Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Kamis, 14 Juli 2011

Pareng Rengi, Si Anak Pesisir yang Ulet

Pareng Rengi si Anak Pesisir
CEKAU.COM-Dari pesisir Desa Pengalihan, Kecamatan Enok, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, Pareng Rengi, dalam hatinya berazam untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat pesisir. Tekad ini ia patri dalam-dalam, karena ia tahu, bahwa semenjak kecil di wilayah pesisir selalu ia temukan kehidupan masyarakat pesisir yang kian tersisih.


Alasan itu pula, Pereng terus berkutat pada ilmu pesisir dan lingkungan. Siapa tahu, katanya, dengan ilmu yang dimilikinya, ada sesuatu yang dapat diberdayakan dalam menciptakan pembangunan di wilayah pesisir.

"Saya hidup semenjak kecil di wilayah pesisir Desa Pengalihan ini. Jadi saya tahu betul, yang yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat pesisir yang kian tersisih ini," terang Pareng Rengi kepada cekau.com. 

Dengan tekad itulah, Pareng mencoba melihat potensi yang ada di sepanjang wilayah pesisir itu. Nah, ia menemukan potensi kelapa yang sangat menjanjikan. Dari sinilah Pareng berangkat. Sebuah usaha yang ia lakoni bersama keluarga dan orangtuanya, dalam waktu yang cepat.

Kini, 38 tahun sudah usianya. Ia sudah memiliki usaha kopra untuk membantu kebutuhan orangtuanya. Niat inilah ia patri terus sebagai usaha untuk membantu masyarakat pesisir.

Ada cerita masa kecil yang kenang Pareng. Sebuah tatakan jemuran di pinggiran sungai dekat rumahnya, kopra dikeringkan dengan sinar matahari. Dulu ketika Pareng kecil menunggu kelapa yang diambil abangnya, ia nyaris dikejar-kejar beruk liar. Dan, bencah itu kini keras, sekeras pengalaman hidupnya semasa kecil.

Tapi, semuanya bukan terjadi karena sekedar peruntungan: bila musim kelapa tiba, seluruh keluarga, turun ke tanah bencah mengambil kelapa membelah) tempurung kelapa. Sebagian dijual dan sisanya sebagai modal dagang. Dari proses itulah Pareng, anak ke dua dari empat bersaudara ini mencuat.

Ia tunak dengan kalkulasi. Ayah tiga anak ini pun tadbir dalam keuangan. Beberapa usaha pun merangkak sukses. Orang tua dari Syahla Livia Redina, Daffa Salfian Ardana dan Hafiza Redina, ini sibuk membudidayakan udang lobster.

Kesuksesan di dunia pendidikan tak terbilang. Pria lahir pada 17 September 1972 ini, merangkai dasar asumsinya. Kini sudah 13 tahun, mengajar di Fakultas Perikanan dan Kelautan (Faperika) Universitas Riau. Banyak ilmu yang ditempa, bagai serumpun padi dalam mengais segala pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Dan kini, ia mendalami lagi Ilmu Lingkungan ke jenjang S3 di UR.

Ia tahu sebenarnya hidup di alam perdesaan tak cukup hanya sekedar mengenal mayoritas mereka, yang hidup lebih banyak pengangguran ketimbang kemalasan. Tapi, masih banyak melihat sebagai tamasya yang lapang. Tempat bunyi bangsi serta burung bernyanyi—bukan tempat kerja. Dan, petani dan nelayan masih dianggap sebagai manusia polos, bukan kelompok yang berjerih payah dan berperhitungan ekonomi.

Setengah berbisik ia berkata: “Tapi, benarkah itu petunjuk mentalitas suatu bangsa, dan bukan perbenturan kepentingan yang biasa terjadi di pelbagai bangsa?” tanya suami Erna Nawir, S.Pd ini.

Pembicaraan terhenti. Pareng menjawab sahutan dari telepon selulernya. Lalu, membalas dengan lembut dan berakhir dengan senyuman.*


0 komentar:

Posting Komentar

Prev Post Next Post Home