Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Minggu, 23 September 2012

Petualang Penemuan Tujuh Air Terjun dan Gua di Kabupaten Kampar, Riau

CEKAU.COM-Penemuan fenomenal ini ditemukan oleh tim inovasi SMA 2 Bangkinang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau 2010 lalu. Banyak cerita unik dialami para anggota tim selama sepuluh hari bermalam di kawasan hutan lindung Batang Kapas, Kecamatan Lipat Kain. Bahkan, sebelum ditemukan air terjun dan gua itu, tim harus berjalan berputar-putar selama 12 jam di hutan yang terbilang angker tersebut.

Namun, akhirnya mereka beruntung menemukan sebuah gubuk di perkampungan pedalaman. Di kampung itu mereka meneukan kehidupan yang berbeda. Penduduk berpakaian seadanya. Tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia, dan bertutur dengan isyarat.

Perjalanan itu memang melelahkan. Tapi, masih ada semangat dan keyakinan para anggota tim, untuk menyusuri berbagai bukit, lembah yang curam, dan sungai dengan air menghentak bebatuan.

Ekspedisi itu bukanlah mencari nama, namun setidaknya, perjalanan itu bermula dari keinginan sejumlah guru dan mantan murid SMA 2 Bangkinang- yang kini menjadi guru di sekolah yang sama- untuk bersama-sama menjelajahi alam dengan tetap mengedepankan rasa kebersamaan dan menjaga alam serta isinya.

Inilah sekelumit cerita dan pengalaman para tim inovasi yang dirangkum, atas pengalaman unik ketika melihat sejumlah keanehan selama penemuan tersebut. Seperti, tim menemukan tempat pemandian dan tempat tidur milik bak putri raja dalam sebuah gua dengan lorong yang dalam dan mengarah ke Candi Muara Takus. Ada juga sebuah tumbuhan mirip anggrek raksasa, dengan diameter 1 meter dan batang penyangga setinggi 5 meter.

Bahkan diantara keunikan itu pula mereka pun melihat hewan mirip serigala putih bertubuh kecil dengan mata berbinar terang. Uniknya lagi mereka pun melihat seorang manusia bertubuh kecil (kerdil) dengan jalan sangat cepat melihat tim bermalam di kawasan angker itu. Begitu pula dokumentasi hasil video maupun foto tidak semua berhasil diambil. Mereka menilai ada kekuatan gaib di sekitar hutan larangan tersebut.

Nah, cerita ini dituturkan langsung oleh Kepala Sekolah SMA 2 Bangkinang, Abdul Latif (52), kepada redaksi Metro Riau. Atas penemuan ini beliau akan mempublikasikan ke UNESCO, sebagai lembaga PBB yang menangani ilmu pengetahuan dan pendidikan dan kebudayaan.

Berikut tulisannya:

Ada Tempat Pemandian Putri Raja di Tengah Hutan Rimba

Tempat mandi itu bak pemandian para putri raja. Dihiasi berbagai tumbuhan yang unik dan cantik. Selain itu ada pula goa alam yang dinilai angker. Inilah hasil investigasi sejumlah guru dan siswa lulusan SMA 2 Bangkinang di Kecamatan Lipat Kain dan Koto, Kampar Hulu, 2010 lalu.

Penemuan obyek wisata yang menjanjikan tersebut, tersembunyi di tengah hutan larangan di wilayah Kabupaten Kampar. "Penemuan objek wisata tersebut, suatu kebanggaan bagi kami. Karena murid yang telah lulus itu terlebih dahulu menemukannya," aku Juneidi, pengajar bidang Multi Media di SMA 2 Bangkinang.

Menurutnya, saat penemuan objek wisata Air Terjun di Tahun 2004 lalu, murid SMU 2 Bangkinang membuat tim bernamakan inovasi, melakukan petualangan selama 10 hari, di lokasi Hutan Lindung Batang Kapas, di Kecamatan Lipat Kain.

"Karena wisata disana didapatkan Informasi, adanya pemandangan alam yang belum terinjak sama sekali. Karena itu Kepala sekolah, SMA 2, tertarik dan ikut dalam menelusurinya, bersama-sama murid kelas III saat itu," ujarnya yang juga mantan murid SMU 2 Bangkinang.

Selain itu ia juga menjelaskan dalam petualangan di menemukan objek wisata air terjun, di Hutan Lindung Batang Kapas tersebut, ternyata masih orang suku pedalaman, yang hanya memakai baju ala kadarnya. Dan mereka itu, terang Juneidi, tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, dan harus memakai bahasa isyarat.

"Merekalah yang menjaga alam di sana, agar tidak dikotori oleh tangan jahil orang lain," sebutnya, sembari menunjukkan foto-foto hasil perjalanan.

Ada hal unik, ketika mereka berada dilokasi tempat air terjun tersebut. Suasana alamnya seperti tertata dan terawat itu, ada tempat seperti daerah tempat pemandian putri pada zaman dahulu.

Di Dalam Gua Ditemukan Tempat Tidur Putri Raja

Selain ditemukan tempat pemandian bak putri raja, di dalam goa juga terlihat tempat tidur yang sudah membatu. Bahkan ada jejak kaki besar yang diyakini milik kaki orang dahulu. Ternyata goa ini menyusuri lorong-lorong ke arah Candi Muara Takus.

Penemuan obyek wisata di Kecamatan Lipat Kain dan Koto, Kampar Hulu, 2010 lalu, itu terbilang angker. Tak banyak yang berani memasuki di wilayah hutan larangan tersebut. Penduduk asli yang bermastautin di sana pun harus pikir dua kali, bila bertandang kesana.

Lalu, mengapa sejumlah guru dan siswa lulusan SMA 2 Bangkinang itu berhasil menyusuri semak-belukar dan hutan belantara?  Rupanya, dari cerita yang dituturkan seorang guru SMA 2, bernama Majid, saat bertandang di stand pameran pada Pekan Budaya Kampar di Lapangan Pelajar Bangkinang, mengungkapkan adanya bantuan dari penduduk setempat.

"Penduduk asli yang tinggal di sana, kebetulan juga siswa SMA 2 Bangkinang. Jadi kami dibantu oleh dia dan penduduk kampung," ujarnya.

Sebelumnya, kata Majid, penemuan goa itu, sudah diketahui penduduk asli, namun mereka tidak berani menjelajahi hutan alam yang angker itu. "Penduduk setempat menyebutkan seperti goa. Namun sayang masyarakat asli tidak berani ke sana," akunya.

Lanjud Majid, setelah informasi dikumpulkan, tim terbentuk dengan jumlah 10 orang. Dengan izin sejumlah tokoh agama dan adat serta warga setempat, tim kecil ini berhasil menyusuri goa tersebut.

"Dengan izin dan di dampingi pemuka masyarakat disana, kami meyusuri goa yang panjang kedalamannya belum bisa diketahui. Sebab masih banyak ruas jalan dan lorong-lorong yang berliku-liku. Sepertinya menuju Candi Muara Takus," tuturnya.

Rasa takut tetap berkecamuk dibenak mereka. Ketika hendak masuk di pintu goa, tiba-tiba angin berdesir perlahan. Ada sesuatu yang tidak bisa dilafazkan dimulut mereka. Hening. Semua terdiam. Hanya mata saling menatap satu sama lain. Majid palingkan paras ke tokoh adat penduduk asli itu. Mereka sama-sama diam.

Di pintu gua, mereka meyakinkan diri, bahwa niat masuk pun harus meminta izin para lelulur. Dengan perlahan, kaki pun diangkat satu-satu. Brakkk...., ranting kayu jatuh dalam keheningan. Mereka terkejut.

Saat Mengambil Foto, Tiba-tiba Kamera Mati

Anggota tim inovasi SMA 2 Bangkinang tidak bisa berucap lagi. Kamera yang dipakai untuk mengabadikan lokasi goa, tiba-tiba saja mati total. Semua hanya diam dan berbalik melangkah pulang menuju pintu goa.

Detak jantung tim SMA 2 Bangkinang dan rombongan bergetar begitu kuat. Mereka mundur selangkah ketika sebuah ranting jatuh dihadapan mereka. Semua saling menatap. Tak ada aba-aba untuk melangkahkan kaki memasuki goa.

"Duh, kami tak tahu lagi bagaimana perasaan kami ketika memasuki pintu goa itu. Ini pengalaman yang sulit diungkapkan," aku Majid, seorang guru yang ikut dalam rombongan tim, yang mereka sebut tim Inovasi.

Sementara para murid, saat itu hanya bisa terdiam. Namun, sesepuh kampung, disapa Datuk tetap menunjuk ke arah pintu masuk goa. Duh, mereka tahu aba-aba itu. Tim memutuskan untuk menyusuri lebih jauh lagi ke arah lorong-lorong goa yang kelam.

Penemuan obyek wisata di Kecamatan Lipat Kain dan Koto, Kampar Hulu, 2010 lalu, itu memberikan semangat bagi tim. Sampai dikedalaman yang tidak diketahui, mereka berusaha mendokumentasi melalu foto-foto. Prett.. prett. Mereka mulai berani tersenyum. Namun, masih ada diantara mereka yang sulit melakukannya. Takut.

"Ya, memang diantara kami masih ada rasa takut. Meski kami sudah jauh memasuki lorong-lorong goa itu," sebut Majid.

Alasan takut itu cukup beralasan. Pasalnya, kondisi goa masih terbilang masih baru dan belum dijamah para pendatang. Apalagi penduduk kampung di sekitar goa meyakini bahwa lokasi tersebut terbilang angker.

"Keberadaan goa itu sebenarnya sudah diketahui penduduk kampung yang ada di dekat lokasi. Namun, penduduk asli itu tidak berani menempuhnya. Ada sesuatu yang beda, sehingga tengkuk kita selalu merinding," terang Majid lagi.

Namun sayang, aku Majid, hasil dokumentasi foto-foto tersebut tidak berhasil diabadikan dengan baik. Pasalnya, saat mengambil lokasi yang menarik itu, tiba-tiba kamera mati total. "Wah, kami sempat terkejut, ketika salah seorang anggota tim menunjukkan bahwa kamera tiba-tiba mati," katanya.

Tersesat Selama 12 Jam di Hutan Belantara

Tim inovasi berjumlah 10 relawan itu harus berputar-putar mengelilingi hutan belantara. Di malam hujan lebat itu, mereka harus mengambil pilihan. Teruskan perjalanan atau berhenti menahan rasa lapar.

Penemuan air terjun di perkampungan Batang Kapas Desa Batu Sasak, Kecamatan Lipat Kain pada 2004 lalu, bukanlah sesuatu yang biasa dilakukan setiap orang. Apalagi, sejumlah murid dan guru hanya mengandalkan keberanian saja. Tak pelak lagi, mereka letih ketika hendak mencari jalan keluar hutan.

Ini diakui Kepala Sekolah SMA 2 Bangkinang, Drs Abdul Latif, kepada Metro Riau, bahwa selama perjalanan yang seharusnya memakan waktu 4 jam, justru terpaksa mengelilingi hutan dan tersesat selama 12 jam di dalam hutan belantara dan diguyur hujan lebat.

"Ya, perjalanan di tengah hujan lebat itu melelahkan. Kami tersesat di dalam hutan selama 12 jam. Padahal waktu tempuh untuk keluar hanya 4 jam," kenang Latif, yang akrab disapa Allatif, saat menuturkan kisah unik ini kepada Metro Riau, di stand SMA 2 Bangkinang pada helat Pekan Budaya Kampar 2012.

Perjalanan yang mengedepankan rasa kebersamaan dan kepedulian, itu membuat tim bertekad untuk terus berusaha. Mesti diantara anggota tim terlihat takut dan berparas pucat basi. Namun, Allatif tetap memotivasi anggota tim. Termasuk Majid, di malam dingin itu membuat dia terus melangkahkan kaki, mesti tubuh diguyur hujan. Menggigil.

"Saat itu, saya tidak bisa berkata-kata apa lagi. Wajah anggota tim semakin pucat ditambah lagi tubuh semakin menggigil," ujar kepala sekolah yang sudah menjabat selama sembilan tahun ini. 

Ditengah rasa takut itu, Allatif pun tidak bisa berbuat banyak. Pasalnya, persediaan bekal yang dibawa, mulai menipis. Sementara perut mulai tak bersahabat. Allatif mulai mereka-reka: beras tinggal segenggam, mie instan hanya bisa dimakan empat anggota. Sementara ikan kalengan, tak cukup untuk tambuh.

Jalan masih jauh. Bukit terjal dan lembah yang dalam menjadi pilihan. Urung-rembuk sipulkan pendapat. Akhirnya perjalanan tetap dilanjutkan, meski bunyi perut semakin kuat.

"Saya dan berapa murid berdoa kepada Allah SWT, untuk meminta petunjuk. Dan tiba-tiba terdengar suara bisikan agar berjalan terus. Akhirnya kami berjalan dan menemukan rumah warga. Disanalah kami melepas penat," jelas ayah empat anak ini.

Anggrek Raksasa Berdiamater 1 Meter Lepaskan Rasa Penat


Tanaman sejenis anggrek raksasa berwarna kebiruan melepas rasa penat tim inovasi SMA 2 Bangkinang, Kampar. Mereka berhasil menemukan angrek itu di kawasan air terjun hutan lindung Batang Kapas. Wow, anggrek itu berdiamater 1 meter dengan tinggi batang penyangga mencapai 5 meter.

Setelah melepas lelah di salah satu rumah penduduk, tim inovasi SMA 2 Bangkinang, kembali melanjutkan perjalanan. Dengan petunjuk warga setempat, tim akhirnya berhasil menempuh perjalanan yang singkat. Mereka tak perlu lagi menempuh jurang yang curam, begitu pula lembah, rawa dan sungai dengan air yang masih hitam bening.

"Kami sedikit lega, setelah penduduk setempat membantu kami menunjuk arah ke air terjun. Namun kami harus berjalan sejauh 15 Kilometer lagi," kata Allatif.

Hasil urung-rembuk bersama warga setempat, akhirnya tim inovasi menyadari atas kekhilafan mereka. Bahwa, selama tersesat diantara lembah dan rawa, mereka mengakui tidak meminta izin, ketika memasuki hutan larangan tersebut.

"Secara ilmiah, mungkin ini tak masuk akal. Tapi, kenyataan yang kami alami ini benar-benar terjadi. Bahwa, perlu juga kita meminta izin kepada makhluk yang sudah lama menghuni kawasan tersebut. Mesti sekedar diniatkan saja," ungkapnya.

Diakui lelaki berusia 52 tahun ini, pula bahwa perjalanan tersebut memang terbilang berat dan melelahkan. Apalagi, peralatan yang mereka bawa sangat terbatas. Namun, dengan semangat kebersamaan, tim yang dipandu warga asli tersebut akhirnya berhasil menuju arah air terjun.

"Alhamdulillah, suara air terjun itu sudah terdengar dari kejauhan. Ya, sekitar 500 meter. Berarti kami sudah dekat menuju air terjun itu," katanya.

Sebelum langkah mendekati air terjun, tim inovasi terkejut. Bahkan belum sempat melepas penat, mereka menemukan bunga raksasa. Tanpa aba-aba, mereka bergegas menuju kelopak bunga aneh tersebut.

Wow.., ternyata sejenis anggrek hutan yang tumbuh subur diantara jenis bunga yang lain. Bunga ini termasuk aneh. Belum pernah mereka lihat sebelumnya. Apalagi, mahkota bunga bersinar dengan warna kebiruan.

Allatif menuturkan, bahwa anggrek itu berdiameter mencapai 1 meter. Sementara batang penyangga bunga tersebut setinggi 5 meter dengan diameter mencapai 25- 30 Centimeter. Rasa penat tim pun pun hilang seketika. Mereka menatap jenis bunga itu dengan terpana. Ada perasaan bangga, dan juga sedikit takut. Pasalnya, bunga yang terbilang aneh itu, belum pernah dipublikasikan di media maya maupun dalam buku-buku ilmiah lainnya.

"Ya, kami terkejut, mengapa bunga sebesar itu masih tumbuh subur diantara jenis bunga yang lain. Padahal, setelah kami cari di dunia maya dan buku-buku, jenis ini belum ditemukan. Ini bungga anggrek yang langka. Ketika melihatnya, rasa penat kami hilang seketika," sebut, lelaki yang dikenal juga pemerhati kebudayaan Kampar ini.

Data terkini, jenis anggrek terbesar di dunia, ternyata berada di Indoensia, yang dikenala Anggrek Tebu, memiliki nama latin Grammatophyllum speciosum. Anggrek tersebut sering disebut Anggrek Ratu atau Anggrek Harimau. Bahasa Inggris sering disebut Sugar Cane Orchid, Giant Orchid, atau Queen of the Orchids, menyadang predikat sebagai "Anggrek Terbesar".

"Atas penemuan itu, kami berikan anggrek itu nama Sispala Inovasi. Sesuai nama tim kami," sebutnya.

Sementara, air terjun dihadapan mata, begitu indah dengan percikan air yang menyelimuti ruang hutan belantara tersebut. Bahkan, bunyi air yang jatuh, sepertinya mengobati kelelahan para anggota tim.

Dengan alam yang segar dan alami, akhirnya tim inovasi memutuskan untuk menikmati suasana lebih lama lagi. "Ya, kami menikmati alam itu dan memutuskan untuk berkemah selama 10 hari," aku Allatif. 



0 komentar:

Posting Komentar

Prev Post Next Post Home