CEKAU.COM - Aksi demo, warga Pulau Padang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau atas penolakan keberadaan PT RAPP di daerahnya, berbuntut panjang. Mereka menuntut agar pemerintah meninjau kembali tentang izin pengelolaan HTI. Bahkan kali ini, warga nekad melakukan aksi jahit mulut, Rabu (2/11).
Namun, salah seorang warga, Sulatra (37), akhirnya tumbang, Kamis (3/11) pagi, saat dirawat di Rumah Sakit Petala Bumi Jalan Dr Soetomo, Pekanbaru, Sulatra sempat menolak untuk diberi perawatan dan meminta dipulangkan ke pos di depan Gedung DPRD Riau.
Dia mengeluhkan sakit kepala dan di bagian perut disertai kejang-kejang. Karena selama menjalankan aksi jahit mulut di depan Kantor DPRD Riau, dia bersama 4 orang rekannya sejak Selasa (1/11) kabarnya tidak makan-makan.
"Dia merasakan perut dan kepalanya sakit. Selain itu kejang-kejang juga," kata Sutarno juru bicara warga Pulau Padang.
Setibanya di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) para medis Petala Bumi pun langsung memberikan perawatan. Para medis membujuk Sulatra membuka jahitan benang yang ada di mulutnya. Beberapa rombongan warga Pulau Padang yang saat itu ikut mengantar Sulatra pun ikut mencoba memberikan pengertian.
Akhirnya Sulatra mau mengikuti untuk membuka jahitan benang di mulutnya. Oleh medis, saat itu langsung memberikan perawatan dengan menyuntikan infus berisi sari makanan ke tubuh Sulatra.
Setelah mendapatkan perawatan pertama di ruang IGD, Sulatra pun dibawa ke lantai 3. Tidak lama berselang, makanan bubur, lauk dan minuman pun dihidangkan oleh perawat Petala Bumi.
"Makanan dan minuman itu, tidak ada disentuh-sentuhnya. Intinya dia menolaklah," kata Mas Hudi, yang saat itu menemani Sulatra selama menjalani perawatan. Sementara kondisi 4 orang rekan Sulatra yang ikut dalam aksi jahit mulut masih bisa bertahan.
Hal senada juga diakui oleh Nurhidayati, perawat rumah sakit Petala Bumi yang saat itu bertugas mengawasi kesehatan Sulatra.
Di tempat terpisah, Direktur RS Petala Bumi, Burhanuddin Agung, mengatakan, pihaknya secara perlahan akan tetap memberikan pengertian agar Sulatra mau makan. Termasuk membuka jahitan yang ada di mulutnya. Karena itu sangat berbahaya bagi kesehatan. Selain secara perlahan dapat merusak organ, juga dapat mengalami dehidrasi. Kalau dilakukan terus menerus, bisa mengancam nyawanya.
Namun Ketua DPRD Riau, Djohar Firdaus meminta kepada Polsek Bukit Raya agar menertibkan aksi warga Pulau Padang di depan Gedung DPRD Riau. Politisi Golkar ini mengaku, apa yang disampaikan dengan apa yang ada tertulis pada spanduk dengan menyebutkan SBY dan Gubernur Riau HM Rusli Zainal gagal melindungi warganya.*
Namun, salah seorang warga, Sulatra (37), akhirnya tumbang, Kamis (3/11) pagi, saat dirawat di Rumah Sakit Petala Bumi Jalan Dr Soetomo, Pekanbaru, Sulatra sempat menolak untuk diberi perawatan dan meminta dipulangkan ke pos di depan Gedung DPRD Riau.
Dia mengeluhkan sakit kepala dan di bagian perut disertai kejang-kejang. Karena selama menjalankan aksi jahit mulut di depan Kantor DPRD Riau, dia bersama 4 orang rekannya sejak Selasa (1/11) kabarnya tidak makan-makan.
"Dia merasakan perut dan kepalanya sakit. Selain itu kejang-kejang juga," kata Sutarno juru bicara warga Pulau Padang.
Setibanya di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) para medis Petala Bumi pun langsung memberikan perawatan. Para medis membujuk Sulatra membuka jahitan benang yang ada di mulutnya. Beberapa rombongan warga Pulau Padang yang saat itu ikut mengantar Sulatra pun ikut mencoba memberikan pengertian.
Akhirnya Sulatra mau mengikuti untuk membuka jahitan benang di mulutnya. Oleh medis, saat itu langsung memberikan perawatan dengan menyuntikan infus berisi sari makanan ke tubuh Sulatra.
Setelah mendapatkan perawatan pertama di ruang IGD, Sulatra pun dibawa ke lantai 3. Tidak lama berselang, makanan bubur, lauk dan minuman pun dihidangkan oleh perawat Petala Bumi.
"Makanan dan minuman itu, tidak ada disentuh-sentuhnya. Intinya dia menolaklah," kata Mas Hudi, yang saat itu menemani Sulatra selama menjalani perawatan. Sementara kondisi 4 orang rekan Sulatra yang ikut dalam aksi jahit mulut masih bisa bertahan.
Hal senada juga diakui oleh Nurhidayati, perawat rumah sakit Petala Bumi yang saat itu bertugas mengawasi kesehatan Sulatra.
Di tempat terpisah, Direktur RS Petala Bumi, Burhanuddin Agung, mengatakan, pihaknya secara perlahan akan tetap memberikan pengertian agar Sulatra mau makan. Termasuk membuka jahitan yang ada di mulutnya. Karena itu sangat berbahaya bagi kesehatan. Selain secara perlahan dapat merusak organ, juga dapat mengalami dehidrasi. Kalau dilakukan terus menerus, bisa mengancam nyawanya.
Namun Ketua DPRD Riau, Djohar Firdaus meminta kepada Polsek Bukit Raya agar menertibkan aksi warga Pulau Padang di depan Gedung DPRD Riau. Politisi Golkar ini mengaku, apa yang disampaikan dengan apa yang ada tertulis pada spanduk dengan menyebutkan SBY dan Gubernur Riau HM Rusli Zainal gagal melindungi warganya.*
0 komentar:
Posting Komentar