan keberadaan Tugu Zapin ini. Mereka justru menilai selama ini komisi D tidak pernah dilibatkan atau diberitahu tentang penggantian ikon Provinsi Riau ini.

"Kami memang tidak dilibatkan dalam hal pergantian ikon tugu ini," aku Toerechan Asy'ari kepada Metro Riau, di gedung DPRD Riau.

Menurutnya, adanya pergantian ikon Provinsi Riau dari tugu Pesawat menjadi tugu Tari Zapin, mungkin dari segi sejarah perlu dipertanyakan. Tapi dari segi identitas bisa saja, atau sah-sah saja pemerintah melakukan perubahan itu. Namun, yang dia sesalkan adalah selama ini pemerintah tidak pernah berkonsultasi dengan dewan.

"Masalah kebijakan publik, seharusnya pemerintah terlebih dahulu berkonsultasi dengan anggota dewan. Atau paling tidak pemerintah memberikan informasi, tapi yang terjadi selama ini, pemerintah jalan sendiri," aku politisi PDIP ini.

Akhirnya banyak pihak meminta agar penggunaan nama tugu Zapin pada tugu itu harus diubah. Paling tidak, ini sebuah solusi ketimbang harus menganggarkan lagi uang rakyat hanya untuk merubah model tugu yang dinilai tak laik.

Ini bukan pilihan, tapi setidaknya pemerintah (sebenarnya) tahu dan mengerti. Kebijakan publik harus melibatkan semua lapisan masyarakat terutama tokoh budaya, terkait pembangunan tugu ini. Kalau tak mau di demo oleh sejumlah kalangan, pemuda, tokoh masyarakat melayu, maupun pemerhari seni dan budaya Riau. Nah, dengan berimpit lutut, makan sehidangan, siapa tahu ada jalan terbaik.

Nah, bagaimana cerita tugu tiga Mojang diganti dengan tugu Bambu Kuning? Baca: http://www.voa-islam.com/news/indonesia/2010/06/23/7366/hormati-syuhada-tugu-seronok-tiga-mojang-diganti-monumen-bambu-runcing/ *


0 komentar:

Posting Komentar

Prev Post Next Post Home