Hubungi Kami | Tentang Kami | Disclaimer

Sabtu, 20 Agustus 2011

Sungai Siak: Wisata Pencemaran dan Polusi?

Sungai Siak atau Jantan
CEKAU.COM-Akibat buangan limbah industri yang mencemari sungai Siak, tercatat 103 jenis ikan terancam kelestariannya karena spesies- spesies ikan tersebut sangat sensitif terhadap pencemaran limbah, terutama limbah kimia. Begitu pula dengan limbah rumah tangga di sepanjang pesisir sungai.

Pencemaran logam berat berupa timbal menjadi beban bagi 1,078 juta warga yang tinggal di sepanjang sungai Siak. Dampaknya tentu berpotensi keracunan timbal tersebut. Meski kondisi kualitas air sungai Siak tak laik, namun hingga kini, perusahaan daerah air minum Tirta Siak Pekanbaru, tetap menjadi pilihan sebagai sumber air.

Pareng Rengi, praktisi lingkungan ini, saat ditemui di Kampus UR Gobah, Jalan Pattimura di Pekanbaru, mengakui adanya timbal berbahaya itu. Bahkan, sudah banyak penelitian yang dilakukan Universitas Riau (UR) sejak 1993 silam, menunjukkan adanya kandungan timbal yang mengalami peningkatan secara drastis.

“Kualitas air sungai Siak memang mengalami penurunan, apalagi sebagian besar logam berat banyak ditemukan di beberapa kawasan di sekitar hulu bahkan hilir,” terang praktisi lingkungan UR ini.

Hariansyah Usman, Ketua Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Riau, berpendapat sama. Ia mengatakan bahwa sungai Siak dapat dijadikan salah satu icon Riau pada momentum PON mendatang. Bahkan sungai yang dulunya terkenal dengan kedalamnya yang mencapai 30 meter dan dilalui kapal-kapal besar, kini hanya berada pada kisaran 18 meter.

Terlepas dari image Walhi dan LSM serupa, yang selama ini dinilai selalu menggaungkan pelestarian lingkungan, namun sayang, Hariansyah tak mau melakukan aksi seperti yang sudah dibuat rekan seperjuangannya di Jakarta. Seperti menjaring sampah dari hulu sungai Ciliwung agar tidak masuk ke laut lepas. Tentu aksi ini dinilai masyarakat dan pemerintah sangat bijak dan lestari. “Oo, kalau itu bukan pekerjaan kami,” tegasnya.

Jauh-jauh hari, Gubernur Riau  HM Rusli Zainal sudah mengingatkan perihal pentingnya menjaga keempat DAS yang kini tercemar akibat penggundulan hutan dan tempat pembuangan limbah industri serta rumah tangga. Bahkan, Riau terancam krisis air bersih, sarang penyakit, dan tidak tertutup kemungkinan adanya longsor.

"Tingkat kerusakan yang dialami keempat DAS sudah cukup parah," kata Gubernur Riau Rusli Zainal dalam seminar bertema Penyelamat DAS Siak di Hotel Aryaduta, Jl Diponegoro, Pekanbaru, lima tahun lalu.

Kerusakan sungai, katanya, dipicu penggundulan hutan dan alih fungsi lahan yang semula berupa hutan primer menjadi areal tanaman monokultur. Kegiatan industri di sepanjang sungai juga turut memberikan andil dalam kerusakan.

Berbagai kasus pencemaran dan sedimentasi pada sungai Siak ini, tentunya memberikan dampak buruk bagi para atlit dan wisatawan yang hendak bertandang di kota Pekanbaru. Ini satu bukti, potensi wisata kota yang dekat dari Pekanbaru, tidak terpelihara secara maksimal. Bagaimana bila potensi wisata itu jauh dari pelupuk mata?

“Seharusnya potensi sungai Siak ini memberikan nilai lebih sebagai ajang promosi wisata kota, bila tidak, tentunya akan berdampak buruk bila kasus pencemaran sungai ini terulang lagi,” harap Anas.

H Raja M Yamin, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau, mengatakan tidak sependapat jika Riau disebutkan gagal dalam melakukan pengembangan pariwisata.

“Pemerintah tidak gagal mencanangkan icon pariwisata di Provisi Riau ini. Apalagi di Pekanbaru. Bahkan, pengembangan pariwisata sudah terbuka lebar, sumber daya alamnya juga mendukung. Hanya saja dana anggaran tentu ditempatkan sesuai porsinya,” ujarnya. *


0 komentar:

Posting Komentar

Prev Post Next Post Home