Peresmian Jembatan Siak III |
CEKAU.COM-Warga Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir mengaku cemas dengan kondisi Jembatan Siak III Pekanbaru, Riau melengkung tersebut. Padahal, jembatamn dengan nama Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamyah, itu baru diresmikan pada Sabtu (26/11) tahun lalu. Namun, Pemerintah Kota Pekanbaru dan Provinsi Riau, bersikeras tetap membuka jembatan tersebut. Apakah harus menunggu korban jiwa dulu?
Kecemasan atas kondisi kondisi Jembatan Siak III Pekanbaru, Riau yang setiap hari semakin melengkung itu diakui Tengku Asra (47) warga Jalan Nelayan, Meranti Pandak, Rumbai Pesisir. "Tentu kami sekeluarga khawatir. Jika terjadi apa-apa, dan jatuh menelan korban, siapa yang bertanggung jawab?" geramnya, sembari mengatakan bahwa selama ini belum ada imbauan pemerintah atas kejelasan kondisi jembatan, apakah layak atau tidak.
Ini juga diakui H Yasri (62), warga tinggal di bawah jembatan (daerah Boombaru), bahwa instansi berwenang agar segera dilakukan uji kelayakan ulang kembali. Kalau perlu di audit kondisi besi. "Harus ada audit speksifikasi besi yang melengkung itu. Apakah besi memenuhi standar atau tidak?" pintanya kepada lembaga yang lebih indenpenden.
Menurutnya, dari kasat mata saja kondisi jembatan ini jelas berubah dari semula diresmikan. Jembatan itu bergeser naik dari Utara arah Rumbai dan menurun dari arah Pekanbaru atau persis di tengah-tengah bentangan.
Secara teknis, diakui ia tidak tahu, namun proyek bernilai ratusan miliar ini seharusnya dari konstruksi lengkung dari bantalan jembatan ke atas. "Jika perlu dikasih portal pelindung ntuk membatasi beban yang melintasi jembatan tersebut," usulnya.
Atas kekhawatiran warga ini, akhirnya Pemerintah Kota Pekanbaru meminta jaminan kepada Pemerintah Provinsi Riau terhadap keselamatan pengguna Jembatan Siak III. Melalui Wakil Walikota Pekanbaru, Ayat Cahyadi, ini disampaikan bahwa persoalan yang dihadapi jembatan tersebut, sudah meresahkan warga Pekanbaru. Untuk itu perlu ketegasan secara teknis aman atau tidaknya untuk dilintasi.
"Ini juga diingatkan walikota, kita tetap berharap persoalan teknis Jembatan Siak III tidak ada masalah. Kepada Pemprov Riau untuk tetap mengkaji masalah teknis, layak tidaknya jembatan bila tetap dimanfaatkan warga. Masalah teknis adalah wewenang Provinsi Riau," urainya.
Ketika ditanya, apakah ada upaya antisipasi dari pihak Pemko Pekanbaru untuk mengalihkan jalur penyeberangan melalui Jembatan Siak I atau semula kala? Ayat Cahyadi hanya menjelaskan, bahwa Pemko belum melakukan kajian ke arah itu. Sampai saat ini jalur transportasi dari dan menuju Rumbai-Pekanbaru masih tetap seperti sekarang.
"Bila dikemudian hari, setelah hasil rekomendasi Kementerian PU, bahwa jembatan ditutup, maka secara teknis kita akan meneruskan pegalihan jalur ke Jembatan Siak I," katanya.
Kajian ini tentunya tidak dimaksudkan untuk menyalahkan pihak tertentu. Hasil investigasi seharusnya bisa dijadikan masukan dari amanah yang diemban sejumlah pihak, agar kesalahan serupa tidak terjadi lagi di masa depan.
Harus Diawasi Selalu
Ternyata setelah hasil survei Kementerian Pekerjaan Umum di Jakarta atas kelaikan dari 41 jembatan gantung di Indonesia pada 2011 lalu, menetapkan tujuh jembatan harus di monitoring secara berkala. Dua dari tujuh jembatan tersebut ada di Riau, yakni Jembatan Rumbai Jaya di Indragiri Hilir dan Jembatan Siak III di Pekanbaru.
Sabtu (3/12) Gubernur Riau HM Rusli Zainal meresmikan Jembatan Siak III yang diberi nama Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamyah. Mesti terbilang lambat pembangunannya, namun, kondisi jembatan ini tetap tidak menjamin.
Apalagi, hasil survei pasca-ambruknya Jembatan Mahakam yang menghubungkan Tenggarong dan Tenggarong Seberang, Kalimantan Timur, menjadi sorotan publik. Hasilnya, Jembatan Mahakam sepanjang 720 meter, mirip jembatan Golden Gate di San Francisco itu, runtuh pada Sabtu (26/11) pukul 16.20 WITA. Nah, jembatan di Riau pun ikut dituding tidak memenuhi syarat.
Setelah mendengar Jembatan Siak III termasuk salah satu jembatan yang direkomendasi 'awas', oleh PU Jakarta, tentunya membuat terkejut Dinas PU Riau. Meski Jembatan Siak III dan enam lainnya tak masuk kategori berbahaya, namun pernyataan harus dipantau secara intensif dinilai kondisinya mengkhawatirkan.
Alasan, karena Dinas PU Riau melalui Kepala Bidang Bina Marga, Ahmad Ismail, Kamis (9/2), mengaku pihaknya tak pernah dilibatkan jika memang ada survei dari Kementrian PU. "Kami nggak tahu sekarang program mereka (Kementerian PU, red) itu. Kapan mereka melakukan pengujian-pengujian itu kami juga nggak tahu, nggak jelas arahnya ke mana," aku Ahmad kepada sejumlah wartawan.
Penurunan permukaan Jembatan Siak III, dijelaskan Ahmad, Dinas PU Riau tetap melakukan pengecekan berkala, dan akan mengevaluasi hasil pengukuran itu. "Untuk penurunan jembatan, kami tetap menguji, mengukur, setiap empat hari, kami ingin ketahui ada nggak penurunan itu. Hasilnya ini nanti akan kami evaluasi. Jadi bukan berarti jembatan itu harus ditutup, nggak, nggak begitu," ujar Ahmad.
Pengukuran itu pun menurutnya akan rampung dalam dua pekan ke depan. "Ini kan masih dalam tahap pengukuran, belum selesai, nanti kalau sudah selesai pengukuran, kami evaluasi, sejauh mana sih penurunannya dari asli sebelum dipakai. Yakinlah kami pantau terus kok," sambungnya lagi.*
Kecemasan atas kondisi kondisi Jembatan Siak III Pekanbaru, Riau yang setiap hari semakin melengkung itu diakui Tengku Asra (47) warga Jalan Nelayan, Meranti Pandak, Rumbai Pesisir. "Tentu kami sekeluarga khawatir. Jika terjadi apa-apa, dan jatuh menelan korban, siapa yang bertanggung jawab?" geramnya, sembari mengatakan bahwa selama ini belum ada imbauan pemerintah atas kejelasan kondisi jembatan, apakah layak atau tidak.
Ini juga diakui H Yasri (62), warga tinggal di bawah jembatan (daerah Boombaru), bahwa instansi berwenang agar segera dilakukan uji kelayakan ulang kembali. Kalau perlu di audit kondisi besi. "Harus ada audit speksifikasi besi yang melengkung itu. Apakah besi memenuhi standar atau tidak?" pintanya kepada lembaga yang lebih indenpenden.
Menurutnya, dari kasat mata saja kondisi jembatan ini jelas berubah dari semula diresmikan. Jembatan itu bergeser naik dari Utara arah Rumbai dan menurun dari arah Pekanbaru atau persis di tengah-tengah bentangan.
Secara teknis, diakui ia tidak tahu, namun proyek bernilai ratusan miliar ini seharusnya dari konstruksi lengkung dari bantalan jembatan ke atas. "Jika perlu dikasih portal pelindung ntuk membatasi beban yang melintasi jembatan tersebut," usulnya.
Atas kekhawatiran warga ini, akhirnya Pemerintah Kota Pekanbaru meminta jaminan kepada Pemerintah Provinsi Riau terhadap keselamatan pengguna Jembatan Siak III. Melalui Wakil Walikota Pekanbaru, Ayat Cahyadi, ini disampaikan bahwa persoalan yang dihadapi jembatan tersebut, sudah meresahkan warga Pekanbaru. Untuk itu perlu ketegasan secara teknis aman atau tidaknya untuk dilintasi.
"Ini juga diingatkan walikota, kita tetap berharap persoalan teknis Jembatan Siak III tidak ada masalah. Kepada Pemprov Riau untuk tetap mengkaji masalah teknis, layak tidaknya jembatan bila tetap dimanfaatkan warga. Masalah teknis adalah wewenang Provinsi Riau," urainya.
Ketika ditanya, apakah ada upaya antisipasi dari pihak Pemko Pekanbaru untuk mengalihkan jalur penyeberangan melalui Jembatan Siak I atau semula kala? Ayat Cahyadi hanya menjelaskan, bahwa Pemko belum melakukan kajian ke arah itu. Sampai saat ini jalur transportasi dari dan menuju Rumbai-Pekanbaru masih tetap seperti sekarang.
"Bila dikemudian hari, setelah hasil rekomendasi Kementerian PU, bahwa jembatan ditutup, maka secara teknis kita akan meneruskan pegalihan jalur ke Jembatan Siak I," katanya.
Kajian ini tentunya tidak dimaksudkan untuk menyalahkan pihak tertentu. Hasil investigasi seharusnya bisa dijadikan masukan dari amanah yang diemban sejumlah pihak, agar kesalahan serupa tidak terjadi lagi di masa depan.
Harus Diawasi Selalu
Ternyata setelah hasil survei Kementerian Pekerjaan Umum di Jakarta atas kelaikan dari 41 jembatan gantung di Indonesia pada 2011 lalu, menetapkan tujuh jembatan harus di monitoring secara berkala. Dua dari tujuh jembatan tersebut ada di Riau, yakni Jembatan Rumbai Jaya di Indragiri Hilir dan Jembatan Siak III di Pekanbaru.
Sabtu (3/12) Gubernur Riau HM Rusli Zainal meresmikan Jembatan Siak III yang diberi nama Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamyah. Mesti terbilang lambat pembangunannya, namun, kondisi jembatan ini tetap tidak menjamin.
Apalagi, hasil survei pasca-ambruknya Jembatan Mahakam yang menghubungkan Tenggarong dan Tenggarong Seberang, Kalimantan Timur, menjadi sorotan publik. Hasilnya, Jembatan Mahakam sepanjang 720 meter, mirip jembatan Golden Gate di San Francisco itu, runtuh pada Sabtu (26/11) pukul 16.20 WITA. Nah, jembatan di Riau pun ikut dituding tidak memenuhi syarat.
Setelah mendengar Jembatan Siak III termasuk salah satu jembatan yang direkomendasi 'awas', oleh PU Jakarta, tentunya membuat terkejut Dinas PU Riau. Meski Jembatan Siak III dan enam lainnya tak masuk kategori berbahaya, namun pernyataan harus dipantau secara intensif dinilai kondisinya mengkhawatirkan.
Alasan, karena Dinas PU Riau melalui Kepala Bidang Bina Marga, Ahmad Ismail, Kamis (9/2), mengaku pihaknya tak pernah dilibatkan jika memang ada survei dari Kementrian PU. "Kami nggak tahu sekarang program mereka (Kementerian PU, red) itu. Kapan mereka melakukan pengujian-pengujian itu kami juga nggak tahu, nggak jelas arahnya ke mana," aku Ahmad kepada sejumlah wartawan.
Penurunan permukaan Jembatan Siak III, dijelaskan Ahmad, Dinas PU Riau tetap melakukan pengecekan berkala, dan akan mengevaluasi hasil pengukuran itu. "Untuk penurunan jembatan, kami tetap menguji, mengukur, setiap empat hari, kami ingin ketahui ada nggak penurunan itu. Hasilnya ini nanti akan kami evaluasi. Jadi bukan berarti jembatan itu harus ditutup, nggak, nggak begitu," ujar Ahmad.
Pengukuran itu pun menurutnya akan rampung dalam dua pekan ke depan. "Ini kan masih dalam tahap pengukuran, belum selesai, nanti kalau sudah selesai pengukuran, kami evaluasi, sejauh mana sih penurunannya dari asli sebelum dipakai. Yakinlah kami pantau terus kok," sambungnya lagi.*
0 komentar:
Posting Komentar