Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Sabtu, 04 Juni 2011

Kisah Nyata: Cinta Terlarang Berbuah Arang

Gadis pendiam itu semakin membisu. Pihak keluarga dari suami tidak menyetujui sedari awal. Sang suami hengkang meninggalkan istri dan anaknya ke Bukitbatu. Kisah cinta sedih yang sepihak.

Urusan cinta pertama kadang tak ada yang sanggup melupakan. Indah dan tentunya bahagia. Namun, tak seperti yang dialami oleh Gadis, 20 tahun, bukan nama sebenarnya. Hidup dalam kesedihan dan kegalauan.

Padahal ia dan mantan suaminya, sebut saja Jantan, dulunya berpacaran. Dan, kisah mereka sebagai sepasang kekasih yang kasmaran. Cinta pertama yang hanyut dalam buaian kasih asmara. Sehingga lupa daratan. Dan, membuahkan sepasang anak yang tak berdosa. Bahkan, sang kekasih hati pun lari ke Bukit Batu. Kisah ini seperti dituturkan oleh Gadis dikediamannya di Desa Penebal, Bengkalis. 

Anak tunggal itu sebenarnya seorang pendiam dan tak suka berkumpul dengan teman sebayanya di kampung. Meski ia kenal dekat dengan sang kekasih, adalah tetangga belakang rumahnya. Namun, waktu luangnya lebih banyak ia berikan untuk membantu ibu dan neneknya di kebun. Mencari kayu atau membelah buah pinang. 

Maklum si ibu Gadis seorang janda yang harus membanting tulang untuk menghidupi anak gadis dan ibunya yang sudah tua. Sehari-hari ibu gadis harus menyisihkan uang untuk membiayai sekolah Gadis. Maklum, si ibu lakukan karena melihat semangat belajar anaknya untuk belajar.

“Saya melihat niat belajar anak saya begitu besar, sehingga memberi saya semangat pula untuk menyekolahkannya,” ujar ibu setengah baya itu di rumahnya. 

Di sekolah, saat usia belasan tahun, prestasi Gadis memang tidak terlalu menonjol. Tapi melihat semangatnya untuk sekolah bisa diacungkan jempol, bila dibandingkan teman seusianya.

Akhirnya, Gadis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di Pematang Duku tahun duaribuan. Lalu, ia melanjutkan pendidikan tingkat atas di Kota Bengkalis. Sebenarnya cinta mulai bersemi saat Gadis duduk di kelas satu. Tapi hubungan mereka harus sembunyi-sembunyi. Maklum sang kekasih hati, memang tetangga belakang rumahnya di Penebal. Takut bahkan malu sama orangtua dan teman sekampung, cinta mereka berat diongkos untuk beli pulsa elektrik telepon genggam.

Si ibu masih mempercayai anak gadisnya. Karena jarak terlalu jauh antara kota Bengkalis dengan Penebal, maka alasan itu pula si ibu mengizinkan Gais untuk bermastautin di Kota Bengkalis. Naik ke kelas dua Gadis pun mengontrak rumah. Hidup sendirian dan tak ada sanak saudara di Negeri Junjungan itu, sang pacar semakin melampiaskan hawa nafsunya. Dari rumah kontrakan inilah peristiwa itu terjadi.

Cinta pertama pun semakin bersemi. Lelaki pujaan hati, itu acap berkunjung ke rumah kontrakan Gadis. Bak di mabuk kepayang, kedua insan memadu kasih. Janji setia dan mau bertanggungjawab, Jantan lontarkan berulang kali di telingga Gadis. Dan, si Jantan selalu menagih kesetiaan Gadis. “Kalau adek setia sama abang, tolong buktikan,” demikian ucapan Jantan kepada Gadis.

Gadis pun dimabuk kepayang atas semua ucapan Jantan. Gadis menerima dan menyerahkan semua kegadisannya kepada pujaan hati. Si Jantan meringas kekenyangan. Mereka kadang melakukan di rumah kontrakan, atau di taman dan ditempat-tempat gelap. Selagi situasi sepi dan tak ada orang lewat, mereka mengambil kesempatan itu. Gadis tak bisa berbuat banyak, ia pasrah dan menikmati hubungan itu. Kedua insane itu melakukan perbuatan yang terlarang. 

Di kota Bengkalis, Gadis memang tak banyak bergaul dengan tetangga barunya. Saban hari ia pergi pagi-pagi untuk sekolah dan pulang siang harinya. Pengakuan tetangga rumahnya, Gadis tak pernah keluar malam. Kalaupun keluar malam ia hanya pergi untuk membeli lauk atau kebutuhan pribadinya. Memang kadang Gadis terlihat pergi dengan pacarnya itu pada malam Minggu. “Mungkin kesempatan pada malam Minggu itu mereka lakukan,” pikir tetangganya.

Gadis akhirnya kalah dengan situasi setelah berbadan dua. Sekolah mengeluarkannya setelah ia duduk di kelas tiga. Padahal waktu ujian sebentar lagi ia ikuti. Namun pihak sekolah tidak memberi dispensasi. Gadis pasrah. Di saat ia menghadapi situasi sulit, justru sang pujaan hati kabur ke Bukitbatu. 

Janji tinggalah janji. Gadis harus menanggung pahit sendirian. Sedangkan sang kekasih hanya menghisap madunya. Si ibu berang dan menanggis. Anak tunggalnya harus menanggung nasib seperti itu. Namun, Gadis dan ibu terus mencari. Menemui kedua orang tua Jantan. Akhirnya tercapai kesepakatan. Empat bulan masa kehamilan, Gadis dinikahkan Jantan di rumah panggung berdinding kayu di Penebal. Banyak tetangga dan teman sepermain ikut memberikan doa restu. Kebahagian itu akhirnya datang juga.

Namun, sehari akad nikah ternyata Jantan kabur lagi. Sampai tujuh bulan jabang bayi tak berdosa itu pun lahir, Jantan tak kunjung datang. Hingga usia anak perempuan itu mencapai dua tahun. Selama tiga tahun, Jantan hanya sekali membiayai susu untuk anaknya. Semua tetangga jadi heboh. Perlakukan Jantan dilaporkan ke pihak kepolisian dan diteruskan ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Bengkalis.

Melalui Septa Eka Setya, anggota Pokja Pengaduan dan fasilitasi Pelayanan di KPAID, maka Jantan dikenai sanksi. Kata Septa, berdasarkan Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan Undang-undang RI Nomor 23 tahun 2004, tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, pasal 45 kekerasan psikis, pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp 9 juta.

Pasal 13 mengenai anak dalam pengasuhan orangtua berhak mendapatkan perlindungan dari perlakukan penelantaran. Pasal 77, mengenai penelantaran anak yang menyebabkan penderitaan baik fisik, mental dan sosial, maka pidana paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp 100 juta.

Karena dihujani Undang-undang, maka Jantan pun menyerah. Kesepakatan dibuat tertulis. Surat pernyataan Jantan di tandatangani pada 8 Februari 2010 diketahui kepala desa setempat. Namun Jantan tetap tidak peduli. Ia kembali kabur dan tidak bertanggungjawab kepada keluarganya.

Gadis terus menunggu pertanggungjawaban Jantan. Di meja hijau pengadilan, kisah cinta mereka sudah bergulir untuk ketiga kalinya. “Saya tidak minta janji-janji dia dulu, tapi saya hanya menginginkan dia bertanggungjawab terhadap hidup anak ini di masa depan,” ujar Gadis di rumah neneknya.

Kini, Gadis menyadari perbuatan terlarangnya itu. Keindahan dan kenikmatan sesaat itu akhirnya berbuah ‘perang’ dengan mantan sang pujaan hati. Nah, seperti orang bijak katakan, bahwa tak ada yang menang atau kalah dalam sebuah perang. Semua menanggung derita. Kini sudah berakhir menjadi arang.*


Prev Post Next Post Home