Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Sabtu, 18 Februari 2012

Cheng Beng, Hari Penghormatan Sang Leluhur

CEKAU.COM-Hari Cheng Beng dikenal masyarakat Tionghoa sebagai hari penghormatan bagi leluhur. Qing Ming Jie atau Hari Raya Cheng Beng ini biasanya jatuh pada 4 atau 5 April setiap tahun. Tentunya banyak warga membersihkan makam atau kuburan sang leluhur mereka.

Warga Tionghoa akan sembahyang kepada leluhur (kakek-nenek atau orangtua) yang telah meninggal dunia & mengenang jasa-jasa leluhur. Pada zaman Dinasti Tang, hari Cheng Beng itu ditetapkan sebagai hari wajib untuk para pejabat untuk menghormati para leluhur yang telah meninggal. Yaitu membersihkan kuburan para leluhur, sembahyang dan lain-lain.

Chengbeng ini lebih tepatnya jika dikatakan terjadi pada tengah musim semi. Pertengahan musim semi (Chunfen) sendiri jatuh pada 21 Maret, sedangkan awal musim panas (Lixia) jatuh pada 6 Mei.

Dinasti Tang ini, implementasi hari cheng beng hampir sama dengan kegiatan sekarang, misalnya seperti membakar uang-uangan, menggantung lembaran kertas pada pohon Liu, sembayang dan membersihkan kuburan.

Yang hilang adalah menggantung lembaran kertas, yang sebagai gantinya lembaran kertas itu ditaruh di atas kuburan. Kebiasaan lainnya adalah bermain layang-layang,makan telur, melukis telur dan mengukir kulit telur.

Qing Ming ini, artinya adalah langit terang dengan cuaca cerah, dimana siang hari lebih panjang daripada malam hari, suasana musim semi tampak di mana-mana, bunga-bunga bermekaran.

Sedangkan untuk membersihkan kuburan itu berkaitan dengan tumbuhnya semak belukar yang dikhawatirkan akar-akarnya akan merusak tanah kuburan tersebut. Juga binatang-binatang akan bersarang di semak tersebut sehingga dapat merusak kuburan itu juga.

Pada masa pemerintahan Tang Xuanzhong, hari raya Qingming menjadi libur nasional. Pada hari itu juga para pejabat, karyawan mendapat cuti untuk berjalan-jalan, kembali ke kampung halaman untuk membersihkan kuburan.

Zaman dulu pada waktu hari raya Cheng Beng ini, nasi, sayur & buah-buahan yang telah disembahyangkan kepada leluhur, dibagikan kepada anak gembala, anak orang miskin, atau fakir miskin yang ada di sekitar kuburan. Hal ini menyatakan bahwa budi kebajikan leluhur juga dibagikan untuk dapat dinikmati orang lain.*


0 komentar:

Posting Komentar

Prev Post Next Post Home