CEKAU.COM-Remaja tanpa pacaran bisa ngga, ya? “Kayaknya zaman sekarang tak mungkin. Selain tingginya kemajuan teknologi memperkuat jalinan sosialisasi di kalangan remaja, Dan ini, dapat mengakses kalangan pelajar maupun mahasiswa menjadi dekat, akrab hingga akhirnya berpacaran,” ujar Dr Abdullah Qayyum, praktisi Kesehatan, kepada cekau.com.
Praktisi yang juga pengajar di Universitas Syah Kuala ini juga menjelaskan bahwa masa puber menjadi persoalan dan keingintahuan untuk meretas agar mengerti dan memahami lawan jenis dari berbagai informasi. Melalui suatu komunitas, sebagai cikal bakal hubungan ini terjadi.
“Ya… awalnya iseng untuk berkenalan, terus tukeran no hape, telpon-telponan, esemesan, lantas janji ketemuan, kemudian pacaran dan kencan deh,” ungkapnya.
Tapi sebaliknya, bila ini tidak dilakukan, mereka bisa dikatakan kolot dan gaptek (gagap teknologi). “Kalau nga gitu, nanti malah disebut kuper dan bisa dibilang anak mama karena acap nongrong di rumah saja,” terang Qayyum.
Nah, siapa saja disebut remaja? Kata Qayyum lagi, usianya 10 – 19 tahun disebut remaja. Ini data dari BKKBN dan jumlahnya di Indonesia sekitar 22%. Artinya 44 juta penduduk Indonesia atau 1 dari 5 penduduk Indonesia adalah remaja.
“Pada tahap Proses perkembangan ini seorang remaja akan membentuk kedekatan dengan lawan jenisnya atau yang sering kita sebut dengan pacaran,” katanya.
Yang ditakutkan, kata Qayyum, bila hubungan bebas ini terus dilakukan bisa-bisa akan berdampak buruk pada kesehatan dan pribadi dua sijoli ini. “Hubungan bebas bila acap dilakukan, tanpa mengetahui informasi dan fungsinya maka akan akan berdampak buruk bagi kesehatan remaja itu sendiri. Maka, pendidikan terkait orang dewasa sejak usia dini itu sangat perlu,” katanya.*
Tapi sebaliknya, bila ini tidak dilakukan, mereka bisa dikatakan kolot dan gaptek (gagap teknologi). “Kalau nga gitu, nanti malah disebut kuper dan bisa dibilang anak mama karena acap nongrong di rumah saja,” terang Qayyum.
Nah, siapa saja disebut remaja? Kata Qayyum lagi, usianya 10 – 19 tahun disebut remaja. Ini data dari BKKBN dan jumlahnya di Indonesia sekitar 22%. Artinya 44 juta penduduk Indonesia atau 1 dari 5 penduduk Indonesia adalah remaja.
“Pada tahap Proses perkembangan ini seorang remaja akan membentuk kedekatan dengan lawan jenisnya atau yang sering kita sebut dengan pacaran,” katanya.
Yang ditakutkan, kata Qayyum, bila hubungan bebas ini terus dilakukan bisa-bisa akan berdampak buruk pada kesehatan dan pribadi dua sijoli ini. “Hubungan bebas bila acap dilakukan, tanpa mengetahui informasi dan fungsinya maka akan akan berdampak buruk bagi kesehatan remaja itu sendiri. Maka, pendidikan terkait orang dewasa sejak usia dini itu sangat perlu,” katanya.*
0 komentar:
Posting Komentar