CEKAU.COM-Spa penanda kehidupan kaum urban (kota), tempat manusia perkotaan yang dihimpit oleh tekanan hidup, dengan mendapat perawatan paripurna. Mulai dari kecantikan wajah, kesehatan, dan kebugaran raga, hingga kenyamanan jiwa.
"Kegiatan SPA merupakan alternatif bahkan mungkin sebagai pilihan tepat," ungkap Ratmawilys Psi, Psikolog Riau kepada cekau.com, pekan lalu.
Ratmawilys menyampaikan, SPA telah merambah sebagai sensasi baru bagi masyarakat Pekanbaru dan itu dilakukan untuk memperoleh yang namanya relaksasi.
Sehingga, kegiatan SPA yang sedang berkembang justru dapat dinikmati oleh masyarakat lainnya, dengan kegiatan SPA yang lebih sederhana dan dapat dilakukan di rumah.
Untuk memperoleh kondisi yang lebih rileks justru dapat dilakukan dengan kegiatan oleh raga teratur, menerapkan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan-makanan sehat, tidur yang cukup. "Kegiatan SPA tidak akan pernah bermanfaat apabila tidak dibarengi dengan stress management," kata Ratmawilys.
Nah, layanan yang tersedia beragam jenisnya. Mulai dari tradisional, pijat refleksi kaki, pijat Swedish, shiatsu, thai herbal, sampai pijat dengan lulur coklat atau kopi. "Ini salah satu potensi pariwisata kota jelang PON XVIII 2012 mendatang," jelas Fadlah Sulaiman, Ketua Riau Tourism Board, kepada cekau.com, pekan lalu.
Sudah barang tentu, tak semua yang bisa dapat dinikmati. Tentu harus merogoh kocek Rp 200 ribu sampai Rp 1 juta sekedar untuk bernikmat-nkmat dipijat atau dilulur masih merupakan kebiasaan teramat mahal. Jadi wajar bila spa ini bagian dari snobisme dan kegenitan kebanyakan orang kota.
Untuk membayar seharga selangit hanya untuk mengurus tubuh, tentu cara pandang ini jauh berbeda dengan orang desa. Spa bagi mereka, seorang simbok berpakaian kebaya datang dengan membawa minyak kelapa dicampur bawang merah yang sudah dibelah-belah.*
Ratmawilys menyampaikan, SPA telah merambah sebagai sensasi baru bagi masyarakat Pekanbaru dan itu dilakukan untuk memperoleh yang namanya relaksasi.
Sehingga, kegiatan SPA yang sedang berkembang justru dapat dinikmati oleh masyarakat lainnya, dengan kegiatan SPA yang lebih sederhana dan dapat dilakukan di rumah.
Untuk memperoleh kondisi yang lebih rileks justru dapat dilakukan dengan kegiatan oleh raga teratur, menerapkan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan-makanan sehat, tidur yang cukup. "Kegiatan SPA tidak akan pernah bermanfaat apabila tidak dibarengi dengan stress management," kata Ratmawilys.
Nah, layanan yang tersedia beragam jenisnya. Mulai dari tradisional, pijat refleksi kaki, pijat Swedish, shiatsu, thai herbal, sampai pijat dengan lulur coklat atau kopi. "Ini salah satu potensi pariwisata kota jelang PON XVIII 2012 mendatang," jelas Fadlah Sulaiman, Ketua Riau Tourism Board, kepada cekau.com, pekan lalu.
Sudah barang tentu, tak semua yang bisa dapat dinikmati. Tentu harus merogoh kocek Rp 200 ribu sampai Rp 1 juta sekedar untuk bernikmat-nkmat dipijat atau dilulur masih merupakan kebiasaan teramat mahal. Jadi wajar bila spa ini bagian dari snobisme dan kegenitan kebanyakan orang kota.
Untuk membayar seharga selangit hanya untuk mengurus tubuh, tentu cara pandang ini jauh berbeda dengan orang desa. Spa bagi mereka, seorang simbok berpakaian kebaya datang dengan membawa minyak kelapa dicampur bawang merah yang sudah dibelah-belah.*
0 komentar:
Posting Komentar