Souvenir PON 2012 Riau |
CEKAU.COM - Sejumlah pengusaha kelas teri di bidang kriya di Provinsi Riau, yakin bahwa usaha yang digelutinya akan berkembang di kemudian hari. Nah, di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-18, pada 2012 di Provinsi Riau, mendatang, ini mereka akan membuktikan hal itu.
Zulkarnain Umar MS, pengamat agrobisnis Riau, mengatakan bahwa usahawan yang bermodal cekak, justru terbukti punya daya tahan kuat dalam menghadapi krisis kekeringan likuiditas mulai triwulan terakhir 2008. Ini terkait pendanaan berasal dari mereka sendiri.
Dari hasil penjualan atau pinjaman dari pembeli. Itulah sebabnya, ketika perbankan menghadapi kekeringan likuiditas, membuat kucuran kredit ke dunia usaha menciut, sebaliknya dampak bagi usaha kecil tak terlalu besar.
Zul kembali menganalisis, bahwa data dari Biro Pusat Statistik (BPS), menunjukkan bahwa persentase jumlah UKM dibanding dengan total perusahaan pada 2001 sebesar 99,9 persen. Pada tahun yang sama, jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor ini mencapai 99,4 persen dari total tenaga kerja. Demikian juga sumbangsih pada Produk Domestik Bruto (PDB) juga besar, lebih dari separuh ekonomi Indonesia didukung dari produksi UKM atau mencapai 59,3 persen.
"Data-data ini menunjukkan bahwa peranan UKM dalam perekonomian Indonesia sangat sentral dalam penyediaan lapangan kerja dan menghasilkan keluaran yang tepat sasaran," ucapnya.
Zul menambahkan, memang, sumbangsih usaha kecil dan menengah ini dalam perekonomian dan ekspor terbilang masih kecil. Tapi, dalam penyerapan tenaga kerja, sektor inilah yang mampu memberikan kontribusi paling besar, terutama di saat krisis.
Adanya jumlah UMKM bertambah 15-20 persen pada 2011, ini diakui Sandiaga Uno, pengusaha yang banyak berkecimpung di dunia UBB. Secara keseluruhan, katanya, jumlah pengusaha kecil ini sudah mencapai 52 juta di Indonesia. Mayoritas usahawan kelas teri ini bergerak di bidang produksi makanan, jasa, dan perdagangan atau kerajinan tangan.
Nah, keberadaan pengusaha kecil inilah, kata Zul, ikut mempengaruhi indeks kemiskinan di Provinsi Riau dan kabupaten/kota. Bahkan, akhir-akhir ini sudah bisa diturunkan. Hal ini terlihat dari urutan 24 pada 1999, menjadi urutan 20 pada 2002. Keberhasilan penurunan Indeks kemiskinan ini, tentu tidak terlepas dari bertambahnya usahawan UBB di Provinsi Riau ini.
Ini diakui Ketua Harian PB PON Syamsurizal, bahwa kegiatan PON 2012 mendatang, harus dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Terutama kalangan usahawan yang bergerak di bidang perdagangan, seni kriya dan jasa. Hal ini terlihat adanya peluang bagi UMKM untuk terus mendorong dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kreativitas dari hasil produk-produk sebagai cinderamata pada pelaksanaan PON mendatang.
Maka dapat dilihat, sejauhmana sepak terjang para usahawan kelas teri, ini mampu mewarnai peningkatan ekonomi kerakyatan di Provinsi Riau. Bagaimana sejumlah pengrajin kelas teri ini memulai bisnis dari sulaman tekat, bordir motif sablon Melayu Riau, maupun membuat kerajinan rotan untuk cenderamata sebagai oleh-oleh menjemput PON ke-18, 2011 mendatang. Mampukah mereka mengemas produk-produk tersebut menjadi daya tarik bagi konsumen? *
Zulkarnain Umar MS, pengamat agrobisnis Riau, mengatakan bahwa usahawan yang bermodal cekak, justru terbukti punya daya tahan kuat dalam menghadapi krisis kekeringan likuiditas mulai triwulan terakhir 2008. Ini terkait pendanaan berasal dari mereka sendiri.
Dari hasil penjualan atau pinjaman dari pembeli. Itulah sebabnya, ketika perbankan menghadapi kekeringan likuiditas, membuat kucuran kredit ke dunia usaha menciut, sebaliknya dampak bagi usaha kecil tak terlalu besar.
Zul kembali menganalisis, bahwa data dari Biro Pusat Statistik (BPS), menunjukkan bahwa persentase jumlah UKM dibanding dengan total perusahaan pada 2001 sebesar 99,9 persen. Pada tahun yang sama, jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor ini mencapai 99,4 persen dari total tenaga kerja. Demikian juga sumbangsih pada Produk Domestik Bruto (PDB) juga besar, lebih dari separuh ekonomi Indonesia didukung dari produksi UKM atau mencapai 59,3 persen.
"Data-data ini menunjukkan bahwa peranan UKM dalam perekonomian Indonesia sangat sentral dalam penyediaan lapangan kerja dan menghasilkan keluaran yang tepat sasaran," ucapnya.
Zul menambahkan, memang, sumbangsih usaha kecil dan menengah ini dalam perekonomian dan ekspor terbilang masih kecil. Tapi, dalam penyerapan tenaga kerja, sektor inilah yang mampu memberikan kontribusi paling besar, terutama di saat krisis.
Adanya jumlah UMKM bertambah 15-20 persen pada 2011, ini diakui Sandiaga Uno, pengusaha yang banyak berkecimpung di dunia UBB. Secara keseluruhan, katanya, jumlah pengusaha kecil ini sudah mencapai 52 juta di Indonesia. Mayoritas usahawan kelas teri ini bergerak di bidang produksi makanan, jasa, dan perdagangan atau kerajinan tangan.
Nah, keberadaan pengusaha kecil inilah, kata Zul, ikut mempengaruhi indeks kemiskinan di Provinsi Riau dan kabupaten/kota. Bahkan, akhir-akhir ini sudah bisa diturunkan. Hal ini terlihat dari urutan 24 pada 1999, menjadi urutan 20 pada 2002. Keberhasilan penurunan Indeks kemiskinan ini, tentu tidak terlepas dari bertambahnya usahawan UBB di Provinsi Riau ini.
Ini diakui Ketua Harian PB PON Syamsurizal, bahwa kegiatan PON 2012 mendatang, harus dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Terutama kalangan usahawan yang bergerak di bidang perdagangan, seni kriya dan jasa. Hal ini terlihat adanya peluang bagi UMKM untuk terus mendorong dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kreativitas dari hasil produk-produk sebagai cinderamata pada pelaksanaan PON mendatang.
Maka dapat dilihat, sejauhmana sepak terjang para usahawan kelas teri, ini mampu mewarnai peningkatan ekonomi kerakyatan di Provinsi Riau. Bagaimana sejumlah pengrajin kelas teri ini memulai bisnis dari sulaman tekat, bordir motif sablon Melayu Riau, maupun membuat kerajinan rotan untuk cenderamata sebagai oleh-oleh menjemput PON ke-18, 2011 mendatang. Mampukah mereka mengemas produk-produk tersebut menjadi daya tarik bagi konsumen? *
0 komentar:
Posting Komentar